Pada Jumat, 20 November 2020, pukul 23:14 WIB, Bitcoin naik lagi menjadi US$18.825, hampir menyentuh US$19.000 (Rp270 juta). Posisi teranyar itu juga praktis membuka peluang sangat lebar menuju US$19.646-20.000 (lebih dari Rp284 juta), sebagai harga tertinggi sepanjang masa.
Bitcoin memperpanjang reli yang memukau, mendekati US$19.000 untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. Penghayat Bitcoin kian semangat, yakin dengan cepat melampaui level tertinggi sepanjang masa.
Dilansir dari Bloomberg, beberapa menit setelah penguatan baru itu, Bitcoin naik sebanyak US$875, atau 4,9 persen, menjadi US$18.821 pada Jumat.
Bitcoin telah melonjak lebih dari 15 persen sepanjang pekan ini. Ia juga naik dua kali lipat tahun ini, lonjakan yang memacu ingatan tentang reli 1.375 persen pada tahun 2017 yang membuatnya mendekati US$20.000.
“Ada sedikit yang mengatakan, bahwa reli ini telah kehabisan tenaga dan semua tanda menunjukkan menuju tertinggi sepanjang masa dalam waktu dekat,” kata Denis Vinokourov, Kepala Riset di Bequant di London kepada Bloomberg.
Bitcoin semakin mendapatkan aliran modal setelah PayPal membuka layanan jual-beli aset kripto, termasuk Bitcoin di aplikasinya pada 21 Oktober 2020 lalu. Sejak itu Bitcoin melonjak lebih dari US$13.000 untuk pertama kalinya lebih dari setahun.
US$170 Ribu per BTC?
Sebelumnya, Analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone berpendapat harga Bitcoin bisa mencapai US$170 ribu per BTC.
“Jangka pendek, US$20 ribu adalah resistance yang baik. Saya pikir Bitcoin akan sama seperti emas, yang mencapai US$2 ribu, lalu terkonsolidasi dalam bull market,” jelas McGlone dalam wawancara dengan Bloomberg, 18 November 2020 lalu.
Bitcoin naik hingga US$18.500 pada Selasa (17/11/2020) sebelum jatuh ke US$17.200 tidak lama kemudian, berdasarkan data TradingView.com.
Sejak itu, aset kripto tersebut cenderung datar, konsolidasi antara kedua level itu. Secara jangka panjang, McGlone memrediksi tren bullish akan terus berlanjut di tahun-tahun depan.
“Ingatlah, akhir tahun lalu harganya US$7 ribu. Jika Anda lihat kinerja di masa lalu, yang bisa terulang di masa depan, tahun depan atau dua tahun lagi, Bitcoin bisa menambah angka nol di belakangnya,” jelas McGlone.
Berdasarkan perhitungan Cointelegraph, acuan harga US$7 ribu di akhir tahun 2019, Bitcoin menambah satu angka di depan, sehingga harganya US$17 ribu. Tambahan angka nol di belakang US$17 ribu berarti prediksi harga US$170 ribu.
Bitcoin menembus US$18 ribu ketika wawancara bersama McGlone itu, sehingga satu angka nol di belakang bisa berarti harga masa depan US$180 ribu.
McGlone mengungkit sejumlah hal penting dalam wawancara itu, termasuk perubahan harga Bitcoin. Bitcoin menjadi emas versi digital, jelas McGlone.
Satu hal penting yang terjadi tahun ini adalah volatilitas Bitcoin menurun, bahkan sangat rendah dibandingkan dengan emas.
Analis itu juga menjelaskan volatilitas Bitcoin terhadap Nasdaq, patokan pasar yang cukup umum. Volatilitas aset beresiko lain meningkat, tetapi volatilitas Bitcoin menurun, tegasnya.
McGlone mengungkit FOMO dari investor institusi terhadap Bitcoin sejalan dengan penerbitan uang yang semakin banyak oleh bank sentral.
Tahun ini, telah ada sejumlah pemain keuangan besar yang membeli Bitcoin, seperti MicroStrategy dan Square besutan Jack Dorsey. [red]