Bitcoin sebagai Emas Digital

Walaupun berwujud digital, aset kripto Bitcoin memiliki banyak kemiripan dengan emas. Kemiripan keduanya, yang utama adalah jumlahnya sama-sama langka dan memerlukan energi dan biaya besar dalam proses produksinya. Akibatnya Bitcoin dan emas dianggap sebagai aset bernilai, terutama untuk jangka panjang.

OLEH: Tim Remitano

Bagi Anda pendatang baru di dunia Bitcoin, memahami kesamaan karakter itu cukup sulit dipahami. Hal itu dapat dimaklumi, karena Bitcoin baru tumbuh sekitar 11 tahun dan popular terbatas di kalangan tertentu. Sedangkan emas sudah berusia ribuan tahun, jauh sebelum Masehi.

Emas, seperti yang Anda pahami adalah entitas mineral yang terbentuk secara alami dari perut bumi. Ia berwujud fisik, dapat dilihat dan diraba. Ia disebut sebagai logam mulia karena tak bisa berkarat dan jumlahnya langka.

Ia dinilai baik karena kemilau kuningnya, sehingga layak dijadikan perhiasan. Ia juga dijadikan sebagai instrumen investasi dari generasi ke generasi, tidak lekang dimakan zaman.

Sebaliknya, Bitcoin murni berwujud digital, hasil dari pemrograman berbalut kriptografi, dan teknologi jaringan komunikasi.

Karenanya Bitcoin tidak bisa disimpan dalam brankas fisik seperti emas. Ia juga bukan bahan mentah untuk membuat perhiasan. Bagaimana Bitcoin bisa bernilai tinggi, sama dengan atau bahkan lebih tinggi daripada emas? Jawabannya adalah “kepercayaan” alias trust.

Umat manusia mulai percaya pada Bitcoin sebagai bentuk baru dari uang digital (digital money) ini. Dalam perkembangannya dia dikenal juga sebagai electronic cash, cryptocurrency dan crypto asset.

Bitcoin dirancang oleh Satoshi Nakamoto sebagai entitas yang berseberangan dengan sistem uang fiat (berasal dari bahasa Latin: let it be done) oleh negara melalui bank sentral. Uang fiat (dolar AS, rupiah, yen, yuan dan lain-lain) adalah uang logam dan uang kertas yang tidak dijamin apa-apa, selain bahan logam, kertas dan tinta yang digunakan untuk menerbitkannya.

Dengan sistem fiat, sesuai dengan arti harfiahnya, pemerintah serta bank sentral dan bank swasta memiliki kendali atas keuangan dan ekonomi dunia. Hal ini menguntungkan sekelompok elit yang selalu menjaga kendali atas mata uang ini, sekaligus mengendalikan ekonomi dan kehendak rakyat.

Sebab itu, pada tahun 2009 Bitcoin lahir sebagai pemberontakan keuangan digital yang melawan sistem uang fiat demi memberikan umat manusia jalur keuangan yang lebih baik untuk diikuti. Hal inilah yang telah dicapai Bitcoin sejak penciptaannya.

Bitcoin juga memecahkan serangkaian masalah dan kebutuhan masyarakat, utamanya memberdayakan rakyat jelata dengan menjamin kebebasan memilih bagi semua orang.

PBB mendefinisikan hak sebagai “kebebasan untuk memilih.” Mengapa tidak rakyat memiliki hak untuk memilih jenis mata uang yang dipakai, mata uang tanpa perantara, tanpa pajak yang tidak proporsional, tanpa pembatasan transaksi internasional?

Kendati Bitcoin belum bisa ditransfer secara instant, transfer secara internasionalnya lebih cepat, berbiaya murah dan desentralistik dibandingkan uang fiat. Lebih penting lagi, Bitcoin menginspirasi lahirnya aset kripto lain.

Alasan Bitcoin lebih berharga dan bernilai daripada emas adalah Bitcoin menjadi pembebas keuangan manusia dan menginspirasi beragam ciptaan baru di sektor aset kripto.

Sama seperti hak untuk mengekspresikan diri melalui media sosial, kini manusia berhak memerdekakan diri di bidang keuangan. Hal ini bisa dicapai berkat Bitcoin dan aset kripto desentralistik lain.

Penting dicatat, bahwa Bitcoin secara sistem adalah platform yang menghadirkan teknologi blockchain. Blockchain mengusung transparansi, kekekalan, kredibilitas, demokrasi dan kebebasan.

Nilai-nilai itulah yang menjadi tiang sandaran yang diberikan umat manusia kepada Bitcoin. Hal ini menjelaskan mengapa Bitcoin merupakan aset dengan valuasi terbesar di dunia, menurut Bank of America, Bitcoin bahkan melampaui aset yang telah dominan selama berabad-abad lamanya, yaitu emas.

Kemiripan Teknis Bitcoin-Emas
Menurut World Gold Council, sekitar 197.576 ton emas yang telah ditambang. Jumlah Bitcoin yang bisa diedarkan terbatas pada angka 21 juta Bitcoin. Saat ini, 6,25 Bitcoin baru dihasilkan rata-rata setiap 10 menit dan sudah ada 18.420.000 Bitcoin yang beredar.

Kendati Bitcoin baru 11 tahun, aset ini sudah menjadi alat simpan nilai yang kuat. Bitcoin memang volatil di jangka pendek, tetapi berhasil menjaga dan meningkatkan harganya di dalam jangka panjang.

