Wacana CBDC alias Central Bank Digital Currency semakin menguat akhir-akhir ini, setidaknya gara-gara pernyataan Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde yang menyarankan bank sentral untuk mempertimbangkan membuat uang digital sendiri.
Maksud Lagarde, uang digital itu berbasis teknologi blockchain, tetapi dikendalikan oleh negara. Atau dengan kata lain, uang fiat dialihwujudkan menjadi murni digital selayak Bitcoin. Alasan utamanya adalah soal penghematan biaya, karena dengan blockchain, pengiriman uang lintas negara jauh lebih cepat daripada bank konvensional saat ini.
Namun demikian, Lagarde menolak uang digital itu nantinya berfitur full privacy, seperti yang diusung oleh sebagian uang digital berbasis kriptografi (kripto) yang dibuat oleh perusahaan rintisan.
Di lapangan, ada beberapa negara yang mengklaim sudah membuat dan menerapkannya, seperti Venezuela. Sebagian lagi pikir-pikir dahulu dan sebagian lagi menolak mentah-mentah konsep CBDC, dengan beragam alasan.
Yang teranyar misalnya, Bank Sentral Azerbaijan (CBA) tak berniat menerbitkan kripto yang didukung negara, demikian dilaporkan CCN, Jumat (16/11). Kepada wartawan di Baku, ibukota Azerbaijan, Kamis (15/11), Wakil Kepala CBA Alim Guliyev menyatakan, bahwa pihaknya memperlakukan kripto secara konservatif, berdasarkan keyakinan bahwa penggunaan kripto sebagai alat pembayaran dan instrumen keuangan serupa akan mendatangkan risiko besar.
Menurut Guliyev, kripto sering digunakan untuk pencucian uang, yang merupakan alasan utama mengapa CBA tidak berniat meluncurkan CBDC dalam waktu dekat. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, Kepala CBA Elman Rustamov mengeluarkan peringatan kepada penduduk Azerbaijan untuk berhati-hati dalam menghadapi kripto yang berisiko dan berbahaya.
Pernyataan Guliyev datang hampir beberapa jam setelah Christine Lagarde menyampaikan wacana soal CBDC itu Festival Fintech Singapura, Selasa (13/11) lalu. Lagarde mendesak bank-bank sentral di seluruh dunia untuk mempertimbangkan menerbitkan uang digital yang didukung oleh otoritas moneter.
Menurut Lagarde, penerbitan CBDC akan berpotensi meningkatkan keamanan pembayaran, mengurangi tekanan pada sistem keuangan dengan menurunkan risiko bank run, keadaan di mana bank tidak memiliki uang yang cukup, tatkala nasabah mengambil uang yang banyak pada saat yang bersamaan.
Lagarde menambahkan, alasan pembuatan CBDC juga akan memberikan inklusi keuangan bagi masyarakat yang tidak terlayani oleh infrastruktur keuangan yang ada, khususnya bagi warga yang tinggal di wilayah pelosok.
Adalah rahasia umum jikalau IMF memiliki standar ganda soal CBDC. Di satu sisi wajah IMF bilang negara membuat CBDC, tetapi wajah lain IMF menoleh, sedang berselisih dengan negara Kepulauan Marshall atas rencana negara itu untuk meluncurkan kripto resmi, SOV. Atas rencana peluncuran SOV itu, IMF awal pekan ini mengancam akan menutup semua bantuan internasional ke negara itu.
Beberapa bank sentral terus melihat kripto dengan skeptisisme yang sangat besar. Australia, Israel dan Hong Kong antara lain menunjukkan bahwa mereka memiliki keraguan serius tentang potensi penerbitan CBDC, alih-alih tidak ada minat yang menyeluruh.
Pada Mei 2018, CCN melaporkan bahwa Sekretaris Jasa Keuangan Hong Kong Joseph Chan menyatakan, bahwa lembaga yang dipimpinnya tidak memiliki rencana untuk mengeluarkan mata uang digital yang didukung negara untuk saat ini.
Kemudian pada Oktober, Michelle Bullock, Asisten Gubernur Bank Sentral Australia menyatakan, bahwa bank tidak menemukan alasan kuat untuk mengeluarkan versi digital dari uang dolar Australia. Sebelumnya pada November, Bank of Israel juga mengindikasikan dalam sebuah laporan, bahwa pihaknya belum mengidentifikasi potensi manfaat dari mengeluarkan apa yang disebut “Digital Shekel”.
Adapun Swedia, Singapura, Thailand dan Kanada cukup antusias mengadopsi konsep CBDC, yang mengumumkan rencana untuk meluncurkan CBDC dalam waktu dekat.
Pada Agustus 2018, Bank of Thailand mengumumkan peluncuran roadmap, berjuluk Project Inthanon. Ini adalah sebuah perwujudan inisiatif CBDC negara kerajaan itu. Riksbank Swedia juga berencana meluncurkan percontohan untuk CBDC, yakni e-Krona yang diusulkan meluncur resmi pada tahun 2019, dengan penerapan penuh pada tahun 2021. [jul]