Dalam krisis ekonomi global akibat pandemi COVID-19, ada sejumlah fakta menarik seputar Bitcoin sebagai aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar saat ini.
OLEH: Haris Munandar
Marketing Communication Executive Tokocrypto
Tiga minggu yang lalu, ketika pasar komoditas global jatuh akibat COVID-19, harga Bitcoin pun ikut anjlok hingga lebih dari 40 persen selama beberapa hari perdagangan.
Menghadapi itu, banyak orang yang mencemooh Raja Aset Kripto itu, karena tak mampu mempertahankan nilainya. Namun, Bitcoin pada kenyataanya tetap lebih baik dan dinilai sebagai aset safe haven jika dibandingkan dengan saham dan emas sekalipun.
Bitcoin Tumbuh, Saham Masih Runtuh
Para investor yang menempatkan uangnya di Bitcoin memang harus ekstra sabar untuk menghadapi kenyataan, bahwa saat ini sedang mengalami penurunan. Namun, Anda tak perlu panik berlebihan dan gegabah melepas seluruh asetnya.
Krisis ini justru memunculkan demand baru yang cukup besar, yang mendorong harga Bitcoin naik, karena harganya menjadi murah.
Masyarakat juga membutuhkan media investasi yang lebih aman dan tidak terpengaruh efek ekonomi global, sehingga aset kripto menjadi salah satu pilihannya.
Jika dilihat pergerakan harganya dari Rp96 juta pada 2 Januari 2020, Bitcoin justru sempat naik lebih dari 40 persen hingga Rp141 juta pada 14 Februari 2020.
Sedangkan IHSG bergerak bearish dari awal tahun dan posisinya saat ini bahkan kembali ke level di tahun 2016.
Sedangkan emas, sejak awal tahun hingga saat ini telah mengalami kenaikan 26 persen sementara IHSG justru mengalami koreksi sebesar 23,6 persen.
Di sisi lain Bitcoin justru mengungguli dengan kenaikan lebih dari 30 persen di tengah krisis ini.
Dilirik Perusahaan
Menurut laporan Adoption of Digital Asset Trading yang diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2020, mengungkapkan bahwa sejumlah besar eksekutif senior perusahaan percaya, bahwa perusahaan besar dalam bisnis akan tertarik untuk mengambil keuntungan dari anjloknya Bitcoin baru-baru ini. Bahkan sekitar, 97 persen dari perusahaan perdagangan tradisional mempertimbangkan untuk memperdagangkan aset kripto dalam dua tahun ke depan.
Imun Terhadap Isu Ekonomi
Pasar aset kripto ini berbeda dengan produk investasi lain, seperti saham dan reksadana yang dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi dan kebijakan pemerintah, terlebih-lebih ketika pandemi COVID-19. Harga aset kripto terbentuk murni akibat supply dan demand.
Jadi, tatkala krisis justru tidak memberikan dampak langsung kepada penurunan harga Bitcoin. Penyebab turunnya harga hanya karena aksi jual dari sekelompok orang yang membutuhkan uang tunai untuk berbelanja dan menyelamatkan usaha mereka karena pandemi ini.
Kian Diakui
Semakin banyak negara melegalkan perdagangan aset kripto. Kabar terbaru adalah Malaysia yang melegalkan aset kripto di tengah krisis pandemi COVID-19.
Hal ini tentu berdampak positif terhadap komunitas aset kripto dan diyakini akan semakin meluas dan diakui eksistensinya sebagai mata uang global di masa depan.
Bitcoin Halving
Bitcoin akan mengalami halving pada Mei 2020. Harga Bitcoin diprediksi naik beberapa bulan setelah halving, serupa dengan dua halving sebelumnya.
Bitcoin Halving adalah mekanisme baku di sistem Bitcoin untuk mengurangi jumlah pasokan Bitcoin baru ke dalam pasar secara bertahap, melalui imbalan kepada penambang Bitcoin. Ini terjadi setiap 210.000 block atau setara 4 tahun sekali.
Halving III pada Mei nanti, imbalan kepada penambang berkurang dari 12,5 BTC per block menjadi 6,25 BTC per block.
Inilah yang menjadikan jumlah Bitcoin menjadi langka, hingga pasokan totalnya menjadi 21 juta BTC dari saat ini sekitar 18.315.887 BTC (10 April 2020).
Setelah tanggal halving nanti, jumlah Bitcoin yang baru hanya 900 BTC per hari dari 1800 BTC per hari, dengan inflasi tahunan 1,8 persen dari 3,65 persen.
Kesimpulan
Mengutip pernyataan Pang Xue Kai, CEO Tokocrypto, pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap segala aspek kehidupan kita, termasuk dari sisi keuangan. Karena itu kita harus bijak berinvestasi.
“COVID-19 diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Kita harus bijaksana dalam memilih instrumen investasi dan tetap memperhatikan aspek diversifikasi. Bitcoin terbukti dapat bertahan di tengah krisis, bahkan terus menunjukkan sentimen penguatan,” ujar Kai. [*]