Kendati menguat lebih dari 11 persen dalam 24 jam terakhir, sejatinya Bitcoin dan aset kripto lainnya masihlah loyo. Penambang Bitcoin pun terancam gulung tikar akibat penurunan cepat harga pada Jumat pekan lalu. Dari sudut pandang veteran Bitcoin, Eric Choy International Markets Director di Valarhash, punya pandangan khusus.
“Pasar aset kripto belum pingsan, walaupun harga Bitcoin turun 50 persen sejak bulan lalu dengan pertumpahan darah yang amat parah dalam 2 minggu terakhir,” kata Choy kepada Blockchainmedia melalui Telegram hari ini.
Choy tak menampik tafsiran penyebabnya, yakni pandemi virus Corona yang memaksa penjualan saham dalam jumlah besar, hingga The Fed yang memangkas suku bunga acuan.
“Bagi saya itu semua memberikan kita tambahan satu instrumen dan sudut pandang lain untuk melihat Bitcoin. Bagi para veteran di sektor ini, volatilitas yang mirip seperti ini bukanlah hal baru. Sedangkan bagi penambang Bitcoin, situasi itu kian memantapkan mental mereka untuk terus bertahan,” ujar Choy.
Choy mengakui para penambang Bitcoin memang berhadapan dengan imbal hasil negatif dengan harga Bitcoin yang sangat mengenaskan ini.
Pun dengan alat tambang Bitcoin S19 Pro merek Bitmain (belum dipasarkan), dengan harga saat ini, penambang hanya bisa menghasilkan US$0,41 (Rp6 ribu) per hari.
“Itu jelas jauh dari cukup untuk membeli masker jenis N95,” katanya.
Sedangkan bagi para penambang berskala besar, peralihan dari model alat tambang lama ke baru berlangsung di saat-saat yang buruk. Penyebabnya adalah karena banyak penambang telah membuang model Antminer S9 yang legendaris itu.
Valarhash yang mengelola bitcoin mining pool 1THash dan Bytepool misalnya, sebagian besar telah melengkapi dengan alat tambang baru, seperti Antminer S17 dan Whatsminer S20s.
“Tetapi mereka belum mematikan mesin mereka seperti yang dipikirkan kebanyakan orang,” kata Choy.
Choy mengutip pernyataan Direktur Valarhash belum lama ini, bahwa mereka telah melalui masa-masa yang bergejolak ini sebelumnya. Dan mereka juga siap secara mental untuk situasi seperti itu.
“Strategi kami saat ini adalah menemukan cara-cara baru untuk menurunkan biaya operasional. Kami tetap bertahan, karena pasar akan pulih pada akhirnya. Entah kapan,” kata Direktur Valarhash. [vins]