Gabriel Rey, CEO Triv menegaskan bahwa Bitcoin belum sebagai aset safe haven ketika pasar keuangan berkontraksi ekstrem seperti saat ini. Itu pula yang menegaskan bahwa Bitcoin berbanding lurus dengan pasar keuangan.
“Seperti yang saya sebutkan tahun lalu di media ini, bahwa Bitcoin berkorelasi erat dengan pasar keuangan/sekuritas. Ketika terjadi kontraksi ekonomi dan pasar modal memerah, maka Bitcoin cenderung melemah. Ini juga diikuti sejumlah aset kripto lain,” katanya siang ini melalui Telegram.
Penyebabnya tentu beragam, jelasnya. Salah satunya adalah karena uang fiat yang diterbitkan oleh negara terhubung langsung dengan ekosistem Bitcoin.
“Misalnya, untuk membeli Bitcoin, kita masih menggunakan uang dolar ataupun rupiah. Pelaku tambang Bitcoin juga demikian. Untuk meng-upgrade alat tambangnya, pasti mereka tetap menggunakan uang biasa, bukan Bitcoin,” tutur Rey.
Rey menegaskan, jika ekonomi dunia memburuk atau terjadi resesi, maka hal terakhir yang orang lakukan adalah menaruh uangnya di aset dengan resiko tinggi.
Dan kini terbukti, bahwa ketika saham di AS, S&P 500 turun hingga 18 persen, minyak turun 30 persen, Bitcoin juga ikut turun 16,3 persen dalam rentang 1-2 hari saja.
Jikalau hari ini adalah resesi, di mana semua industri terkena dampaknya, maka permintaan terhadap barang dan jasa akan menurun. Supply chain juga terganggu, banyak orang akan terkena PHK.
“Nah, di saat itulah, hal terakhir yang dipikirkan bukanah berinvestasi Bitcoin, namun bagaimana caranya bertahan hidup,” katanya.
Bitcoin Belum sebagai Aset Safe Haven
Saat ini Bitcoin belum dapat dikategorikan sebagai aset safe haven, karena likuiditasnya masih terlalu rendah dan masih seumur jagung.
“Saat ini kapitalisasi pasar Bitcoin dan orderbook Bitcoin termasuk di bursa-bursa besar, masih tipis dibandingkan dengan saham dan kelas aset lainnya. Sehingga, jika terjadi resesi dan orang melakukan sell off, maka akan sangat susah untuk menjual dalam jumlah besar tanpa slippage harga yang sangat besar,” imbuh Rey.
Jadi berbicara aset sebagai safe haven, maka Bitcoin harus teruji dalam masa resesi dan tidak mengalami penurunan seperti emas dan yen Jepang.
“Sedangkan Bitcoin jelas-jelas belum teruji ketika terjadi resesi sebagai safe haven,” pungkasnya.
Inilah yang Harus Anda Lakukan
Dalam situasi itu, selain jangan panik, Rey menyarankan terus memperhatikan tren harga Bitcoin, S&P 500. Jika S&P 500 melemah, walaupun ada Bitcoin Halving, maka harga Bitcoin juga pasti terkena dampaknya.
“Ingatlah, jikalau Anda adalah daily trader, maka pahami jika resesi terjadi, maka kita akan kembali ke bear market. Jika Anda long term holder, ikuti pepatah ini: ‘Nothing goes straight up or straight down’. Bahkan dalam jangka panjang Bitcoin tetap merupakan aset yang sangat unik dan tidak ada duanya. [red]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.