Bitcoin Pulih, Analis Sebut Pasar Fokus pada Data Inflasi

Bitcoin (BTC) pulih hari ini usai mengalami penurunan tajam minggu lalu. Pasar kripto terus bergejolak, dan perhatian investor kini tertuju pada data inflasi dan langkah kebijakan Federal Reserve (Fed) yang akan datang, menurut Panji Yudha, analis dari Ajaib Kripto.

Pada minggu lalu, Bitcoin mengalami penurunan drastis sebesar 9 persen, mencapai US$52.598. Ini merupakan penurunan mingguan terbesar sejak Agustus 2023, yang mencerminkan tingginya volatilitas dalam pasar kripto. Penurunan tersebut memicu kekhawatiran di kalangan investor mengenai ketidakstabilan pasar, terutama di tengah spekulasi seputar kebijakan moneter AS.

bitcoin pulih

Selama minggu tersebut, di Amerika Serikat, terdapat arus keluar yang signifikan dari 11 ETF Spot Bitcoin, dengan total outflow sebesar US$706 juta, menurut data dari SoSo Value.

Arus keluar dari ETF Bitcoin ini terjadi selama delapan hari berturut-turut, dimulai sejak 27 Agustus hingga 6 September, dengan net outflow mencapai hampir US$1,2 miliar. Hal ini menjadi urutan penarikan terpanjang sejak peluncuran produk ETF ini pada 10 Januari 2024.

Dampak Proyeksi CPI terhadap Pasar Kripto

Meski sempat mengalami penurunan yang signifikan, awal pekan ini Bitcoin menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada malam Senin, 9 September 2024, BTC melonjak sekitar 5 persen dan berhasil kembali ke US$57.000. Pada Selasa pagi, 10 September 2024 pukul 09:00 WIB, BTC diperdagangkan di level US$56.890, mencerminkan respons positif pasar terhadap ekspektasi makroekonomi serta kebijakan moneter global.

Bitcoin Pulih

Arah pergerakan Bitcoin ke depan diprediksi sangat dipengaruhi oleh sejumlah agenda makroekonomi mendatang, terutama data inflasi Amerika Serikat yang dijadwalkan akan dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) pada Rabu, 11 September 2024.

Bulan lalu, inflasi tahunan di AS turun menjadi 2,9 persen pada Juli, dari sebelumnya 3 persen pada Juni. Penurunan ini berkontribusi pada penguatan kinerja Bitcoin di pasar kripto.

Lanjut Panji, pelaku pasar saat ini memproyeksikan bahwa inflasi CPI (Consumer Price Index) untuk bulan Agustus akan turun lebih lanjut menjadi 2,6 persen YoY. Jika proyeksi ini akurat, Bitcoin berpotensi menguat lebih lanjut. Namun, jika inflasi ternyata lebih tinggi dari ekspektasi, pasar bisa kembali menghadapi tekanan. Sementara itu, core CPI—yang mengecualikan harga makanan dan energi—diperkirakan tetap stabil di angka 3,2 persen YoY, sama seperti bulan sebelumnya.

proyeksi CPI

Bitcoin Pulih dan Coba Jajal Hambatan US$57.000

“Secara teknikal, Bitcoin saat ini berpotensi menguji kembali area resistance di US$57.000. Jika berhasil menembus resistance tersebut, BTC bisa menuju ke MA-20 di sekitar US$58.830, dengan sasaran selanjutnya di kisaran US$61.000 hingga US$62.000. Namun, hal ini sangat bergantung pada apakah data inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar atau tidak,” jelas Panji dalam keterangan resminya melalui surel.

Menurutnya jika inflasi lebih tinggi dari yang diperkirakan, ada kemungkinan besar BTC akan terkoreksi dari resistance tersebut dan bisa kembali melemah ke sekitar US$55.000.

Usai Data Inflasi, Awasi FOMC

Selain inflasi, fokus investor juga tertuju pada pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) yang dijadwalkan berlangsung pada 17 dan 18 September mendatang. Data inflasi akan menjadi penentu langkah selanjutnya dari The Fed terkait suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi Bitcoin serta aset kripto lainnya.

Menurut CME FedWatch Tool, para pelaku pasar memperkirakan ada peluang 73 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), dan 27 persen kemungkinan bahwa pemangkasan suku bunga akan lebih agresif, yaitu sebesar 50 basis poin.

Panji menjelaskan, perubahan kebijakan ini sangat berpotensi menggerakkan pasar kripto secara signifikan. Jika Fed memilih untuk melonggarkan kebijakan moneternya, investor mungkin akan merasa lebih percaya diri untuk kembali masuk ke pasar kripto dan saham, yang dapat mendorong Bitcoin kembali ke tren penguatan.

Namun, di sisi lain, jika inflasi terus menunjukkan tekanan yang tinggi, The Fed mungkin akan mempertimbangkan untuk menunda atau bahkan membatalkan rencana penurunan suku bunga. Kondisi ini akan membuat pasar lebih tidak stabil, karena investor cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil risiko pada aset kripto.

“Pasar saat ini sangat rentan terhadap kebijakan moneter AS, terutama di tengah spekulasi tentang langkah-langkah yang akan diambil oleh Federal Reserve. Jika The Fed lebih agresif dalam memangkas suku bunga, ini bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin pulih lebih tinggi untuk kembali menguat, namun tetap perlu diwaspadai dampak dari inflasi yang lebih tinggi,” tambah Panji Yudha.

Menyimak 4 Proyeksi Spektakuler Harga BTC

Dengan berbagai dinamika yang terjadi di pasar saat ini, baik dari sisi makroekonomi maupun kebijakan moneter dan di tengah harga Bitcoin pulih, para pelaku pasar kripto akan terus mencermati setiap perkembangan yang terjadi, terutama terkait perilisan data inflasi serta pertemuan FOMC. Setiap pergerakan kecil dari kebijakan Fed atau perubahan inflasi bisa menjadi sinyal penting bagi investor untuk menentukan langkah mereka selanjutnya di pasar kripto.

Ke depan, volatilitas pasar diprediksi masih akan tinggi seiring dengan ketidakpastian ekonomi global, dan Bitcoin tetap menjadi salah satu indikator utama dalam mengukur sentimen risiko di pasar kripto. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait