BNN AS Ditipu Mentah-mentah, Transfer Crypto USDT Setara Rp841 Juta

Badan Narkotika Amerika Serikat, DEA menjadi korban penipu crypto setelah tak sengaja melakukan transfer USDT sebanyak US$55.000.

Forbes dalam satu laporan baru-baru ini, merincikan bahwa DEA menyita lebih dari US$500.000 dalam bentuk koin stabil USDT pada bulan Mei, yang terhubung dengan dua akun Binance.

Badan Narkotika Nasional di AS mencurigai penggunaan uang crypto dalam transaksi narkoba ilegal, sesuai dengan surat perintah penelusuran FBI yang ditinjau oleh media finansial.

“Dana tersebut disimpan dalam dompet keras Trezor yang dikendalikan oleh DEA di fasilitas aman. Namun, seorang penipu yang mengamati aktivitas blockchain DEA meniru transaksi uji yang dilakukan oleh DEA kepada U.S. Marshals Service,” demikian keterangan dikutip Forbes.

The Block melansir dari laporan Forbes, dengan membuat alamat crypto yang mirip dengan akun Marshal, dengan mencocokkan lima karakter pertama dan empat karakter terakhir, penipu tersebut memancing DEA untuk melakukan transfer sejumlah besar USDT ke alamat yang salah.

“Karena alamat cryptocurrency biasanya sangat panjang, banyak pengguna hanya memeriksa karakter pertama dan terakhir saat melakukan transaksi.”

Dengan menciptakan alamat yang mirip dan menyerupai alamat Layanan U.S. Marshals, penipu berhasil menipu DEA untuk transfer dana crypto UDST ke tujuan yang salah.

Taktik ini, yang dikenal sebagai airdropping, bertujuan untuk memanfaatkan ketergantungan lembaga ini pada penyalinan alamat tanpa verifikasi yang cermat.

Setelah menyadari kesalahan tersebut, DEA mencoba menghubungi Tether, penerbit USDT, untuk membekukan dana tersebut, tetapi sudah terlambat, dan uangnya sudah lenyap.

Karena USDT adalah koin stabil terpusat, Tether dapat membekukan transaksi pada blockchain di mana koin tersebut diterapkan.

Bekerjasama dengan Biro Penyelidikan Federal, DEA menemukan bahwa dana yang dicuri diubah menjadi ether dan bitcoin dan ditransfer ke dompet baru.

Meskipun surat perintah FBI tidak mengkonfirmasi identitas penipu tersebut, dua akun Binance digunakan untuk membayar biaya transaksi penipu yang terhubung dengan akun Gmail anonim.

“Para agen berharap Google sekarang dapat membantu penyelidikan, karena dompet penipu masih berisi US$40.000 dan telah menerima US$425.000 sejak bulan Juni,” imbuh Forbes.

Potensi Penyalahgunaan Airdropping dari Kasus Penipuan Transfer Crypto USDT

Sementara airdropping adalah fitur yang sah yang sering digunakan dalam peluncuran token kripto, insiden ini menyoroti potensinya untuk disalahgunakan.

Airdropping melibatkan pengiriman sejumlah kecil kriptokurensi kepada penerima untuk membangun familiaritas dengan alamat tertentu.

Dalam kasus ini, penipu memanfaatkan familiaritas DEA dengan alamat U.S. Marshals untuk mengalihkan dana.

Ini menjadi pelajaran berharga baik bagi individu maupun lembaga di ruang kripto. Kewaspadaan harus dijaga saat menyalin alamat, dan verifikasi yang teliti sangat penting untuk mencegah kesalahan yang mahal. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait