Cara BRICS Hadang Dominasi Dolar

Aliansi BRICS telah melakukan berbagai cara untuk mewujudkan tujuan mereka, hadang dominasi dolar AS di kancah internasional dan sebagai mata uang cadangan global.

Sebelumnya, aliansi ini telah menarik sorotan utama setelah mengumumkan akan menghadirkan mata uang alternatif guna menggantikan dolar AS dalam perdagangan global.

Langkah tersebut telah menarik perhatian banyak negara, yang berminat untuk bergabung dalam aksi dedolarisasi BRICS, bersiap menekan dominasinya.

Hadang Dominasi Dolar AS 

Berdasarkan laporan Watcher News, komentator bernama Matthew Piepenburg dari Matterhorn Asset Management melihat potensi penurunan pada dominasi dolar AS akibat aksi dedolarisasi.

Menurut Matthew, kekuatan ekonomi global secara signifikan telah bergeliat dengan aktif untuk menjauh dari dominasi dolar AS. Ia mengaitkan ini dengan kenaikan konsisten dari suku bunga bank sentral AS.

Ia pun menyoroti langkah anggota BRICS, Tiongkok dan Rusia, yang telah mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang AS dengan mengadopsi sistem permukiman alternatif.

“Jadi, ketika dolar AS itu semakin tinggi karena Powell menaikkan suku bunga, itu menjadi lebih berat dan menyakitkan bagi seluruh dunia dan mereka mulai merusak peringkat. Asia pada umumnya, Tiongkok dan Rusia pada khususnya adalah negara pemecah peringkat yang sangat besar. Dan, tentu saja, mereka membawa 41 negara lain untuk memiliki penyelesaian perdagangan di luar dolar AS,” ujar Matthew.

Diketahui, ada 19 negara yang tertarik untuk bergabung dengan aliansi BRICS guna mengurangi dominasi dolar AS, seperti Iran, Malaysia, Arab Saudi, Mesir, Indonesia dan lain-lain.

Dedolarisasi adalah tujuan utama dari ketertarikan negara-negara tersebut untuk bergabung dan mengadopsi mata uang alternatif baru besutan BRICS.

Sejak berkonflik dengan Ukraina, Rusia telah dikenakan sanksi ekonomi oleh AS, membuat mereka kesulitan melakukan perdagangan internasional yang semuanya harus menggunakan dolar AS.

Selain itu, Rusia juga telah didepak dari jaringan SWIFT dan tunduk pada pembekuan cadangan devisa FX.

Meski begitu, Matthew belum melihat ancaman besar dari yuan dan mata uang BRICS terhadap dominasi dolar AS. Tetapi, ia telah melihat sebuah tren yang begitu jelas antar beberapa negara, yaitu aksi dedolarisasi yang dapat berbahaya dalam jangka panjang. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait