Selasa (02/04) lalu, Bitcoin melambung hingga ke harga tertingginya selama lima bulan terakhir dan mendongkrak harga altcoins besertanya. Sejumlah analis berpendapat, pergerakan tersebut terjadi karena ada satu pembeli besar yang memicu perdagangan berbasis algoritma komputer.
Bitcoin (BTC) melonjak hingga 20 persen di pasar Asia, menembus US$5 ribu untuk pertama kalinya sejak pertengahan November tahun lalu. Pada Selasa sore, BTC stabil di kisaran US$4.800, meningkat 16 persen. Hal itu merupakan lonjakan terbesar dalam sehari bagi Bitcoin sejak April tahun lalu.
Kripto nomor wahid tersebut melambung hingga US$20 ribu di penghujung tahun 2017, puncak sebuah gelembung yang didorong investor ritel. Tetapi, tahun lalu harga kripto serba longsor hingga lebih 75 persen, dan perdagangan didominasi oleh hedge fund dan perusahaan investasi kripto.
“Perolehan Bitcoin tersebut mungkin dipicu oleh pembelian sebesar US$100 juta yang tersebar di bursa kripto Coinbase dan Kraken di Amerika serta Bitstamp di Luksemburg. Ada satu pemesanan sebesar 20 ribu BTC yang dikelola secara algoritmis di ketiga bursa tersebut,” jelas Oliver von Landsberg-Sadie, CEO BCB Group, sebuah perusahaan broker kripto.
Jika volume di ketiga bursa itu diamati, ada sejumlah transaksi sebesar 7 ribu BTC yang terjadi secara sinkron dalam kurun waktu sejam, tambah Landsberg-Sadie. Kendati demikian, tidak ada analis yang menemukan peristiwa atau perkembangan apapun yang bisa menjelaskan motivasi pembeli besar tersebut.
Sebelum Selasa lalu, pasar kripto cenderung tenang sejak awal tahun, di mana Bitcoin berada di rentang US$3.300-US$4.200. Investor besar banyak yang menunggu dan belum masuk di pasar kripto. Kecemasan mengenai pelanggaran keamanan dan ketidakjelasan regulasi disebut sebagai alasan kurangnya minat arus utama terhadap aset kripto.
Bitcoin dianggap belum mampu menyamai pasar modal tradisional. Hal itu ditandai oleh CBOE Global Markets yang bulan lalu menyatakan tidak akan lagi menawarkan perdagangan berjangka (futures) bagi Bitcoin. Tetapi CME Group, yang meluncurkan Bitcoin berjangka setelah CBOE, masih menjual produk berjangka itu.
“Pergerakan harga besar yang jarang terlihat di pasar modal konvensional cukup lazim di pasar kripto disebabkan likuiditas yang tipis dan harga yang transparan. Pembelian besar dapat memicu perdagangan berbasis algoritma komputer,” jelas Charlie Hayter, pendiri CryptoCompare.
Ketika harga Bitcoin meroket, 6 juta perdagangan terjadi dalam sejam, tiga hingga empat kali lipat volume normal, dengan sebagian besar di antaranya terjadi di bursa kripto Asia, tutur Hayter.
Meningkatnya harga Bitcoin juga menyebabkan harga altcoins melambung. Ethereum (ETH) dan Ripple (XRP), kripto kedua dan ketiga terbesar, sama-sama melonjak lebih dari 10 persen.
Mati Greenspan, analis di eToro menjelaskan, pergerakan harga kripto kecil cenderung terkorelasi dengan Bitcoin. Biasanya, Bitcoin adalah pemimpin pasar dan altcoins mengikuti, ketika berbicara soal arah dan sentimen pasar. Hari Selasa kemarin, Bitcoin bertindak sebagai “pengemudi”.
Sementara itu, analis Bitcoin Tone Vays, berpendapat terkadang harga bisa bergerak tanpa sebab. Vays berkata tidak selalu harus ada pemicu bagi pergerakan harga, dan bisa saja hanya spekulasi yang mendorongnya. Bitcoin tidak berbeda dengan aset lain, tambah Vays. [reuters.com/ed]