Pendapatan bulanan protokol DeFi terus menurun selama empat bulan terakhir. Penurunan ini terjadi seiring melemahnya pasar kripto secara umum, yang membuat aktivitas on-chain ikut melambat.
Namun, meskipun mayoritas protokol tampak lesu, justru mulai muncul pola baru yang cukup menarik. Beberapa proyek berhasil mempertahankan pertumbuhan dan bahkan mulai mencuri perhatian pelaku pasar.
Stablecoin Berbasis Imbal Hasil Jadi Daya Tarik Baru
Menurut pakar dan pengamat DeFi, Hercules, salah satu bintang baru dalam kondisi pasar yang tidak ramah ini adalah stablecoin dengan imbal hasil. Mungkin terdengar seperti lelucon bagi sebagian orang, bagaimana mungkin sesuatu yang “stabil” bisa memberi hasil?
Tapi kenyataannya, stablecoin seperti USDS dan SUSDE justru menunjukkan pertumbuhan volume dan tingkat pemanfaatan yang luar biasa.
Dengan imbal hasil tahunan berkisar antara 6 hingga 10 persen, banyak pengguna DeFi mulai melirik opsi ini untuk menambatkan dana mereka sambil tetap memperoleh pemasukan. Apalagi, di tengah gejolak pasar, siapa yang tidak ingin sesuatu yang stabil tapi tetap menguntungkan?
BTCFi Tawarkan Fungsi Baru untuk Bitcoin
Lebih lanjut lagi, protokol DeFi berbasis Bitcoin, yang kerap disebut BTCFi, juga memperlihatkan kekuatan tersendiri. Dalam kurun satu tahun terakhir, nilai total yang terkunci dalam BTCFi melonjak lebih dari 2.700 persen dan kini sudah melebihi US$8,6 miliar.
Angka tersebut bukan sekadar angka, itu mencerminkan perubahan pandangan terhadap Bitcoin. Dahulu hanya dianggap sebagai penyimpan nilai, kini Bitcoin mulai terlihat sebagai instrumen aktif yang bisa digunakan untuk memperoleh imbal hasil.
Tidak sedikit pengguna yang mulai membandingkannya dengan obligasi pemerintah, bedanya, yang ini berbasis blockchain dan tidak memerlukan lembaga keuangan tradisional.
RWA: Pendekatan Nyata dalam Dunia Digital
Di sisi lain, protokol yang menyentuh dunia nyata, atau yang dikenal dengan konsep Real World Asset (RWA), juga mulai menunjukkan kinerja yang patut diperhitungkan. Total nilai terkunci dalam protokol RWA kini telah menembus angka US$10 miliar.
Kenaikan ini tidak bisa dilepaskan dari semakin besarnya minat institusi terhadap digitalisasi aset fisik, mulai dari surat utang hingga properti.
Dalam dunia DeFi yang penuh dengan token anonim dan spekulasi cepat, pendekatan RWA menawarkan sesuatu yang terasa lebih nyata dan akrab, mirip dengan investasi di dunia tradisional, tapi dengan teknologi blockchain di belakang layar.
Arah Baru DeFi di 2025 Mulai Terlihat
Kondisi ini menunjukkan bahwa arah DeFi mulai mengalami pergeseran. Tidak lagi hanya mengejar hasil tinggi yang cepat dan berisiko, melainkan lebih condong ke solusi yang memberikan kestabilan dan hasil jangka panjang.
Beberapa analis bahkan menyebut tren ini sebagai “pendewasaan DeFi,” di mana pasar perlahan tapi pasti belajar dari volatilitas masa lalu dan mulai mencari jalur yang lebih berkelanjutan.
Namun demikian, ini bukan berarti ekosistem DeFi bebas dari tantangan. Penurunan pendapatan dalam protokol utama tetap menjadi sinyal peringatan.
Ketika pengguna dan modal perlahan mengalir ke proyek-proyek yang lebih stabil atau yang punya koneksi ke aset dunia nyata, protokol yang mengandalkan spekulasi tinggi dan yield farming ekstrem tampaknya mulai ditinggalkan.
Bagi pengembang DeFi, ini bisa menjadi momen introspeksi. Jika ingin tetap relevan, barangkali kini saatnya berpikir ulang: apakah model yang selama ini digunakan masih cocok untuk masa depan yang semakin menuntut kejelasan dan stabilitas? [st]