Apakah AS tertinggal dalam AI dibandingkan Tiongkok? Pavel Durov, pendiri Telegram, meyakini hal itu. Ia menjelaskan bahwa kemajuan pesat tersebut dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang sangat kompetitif, sementara popularitas DeepSeek memicu perbincangan global tentang perubahan lanskap inovasi AI.
DeepSeek dan Kebangkitan AI Tiongkok
Pavel Durov, pendiri Telegram, baru-baru ini memberikan pandangannya tentang kesuksesan startup AI asal Tiongkok, DeepSeek. Dalam pernyataannya, ia menyoroti bagaimana negara ini dapat dengan cepat menyusul Amerika Serikat dalam bidang kecerdasan buatan.
Menurutnya, pencapaian ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari sistem pendidikan Tiongkok yang sangat kompetitif dan berorientasi pada hasil serta lebih unggul dibandingkan AS atau negara barat lainnya.
“Kemajuan Tiongkok dalam efisiensi algoritmik bukanlah muncul begitu saja. Para pelajar Tiongkok telah lama mengungguli negara lain dalam matematika dan pemrograman di olimpiade internasional,” tulis Durov, Rabu (29/01/2025).
Pernyataan Durov ini mendapatkan perhatian luas karena sejalan dengan berbagai laporan penelitian yang menunjukkan dominasi Tiongkok dalam bidang artificial intelligence, yang didorong oleh peluncuran DeepSeek berkat sistem pendidikan yang kuat di negara tersebut.
Perkembangan AI Tiongkok Lebih Unggul
Sebuah riset yang dipublikasikan oleh Field Cady dan Oren Etzioni dari Allen Institute (AI2) pada 13 Maret 2019 menyebutkan bahwa perkembangan AI Tiongkok telah melampaui AS dalam jumlah publikasi riset sejak tahun 2006.
Pada tahun 2018, Tiongkok menunjukkan peningkatan dalam jumlah makalah AI yang paling banyak dikutip di dunia, sementara Amerika Serikat mengalami penurunan yang signifikan.
“Melihat 10 persen makalah teratas, pangsa AS telah menurun secara bertahap dari puncaknya sebesar 47 persen pada tahun 1982 menjadi 29 persen pada tahun 2018. Sementara itu, Tiongkok terus meningkat tajam, mencapai puncak 26,5 persen pada tahun 2018, dengan segala indikasi bahwa tren ini akan terus berlanjut,” jelas riset tersebut.
![Dominasi Makalah AI Tiongkok - AI2](https://blockchainmedia.id/wp-content/uploads/2025/01/Dominasi-Makalah-AI-Tiongkok-AI2.webp)
Jika tren ini terus berlanjut, terutama setelah peluncuran DeepSeek yang sempat menggemparkan dunia, Tiongkok diperkirakan akan melampaui Amerika Serikat dalam kategori 1 persen makalah AI yang paling banyak dikutip.
Perkembangan AI Tiongkok tidak hanya unggul dalam jumlah publikasi, tetapi juga dalam kualitas risetnya, yang semakin diperhitungkan di kancah internasional.
Pada tahun 2018, negara tersebut mampu melampaui jumlah publikasi yang diterbitkan oleh AS dalam dekade terakhir, berdasarkan total publikasi global yang berkaitan dengan kecerdasan buatan.
“Secara keseluruhan, jumlah makalah artificial intelligence yang dipublikasikan di seluruh dunia meningkat dari hampir 5.000 pada tahun 1985 menjadi lebih dari 143.000 pada tahun 2018,” sebagaimana yang tercantum pada laporan tersebut.
Kesenjangan Sistem Pendidikan AS dan Tiongkok
Riset lain juga mengungkapkan temuan serupa dengan yang disampaikan Durov pasca peluncuran DeepSeek. Menurut studi CEST yang dipublikasikan pada September 2021, sistem pendidikan Tiongkok jauh lebih tersentralisasi dibandingkan dengan AS.
Kementerian Pendidikan Tiongkok mengawasi langsung 75 universitas elit dan mengatur ratusan juta siswa di seluruh negeri, memastikan kontrol yang lebih ketat atas mutu dan kurikulum pendidikan.
“Sistem pendidikannya mencakup 282 juta siswa di 530.000 lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga universitas. Kementerian Pendidikan Tiongkok adalah otoritas utama yang mengawasi sistem pendidikannya,” ungkap laporan tersebut.
Di sisi lain, sistem pendidikan di Amerika Serikat dikelola secara terpisah oleh masing-masing negara bagian, yang mengakibatkan adanya kesenjangan besar. Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama yang semakin memperkuat dominasi AI Tiongkok
Investasi besar juga menjadi salah satu faktor utama yang mendorong dominasi AI Tiongkok di kancah global. Pada tahun 2019, anggaran Kementerian Pendidikan Tiongkok mencapai nilai yang cukup fantastis dan dialokasikan untuk pendidikan tinggi serta penelitian sains dan teknologi.
“Kementerian Pendidikan (MOE) memiliki anggaran sebesar 456,2 miliar yuan, atau US$120 miliar yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP). Pengeluaran untuk pendidikan tinggi melebihi US$80,6 miliar yang disesuaikan PPP setiap tahunnya, atau lebih dari 85 persen dari anggaran kementerian tersebut,” seperti yang tercantum pada riset CEST.
Di sisi lain, Amerika Serikat menghadapi tantangan berupa pemotongan anggaran riset dan kebijakan imigrasi yang membatasi aliran talenta dari luar negeri, yang mempengaruhi kemajuan mereka dalam sektor AI.
Reformasi atau Ketertinggalan?
Pernyataan Durov setelah peluncuran DeepSeek seakan menjadi peringatan keras bagi AS untuk segera mereformasi sistem pendidikannya, guna menghindari ketertinggalan dalam persaingan global, terlebih dalam artificial intelligence.
Dengan tingkat kelulusan doktoral dari universitas-universitas elite di Tiongkok yang mencapai 45 persen dan jumlah lulusan perguruan tinggi yang diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2030, dominasi AI Tiongkok di pasar global tampaknya hanya tinggal menunggu waktu.
Pertanyaannya kini adalah, apakah AS siap melakukan perubahan radikal untuk kembali bersaing? Ataukah mereka akan terus kehilangan talenta dan daya saing di bidang yang akan menentukan masa depan dunia teknologi? [dp]