Inflasi yang tengah menguat belakangan ini, semakin tegas wacana bahwa perusahaan Amerika Serikat (AS) semakin memburu Bitcoin.
Bitcoin bakal menjadi topik hangat di kalangan departemen keuangan perusahaan AS di tengah meningkatnya laju inflasi.
Kondisi inflasi jangka pendek di kuartal pertama 2021, akan menggoda perusahaan-perusahaan di AS untuk mengonversi uang tunai mereka ke aset kripto Bitcoin (BTC).
Perkiraan ini bisa terjadi, walau banyak pakar keuangan membantahnya sejak Februari lalu.
Inflasi 2,5 Persen Tahun 2023
Berdasarkan data Statista, selama tahun 2020 inflasi di AS hanya 1,25 persen. Sedangkan inflasi tahunan pada tahun 2021 ini bisa mencapai 2,26 persen.
Angka itu akan meningkat pada tahun 2023 menjadi 2,5 persen. Inflasi diperkirakan akan pulih seperti tahun 2021, ketika masuk ke besaran 2,25 pada tahun 2026.
Dalam rentang tahun 2010 sampai 2020, inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni 3,14 persen. Sedangkan yang terendah adalah 0,12 persen pada tahun 2015 silam.
Perusahaan: Inflasi Kuat Nyata
Prediksi tersebut mencuat tatkala tak kurang dari 47 perusahaan di negeri pimpinan Biden itu, mengatakan inflasi menguat sedang terjadi.
Kesimpulan itu tertuang dalam satu pertemuan virtual beberapa waktu lalu, dilansir dari Cointelegraph.
Berdasarkan laporan Factset, Senin (26/42021), angka itu juga menandakan jumlah perusahaan yang menyampaikan hal senada dalam kurun satu dekade terakhir.
Pada awal April lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS merilis laporan Indeks Harga Produsen mengalami kenaikan 4,2 persen year on-year, tertinggi sejak September 2011.
Namun Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell menilai, inflasi dan indeks harga produsen saat ini hanya akan berlangsung sementara saja.
Pendapat Jerome malah mendapat pertentangan. Ada kekhawatiran, pelaku usaha akan mengalihkan beban biaya produksi yang besar akan ditimpakan kepada publik.
Ini yang mengakibatkan harga barang dan jasa meningkat daripada sebelumnya.
Alih Dana ke Aset Lain
Di tengah penguatan inflasi, penurunan nilai dolar juga terjadi. Di titik ini, sejumlah perusahaan juga mungkin akan mencari cara untuk melindungi nilai uang tunai mereka.
Uang tunai itu termasuk yang didapatkan perusahaan dari program stimulus pemerintah.
Program itu menggelontorkan dana sebesar hampir US$6 triliun untuk merangsang perekonomian AS dampak pandemi COVID-19.
Sebagian dari dana itu masuk ke perusahaan-perusahaan.
Perusahaan Beli Bitcoin
Pada Agustus 2020 lalu, perusahaan publik asal AS, MicroStrategy menjadi tajuk utama media dunia, ketika mengumumkan pembelian Bitcoin (BTC) pertamanya.
Perusahaan pimpinan Michael Saylor itu kini memiliki lebih dari 90.000 BTC senilai lebih dari US$5 milyar.
Keputusan itu diikuti oleh perusahaan publik lainnya, yakni Tesla pimpinan Elon Musk. Pada Februari 2021 ia Tesla mengumumkan telah membeli Bitcoin senilai US$1,5 milyar pada bulan sebelumnya.
Lantas Senin (26/4/2021) Tesla menjual sebagian Bitcoin dan mengakui mereguk laba bersih US$101 juta.
Menguatnya inflasi di AS dan menurunnya nilai dolar bisa jadi mendorong lebih banyak perusahaan lain memburu Bitcoin.
MicroStrategy, Tesla, Square dan MassMutual adalah perusahaan yang sudah menyadari itu sejak awal.
Bahkan Dawn Fitzpatrick, Kepala Investasi Soros Fund Management, mengatakan bahwa harga Bitcoin akan terus terkerek, karena nilai dolar memang sedang melemah.
Harga Masih Wahid
Harga Bitcoin selama sepekan terakhir menguat sangat baik, naik dari sekitar Rp691 juta menjadi Rp819 juta.
Sejumlah analis meramalkan harga Bitcoin akan terus wahid, walaupun masih berjarak dari rekor terbarunya pada 14 April 2021 lalu (Rp936 juta per BTC). [ab]