Pada awal bulan Oktober, istilah Bitcoin Uptober kembali mendominasi pasar aset kripto seiring dengan kenaikan signifikan harga Bitcoin dan beberapa aset lainnya. Setelah sempat stagnan pekan lalu, Bitcoin menunjukkan peningkatan lebih dari 7 persen dalam tujuh hari terakhir, memicu optimisme para investor.
Analis memproyeksikan bahwa tren Bitcoin Uptober ini mungkin terus berlanjut, tetapi dengan catatan bahwa faktor eksternal seperti data inflasi masih akan menjadi perhatian utama.
Pasar kripto dan saham Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan kinerja positif setelah meredanya kekhawatiran investor terkait inflasi. Bitcoin, sebagai aset kripto utama, tercatat mengalami kenaikan lebih dari 14 persen dalam sebulan terakhir, mencapai US$67.000 atau sekitar Rp1,042 miliar pada 16 Oktober 2024.
Kenaikan ini turut diikuti oleh Ethereum yang naik 7 persen, serta Solana yang tumbuh 7,57 persen dalam waktu yang sama. Aliran dana masuk bersih positif juga terpantau pada ETF Spot Bitcoin, dengan angka lebih dari US$550 juta pada 14 Oktober 2024, mencatat rekor tertinggi untuk paruh kedua 2024. Terpantau pada Rabu petang, harga BTC di pasar spot diperdagangkan di kisaran US$67.126, usai melonjak pada Selasa (15/10/2024) malam di kisaran US$67.915.
“Tren positif Bitcoin Uptober ini mencerminkan mulai meredanya kekhawatiran investor terkait perkembangan inflasi di AS,” kata Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/10/2024).
Dalam penelusuran Blockchainmedia.id, pada time frame harian berdasarkan data indikator Fib Retracement, sejauh ini BTC mencoba menjajal resistensi US$71.233, sebagai pintu masuk melampaui ATH 14 Maret 2024, US$73.799.
Fahmi menambahkan bahwa meskipun kekhawatiran mereda, sentimen jangka pendek tetap belum terlalu kuat baik dari faktor internal pasar kripto maupun eksternal. Investor masih menunggu rilis data inflasi, terkait data PCE pada 31 Oktober 2024 mendatang, yang akan menjadi indikator penting untuk sentimen pasar selanjutnya.
Menurut Fahmi, inflasi PCE diprediksi akan naik 0,2 persen secara bulanan, dan jika prediksi ini tepat, The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
“Jika inflasi sesuai ekspektasi, momentum positif ini bisa terus berlanjut. Namun, jika inflasi menyentuh 0,3 persen, ada kemungkinan suku bunga akan dipertahankan di level saat ini,” ujarnya.
Skenario terbaik untuk Bitcoin Uptober, menurut Fahmi, adalah jika inflasi hanya naik 0,1 persen, yang bisa memicu penurunan suku bunga lebih besar, yakni 50 basis poin, dan mendorong reli lebih lanjut di pasar kripto.
Selain inflasi, Fahmi juga menyebut bahwa pemilu AS menjadi faktor yang akan mempengaruhi kinerja Bitcoin dan saham AS. Ia mencontohkan bahwa pasca pemilu sebelumnya, pasar saham AS cenderung naik, begitu pula dengan Bitcoin yang melonjak dari US$13.000 hingga mendekati US$30.000 dalam dua bulan setelah pemilu 2020.
“Kami melihat situasi saat ini tidak jauh berbeda, Bitcoin memiliki potensi untuk kembali menguat pasca pemilu AS,” jelasnya.
Meskipun ada optimisme, Reku juga mengingatkan investor untuk tetap bijak dalam mengambil keputusan.
“Investasi dalam saham AS atau kripto tetap harus memperhatikan fundamental dan kondisi pasar yang berlaku,” ujar Fahmi. Ia menambahkan bahwa strategi seperti Dollar-Cost Averaging (DCA) dapat menjadi pendekatan yang menarik, terutama bagi investor pemula. Melalui DCA, investor dapat mengurangi dampak fluktuasi harga dan mendapatkan harga rata-rata yang lebih stabil untuk aset mereka.
Narasi Bitcoin Uptober kembali mencuri perhatian para investor dengan kenaikan harga yang signifikan. Namun, dengan adanya data inflasi yang akan dirilis dan dinamika suku bunga yang masih bisa berubah, investor diharapkan tetap berhati-hati dan selalu memperbarui strategi investasi mereka.
Apa Itu Bitcoin Uptober?
“Bitcoin Uptober” terkadang cukup disebut “uptober“, adalah istilah popular di kalangan komunitas kripto yang mengacu pada tren kenaikan harga Bitcoin selama bulan Oktober. Istilah ini berasal dari gabungan kata “Bitcoin” dan “October,” mencerminkan pola historis di mana harga Bitcoin cenderung mengalami peningkatan selama periode ini.
Per Rabu (16/10/2024) petang, data dari Coinglass terungkap, rata-rata return bulanan Bitcoin pada Oktober sejak 2013-2024 adalah sebesar 21,4 persen. Namun ini lebih kecil dibandingkan rata-rata November, yakni mencapai 46,81 persen. Sejauh ini sepanjang Oktober 2024, return BTC sebesar 6 persen, jauh lebih besar dibandingkan Oktober 2023, yakni 8,52 persen.
Fenomena ini seringkali dihubungkan dengan sentimen pasar yang lebih positif, volume perdagangan yang meningkat, serta berbagai faktor ekonomi dan makro yang mendukung pertumbuhan aset kripto. Selain itu, Bitcoin Uptober juga menjadi sorotan bagi para trader dan investor yang mengantisipasi lonjakan harga berdasarkan pergerakan historis dan momentum pasar.
Dalam catatan terbarunya, QCP Capital mengatakan pergerakan harga Bitcoin (BTC) saat ini tetap kuat di atas US$65 ribu.
“Kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan peluang kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden, karena kebijakan kriptonya yang lebih mendukung dibandingkan Kamala Harris,” sebut mereka.
Dalam konteks ini, aset kripto menunjukkan korelasi positif dengan prospek kemenangan Trump. Sementara itu, pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup lebih rendah, di tengah musim laporan pendapatan perusahaan.
“Khususnya, laporan dari ASML menunjukkan prospek perlambatan permintaan chip, yang memicu penjualan besar-besaran pada saham perusahaan semikonduktor seperti NVIDIA (NVDA) dan AMD,” tambahnya.
Meskipun pasar saham AS melemah, pergerakan turun ini tidak memengaruhi BTC, yang justru melonjak melewati US$67 ribu pada kemarin. Hal ini memperkuat pandangan optimis terhadap BTC menjelang tahun 2025.
QCP Capital juga menyoroti bahwa sejumlah bank sentral diprediksi akan memasuki siklus penurunan suku bunga, yang akan meningkatkan likuiditas pasar dan memicu potensi reli pada aset berisiko.
“Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) besok, sementara Bank Sentral China (PBoC) tetap mempertahankan kebijakan dovish. Federal Reserve (The Fed) diharapkan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini, dengan empat kali penurunan lagi yang diproyeksikan pada tahun 2025,” tukas mereka. [ps]