Bitcoin Sasar US$109.000 Pasca Data Inflasi AS Terbaru?

Harga Bitcoin mencetak lonjakan besar hingga menyentuh level tertinggi dalam empat bulan terakhir di angka US$105.800 pada Senin, sebelum terkoreksi ke kisaran US$102.827 pada Selasa pagi (13/5/2025) pukul 08:00 WIB. Federal Reserve pun mungkin akan segera menurunkan suku bunga, pasca data inflasi terbaru dan berpotensi dapat “menekan naik” BTC menuju US$109 ribu.

Kenaikan ini terjadi di tengah meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang mendorong reli pasar aset berisiko, termasuk kripto. Terpantau pada Kamis (15/5/2025) malam, BTC berada di US$103 ribu dan terus mencoba menerobos kembali US$105 ribu. 

Harga BTC Melonjak setelah Ketegangan AS–China Mereda

Kesepakatan untuk menurunkan tarif selama 90 hari disambut positif oleh pasar. AS mengurangi tarif dari 145 persen menjadi 30 persen, sedangkan Tiongkok menurunkan bea masuk dari 125 persen menjadi 10 persen. Pernyataan bersama terkait langkah ini dirilis usai perundingan bilateral di Swiss dan langsung direspons dengan penguatan harga BTC dan sejumlah aset kripto lainnya.

Dialog Dagang AS-Tiongkok Bikin Pasar Kripto Bernapas Lega

Ethereum juga menunjukkan kinerja luar biasa. Setelah mengalami lonjakan mingguan lebih dari 35 persen, ETH sempat diperdagangkan di angka US$2.600 sebelum turun ke level US$2.465 pada waktu yang sama. Kenaikan tajam ini terjadi setelah keberhasilan peluncuran Pectra upgrade yang meningkatkan efisiensi jaringan.

Menurut Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, kepada Blockchainmedia.id belum lama ini, tren penguatan harga Bitcoin dan pasar kripto saat ini didorong oleh perbaikan sentimen global. Ia mengatakan bahwa reli yang terjadi dalam sangat dipengaruhi oleh meredanya konflik geopolitik dan ekspektasi investor terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar. 

Meski demikian, Panji mengingatkan potensi aksi ambil untung setelah CPI AS dirilis. Secara teknikal, tren bullish masih bisa berlanjut jika harga BTC bertahan di atas MA-20 (US$97.645) dan tidak turun di bawah level US$100.000.

Di sisi lain, meskipun arus dana ke Bitcoin Spot ETF di AS menunjukkan penurunan, akumulasi oleh investor institusional masih berlangsung. Sepanjang periode 5 hingga 9 Mei, dana yang masuk ke Bitcoin ETF tercatat sebesar US$599 juta, turun dari US$1,81 miliar pada pekan sebelumnya. 

Namun, angka tersebut masih dianggap stabil jika dibandingkan dengan lonjakan aliran dana yang sempat menyentuh US$3 miliar pada akhir April lalu. Panji menyebut bahwa perlambatan ini kemungkinan merupakan fase konsolidasi menjelang masuknya pembelian dari institusi besar yang dapat berdampak pada tren kenaikan harga Bitcoin.

CPI AS Jadi Penentu BTC Jadi US$109 Ribu?

Selain fokus pada pergerakan harga BTC, investor sebelumnya memang berfokus pada data Consumer Price Index (CPI) AS bulan April yang dirilis pada 13 Mei. Proyeksi sebelumnya menunjukkan inflasi tahunan turun ke 2,3 persen. 

Laporan inflasi terbaru dari Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Consumer Price Index (CPI) pada April 2025 tercatat sebesar 2,3 persen secara tahunan, berdasarkan data dari Bureau of Labor Statistics. Angka ini menurun dari 2,4 persen pada bulan Maret dan merupakan tingkat inflasi terendah sejak Februari 2021, sehingga semakin memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan segera menurunkan suku bunga.

Sebelumnya, inflasi AS pada bulan Maret telah turun menjadi 2,4 persen dari 2,8 persen pada Februari. Jika tren ini berlanjut, maka rilis CPI akan menjadi kejutan positif ketiga berturut-turut dan bisa menjadi katalis lanjutan bagi kenaikan harga Bitcoin serta pemulihan pasar kripto.

Panji pun berpendapat dengan menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga—jika akhirnya dilakukan—dapat menjadi pemicu berikutnya bagi harga Bitcoin untuk melampaui level US$109.000. Meski sentimen pasar cenderung positif, volatilitas jangka pendek diperkirakan tetap tinggi.

Dalam pernyataan terbarunya, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa penurunan suku bunga belum dapat dipastikan, mengingat dampak penuh dari kebijakan tarif terhadap ekonomi belum sepenuhnya terlihat. Di tengah ketidakpastian tersebut, pasar kripto masih mendapat dukungan dari faktor likuiditas.

Prediksi Resesi AS 2025 Bikin Keringat Dingin, Pasar Kripto Gimana?

Departemen Keuangan AS terus melakukan injeksi dolar ke sistem keuangan. Sementara itu, jumlah cadangan Bitcoin di bursa telah turun ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir. Dengan suplai yang terbatas, terutama setelah siklus halving Bitcoin, dan likuiditas global yang tinggi, peluang harga BTC untuk mencetak rekor baru dinilai masih terbuka lebar. [dp]

Terkini

Warta Korporat

Terkait