Dalam beberapa hari terakhir, Bitcoin kembali menjadi sorotan di pasar kripto. Harga BTC anjlok tajam dari zona US$121.000, hingga menyentuh level US$105.000. Meski begitu, analis melihat adanya potensi pemulihan. Namun, data on-chain justru menunjukkan sinyal yang mengarah ke tren bearish.
Wedge Belum Patah, Bitcoin Masih Berpeluang Rebound
Berdasarkan analisis yang diunggah oleh salah satu analis ternama, CobraVanguard, pada Sabtu (11/10/2025), Bitcoin saat ini menunjukkan bahwa pola krusial yang memperkuat tren bullish masih utuh dan telah terbentuk sejak pertengahan 2024.
“Meskipun harga Bitcoin turun tajam, untungnya pola descending wedge kita belum tertembus, yang bisa menjadi sinyal positif dan berpotensi mendorong harga naik sedikit,” tegasnya.
Meski BTC sempat jatuh tajam dari sekitar US$121.000 ke US$105.000, harga masih bergerak di dalam batas bawah wedge, menandakan bahwa struktur bullish jangka menengah belum benar-benar patah.

Di sisi atas, area sekitar US$130.000–US$131.000 terlihat menjadi resistance kunci atau Potential Reversal Zone (PRZ). Area ini ditandai sebagai zona potensi pembalikan, di mana tekanan jual besar kemungkinan muncul kembali jika harga berhasil menembus ke sana.
Sebaliknya, di sisi bawah, zona US$110.000–US$105.000 menjadi support penting yang sudah beberapa kali diuji dan terbukti mampu menahan tekanan penurunan. Jika support level ini tetap bertahan, peluang terjadinya rebound cukup besar.
Secara teknikal, descending wedge umumnya dianggap sebagai sinyal bullish reversal, namun konfirmasi baru akan muncul jika berhasil menembus batas atas wedge. Dalam skenario bullish jangka pendek, Bitcoin berpotensi pullback menuju US$120.000–US$125.000, bahkan menguji kembali resistance PRZ di US$131.000.
Pasar Derivatif Bitcoin Tunjukkan Tanda Risiko Tinggi
Meskipun rising wedge masih utuh, data derivatif justru menunjukkan sinyal berlawanan. Berdasarkan grafik Bitcoin Futures Flow Index yang dibagikan oleh Crypto C, terjadi penurunan drastis pada market flow index hingga menyentuh kisaran 13,3 persen — level terendah dalam beberapa pekan terakhir.
Angka ini menandakan dominasi tekanan jual dari pelaku pasar derivatif Bitcoin, di mana arus dana keluar dari kontrak futures meningkat tajam. Kondisi tersebut menjadi pertanda bahwa trader institusional mulai mengurangi eksposur terhadap risiko.

Jika diamati, harga BTC yang kini bergerak di kisaran US$113.000–US$112.000 menunjukkan pelemahan seiring turunnya Integrated Market Index. Secara historis, ketika indeks ini jatuh di bawah 45 poin, pasar cenderung masuk ke fase bearish.
“Saat ini, harga BTC bergerak di sekitar zona Fair Value (sekitar US$112.000), sementara Integrated Market Index terus anjlok — menjadi tanda jelas bahwa dominasi bearish mulai menguat,” tulisnya.
Sementara itu, zona di atas 55 poin biasanya menandai fase bull market, yang hingga kini belum menunjukkan tanda pemulihan. Dengan posisi indeks yang melemah, pasar berpotensi memasuki periode konsolidasi atau koreksi lanjutan jika tekanan jual berlanjut.
Dari sisi teknikal, struktur rising wedge di grafik masih belum terkonfirmasi patah. Selama BTC bertahan di atas support tersebut, peluang rebound menuju US$120.000 hingga US$125.000 masih terbuka. Namun, bila tekanan dari pasar derivatif semakin kuat dan menembus batas bawah wedge, penurunan lanjutan bisa terjadi. [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.