Kami berpendapat emas tidak kehilangan nilainya seiring waktu, berkat sifat logam Aurum (Au) yang anti karat. Sifat ini menjadikan emas lebih dipilih dibanding logam lain seperti tembaga yang berkarat seiring waktu.

Mirip dengan emas, Bitcoin tahan lama dan tidak dapat diutak-atik. Sifat ini bergantung kepada jaringan desentralistik yang menopang Bitcoin, yaitu blockchain.

Setiap simpul menyimpan salinan data transaksi dan memverifikasinya untuk memastikan tidak ada yang memakai Bitcoin yang mereka tidak miliki. Sementara itu, jaringan penambang (miner) Bitcoin bertanggung jawab memvalidasi transaksi dan berperan menjaga sirkulasi jumlah Bitcoin.

Selama ada simpul yang bekerja dengan benar, Bitcoin yang disimpan dalam dompet digitalnya akan tetap aman. Tidak ada yang bisa memodifikasinya, sebab datanya diawasi oleh semua komputer dalam jaringan blockchain.

Sifat dan mutu emas sama di negara manapun di dunia, meski bentuknya bisa beraneka macam. Bitcoin lebih universal, sebab unit digitalnya tidak berubah dan tidak ada bentuk lain. Bitcoin, atau satuan satoshi, memiliki nilai yang sama di Venezuela, Jepang atau negara lain.

Baik emas dan Bitcoin bisa dipecah menjadi unit sangat kecil. Belum ditentukan emas bisa dipecah sampai unit terkecil apa, tetapi batas paling kecil Bitcoin sudah jelas yaitu 0,00000001. Unit kecil ini dinamai satoshi, sesuai nama penciptanya. Tidak seperti emas, pemecahan Bitcoin lebih murah, sebab merupakan uang digital dan bukan komoditas fisik.

Bitcoin Sulit Dipalsukan
Bitcoin dan emas sama-sama sulit dipalsukan. Emas memiliki warna yang unik dan merupakan logam yang sangat padat, tetapi pemalsuan emas semakin banyak akibat nilainya yang naik.

Teknologi blockchain pada Bitcoin membuat unit atau transaksi Bitcoin hampir mustahil dipalsukan, sehingga mencegah pembelanjaan ganda (double spending) yang lazim terjadi pada bentuk uang digital di masa lampau.

Baik emas dan Bitcoin bisa berfungsi sebagai komoditas dan mata uang. Selain itu, komersialisasi Bitcoin dan emas tidak dikendalikan politik atau bank sentral manapun sehingga kedua aset itu bersifat desentralistik. Penyebabnya karena kedua-duanya berada di luar struktur negara, tidak seperti uang fiat di bawah kendali negara secara langsung.

Bitcoin Tidak Dicuri Secara Fisik
Tidak ada yang bisa mencuri Bitcoin secara fisik, sebab Bitcoin tidak disimpan di dompet fisik, melainkan dompet digital dan hanya bisa ditransfer dengan persetujuan pemilik dompet, seperti melalui bursa aset kripto yang membutuhkan kata sandi dan verifikasi identitas.

Kendati demikian, semua pergerakan abnormal dalam akun seseorang akan terlacak oleh semua simpul di seluruh dunia. Artinya, perlindungan pribadi sangat penting bagi rekening dan peralatan Bitcoin seorang individu.

Hal ini masih jauh lebih aman dibanding membawa emas sebagai cara pembayaran. Tidak diragukan lagi, di negara manapun membawa emas cukup berbahaya, sehingga Bitcoin lebih aman dari sisi ini.

Jika emas digunakan sebagai alat pembayaran, digadaikan atau dibawa dalam perjalanan, baik dalam jumlah kecil atau besar, biaya pengangkutannya cukup mahal.

Sementara Bitcoin bisa dibawa dalam perjalanan tanpa membawa apa-apa selain nama rekening dan kata sandi. Pemilik Bitcoin bisa mengakses dompet dan mengelola transaksi dari manapun di dunia selama ada koneksi Internet.

Emas unggul dari Bitcoin di aspek kestabilan harga. Bitcoin merupakan aset kripto yang fluktuatif, harganya bisa meroket atau merosot tajam, sehingga bukan merupakan investasi ideal di jangka pendek. Untuk investasi jangka pendek, emas dirasa lebih baik.

Semua faktor di atas menunjukkan Bitcoin dan emas memiliki kemiripan. Bahkan selama tiga tahun terakhir, kedua aset ini memperlihatkan korelasi yang meningkat.

Bloomberg melaporkan bahwa korelasi antara emas dan Bitcoin meningkat dari 0,496 di tahun 2018 menjadi 0,827 di penghujung 2019. Koefisien korelasi 1 berarti dua aset bergerak persis sama, sedangkan -1 berarti dua aset bergerak bertolak belakang.

Kesimpulan
Kesimpulannya, selama ribuan tahun emas mendominasi sebagai alat simpan nilai (store of value). Tetapi di tahun 2009, semuanya berubah ketika Satoshi Nakamoto membaca kebutuhan manusia untuk bebas di bidang keuangan. Hal ini diberikan Bitcoin melalui beragam manfaat teknologi blockchain.

Semua ini, bersama dengan transparansi, kredibilitas dan valuasi eksponensial Bitcoin, menjadikan aset ini sebagai emas masa kini, emas digitak. Bukan hanya komunitas Bitcoin yang berpikir demikian, David Andolfatto, Wakil Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, melihat Bitcoin sebagai aset safe haven bagi seluruh dunia. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait