CEO Stripe, Patrick Collison, menegaskan bahwa kehadiran stablecoin berbunga atau yield-bearing stablecoin berpotensi memaksa bank tradisional untuk mengubah strategi suku bunga simpanan.
Pernyataan ini disampaikan Collison pada pekan pertama Oktober 2025 di tengah diskusi publik mengenai masa depan sistem keuangan digital global.
Ia menyoroti kondisi suku bunga tabungan di AS yang hanya 0,40 persen dan di kawasan Eropa sekitar 0,25 persen, yang membuat stablecoin dengan imbal hasil lebih tinggi menjadi alternatif menarik bagi masyarakat.
Menurut Collison, situasi ini dapat memicu kompetisi baru dalam sektor perbankan. Jika stablecoin berbunga terus berkembang, bank-bank komersial tidak punya pilihan selain menawarkan bunga simpanan yang lebih kompetitif agar dana masyarakat tidak berpindah ke aset digital.
“Stablecoin berbunga bisa memaksa semua orang untuk berbagi hasil,” ujar Collison.
Lobi Perbankan dan Tekanan Regulasi
Pernyataan tersebut muncul di tengah perdebatan panjang mengenai regulasi stablecoin di AS, terutama dalam pembahasan terkait GENIUS Act. Kelompok lobi perbankan menolak keras gagasan stablecoin berbunga dengan alasan hal ini berpotensi melemahkan sistem keuangan tradisional.
Mereka menilai jika stablecoin mampu memberikan imbal hasil lebih tinggi, sebagian besar dana publik akan keluar dari bank, sehingga mengancam stabilitas pendanaan dan likuiditas perbankan.
Sementara itu, Stripe baru-baru ini memperkenalkan inisiatif bernama Open Issuance, sebuah platform yang memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan stablecoin bermerek sendiri.
Langkah ini dipandang sebagai strategi untuk memperluas adopsi stablecoin di pasar global sekaligus menegaskan komitmen Stripe pada inovasi keuangan digital.
Pertumbuhan pasar stablecoin sendiri semakin pesat. Nilai total stablecoin global kini telah melampaui US$300 miliar, mencerminkan meningkatnya kepercayaan dan penggunaan aset digital tersebut dalam transaksi maupun penyimpanan nilai.
Kondisi ini semakin memperkuat urgensi regulator untuk merumuskan kerangka hukum yang jelas terkait imbal hasil stablecoin, perlindungan pengguna, serta keterkaitan dengan sistem keuangan konvensional.
Prediksi Stablecoin 2030 dan Peringatan Global
Optimisme lebih jauh datang dari salah satu Pendiri Tether, Reeve Collins, yang memprediksi semua mata uang, termasuk fiat, akan bertransformasi menjadi stablecoin pada tahun 2030.
Ia menyampaikan hal itu dalam konferensi Token2049 di Singapura. Menurutnya, stablecoin akan menjadi cara utama transfer nilai karena keunggulan transparansi, kecepatan, serta interoperabilitas yang ditawarkan blockchain.
Collins menekankan bahwa stablecoin tidak dimaksudkan menggantikan fiat, melainkan menghadirkan versi digitalnya yang lebih efisien.
Meski demikian, sejumlah lembaga keuangan global memberikan peringatan serius. Bank for International Settlements (BIS) menilai pertumbuhan stablecoin bisa memunculkan risiko sistemik, termasuk potensi penjualan besar-besaran cadangan aset jika terjadi gejolak pasar.
Bank Sentral Eropa (ECB) juga memperingatkan bahwa meningkatnya dominasi stablecoin berbasis dolar dapat melemahkan efektivitas kebijakan moneter di zona euro.
Selain itu, Gubernur Bank of England Andrew Bailey menegaskan bahwa stablecoin yang banyak digunakan dalam pembayaran harus diperlakukan sama dengan uang, termasuk regulasi ketat, akses cadangan bank sentral, serta perlindungan deposan.
Pernyataan ini mencerminkan keseriusan regulator dalam menjaga keseimbangan antara inovasi keuangan digital dan stabilitas sistem moneter.
Sejumlah kajian akademik juga menunjukkan kemungkinan terbentuknya ekosistem moneter hibrida. Dalam skenario ini, stablecoin swasta, mata uang fiat tradisional dan mata uang digital bank sentral (CBDC) akan berjalan berdampingan.
Dengan demikian, meskipun ada prediksi bahwa semua mata uang akan menjadi stablecoin pada 2030, banyak pengamat menilai transisi tersebut akan berlangsung bertahap dan penuh tantangan regulasi.
Secara keseluruhan, perkembangan stablecoin berbunga dan prediksi pergeseran sistem keuangan global menandai babak baru dalam dunia moneter.
Di satu sisi, inovasi ini menjanjikan peluang bagi masyarakat untuk memperoleh imbal hasil lebih tinggi, sementara di sisi lain menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas bank tradisional dan kedaulatan moneter.
Bagaimana pemerintah dan lembaga keuangan merespons tren ini dalam beberapa tahun mendatang akan menjadi faktor penentu apakah proyeksi tahun 2030 benar-benar terwujud. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.