Goldman Sachs dan Mike Novogratz akhirnya memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan kripto, BitGo. Langkah itu dilakukan setelah banyak klien bank raksasa itu mempertanyakan soal jaminan keamanan menyimpan kripto.
Dilansir dari Bloomberg, Goldman Sachs dan perusahaan milik Mike, Galaxy Digital Ventures sepakat menggelontorkan dana senilai US$15 juta. Angka itu menambah nilai investasi di tubuh BitGo, menjadi US$57,5 juta. Dengan investor sementereng itu, dapat dipastikan BitGo akan meraih dana tambahan lagi dari perusahaan-perusahaan raksasa lainnya, termasuk mungkin pelanggan baru.
Berdasarkan peraturan keuangan di Amerika Serikat (AS), agar klien lembaga keuangan lebih yakin dengan produk yang ditawarkan, maka diperlukan pihak ketiga sebagai kustodian. Hal itu juga berlaku pada bisnis konvensional yang dijalankan oleh State Street dan Bank of New York Mellon. Tetapi tidak sedikit perusahaan tradisional yang enggan masuk lebih dalam ke bisnis kripto, karena mereka menyaksikan sendiri ada sejumlah bursa kripto yang diretas. Ini memberikan kesempatan besar bagi BitGo memainkan peran kustodian itu.
“Jika Anda berinvestasi di aset biasa, maka mungkin Anda tidak terlalu khawatir. Tetapi berinvestasi di kripto, ceritanya berbeda. Masih banyak orang yang takut untuk membeli dalam jumlah besar. Kami sangat yakin bisa mengambil peran besar untuk meraih pembeli yang lebih banyak,” kata Mike Belshe, Pendiri BitGo kepada Bloomberg.
Didirikan di Palo Alto pada tahun 2013, BitGo awalnya hanya menyediakan dompet kripto yang berfitur multisig, termasuk cold wallet untuk menyimpan Bitcoin dan kripto lainnya. Pada Januari 2018, BitGo sempat merangkul Kingdom Trust sebagai pihak kustodian. Namun, setelah kerjasama kandas di tengah jalan, BitGo memutuskan membuat layanan kustodian sendiri.
“Kami yakin langkah kami bersama BitGo sebagai cikal bakal bisnis baru, yakni digital asset market making,” kata Michael DuVally, Juru Bicara Goldman Sachs.
Menurut hasil survei Fundstrat, awal Oktober 2018, uang digital semakin banyak terserap ke dalam pasar keuangan tradisional, seiring sejumlah investor besar yang mencari cuan dari kenaikan harga aset baru tersebut, walau pada 2018 harga terus turun, terlebih-lebih sejak medio Desember tahun lalu.
Selain itu, lebih banyak institusi investor percaya Bitcoin akan menembus US$15,000 di akhir tahun 2019 dibanding investor perorangan. Hal ini menunjukkan investor besar punya keyakinan lebih tinggi terhadap kripto dibanding investor perorangan.
Bobby Cho, dari Cumberland, kepada Bloomberg, Rabu, (3/10) mengatakan, para pegiat kripto menunggu investor institusi masuk ke pasar kripto dengan harapan uang segar dari mereka dapat mendongkrak kembali pasar yang telah anjlok di tahun ini. Salah satu penyebab utama, kata Cho, karena ada ekspektasi yang terus berubah tentang penerimaan dan regulasi kripto sebagai kelas aset.
“Banyak investor institusi baru-baru ini terjun ke kripto, karena harga tidak bergejolak seperti sebelumnya. Salah satu kritik terbesar terhadap kripto oleh investor institusi adalah volatilitasnya. Selama empat hingga enam bulan terakhir, pasar kripto berada di rentang yang sempit, dan hal itu membuat institusi keuangan tradisional merasa lebih nyaman terjun ke pasar ini. Ada sepertiga transaksi yang ditangani terjadi saat jam-jam bisnis Asia,” kata Cho. [vins]