Gabriel Rey, CEO bursa aset kripto Triv menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mulai mempertimbangkan membeli Bitcoin untuk mengamankan nilai keuangannya. Apa alasannya?
Argumen Rey adalah bertolak pada keputusan perusahaan teknologi informasi asal AS, yakni MicroStrategy yang sudah membeli Bitcoin, yakni pada Agustus dan September 2020 dengan nilai totalnya mencapai Rp6,3 triliun!
“Pada 11 Agustus 2020 lalu. Perusahaan itu, atas pertimbangan dewan direksi perusahaan termasuk sang CEO, MicroStrategy menegaskan membeli 21.454 BTC senilai US$250 juta atau setara dengan Rp3,6 triliun kala itu. Menurut sang CEO, Bitcoin kini terbukti sebagai aset yang mampu melindungi nilai keuangan, baik personal ataupun perusahaan,” kata Rey melalui perpesanan instan, Sabtu (19 September 2020).
Lanjut Rey, mengutip ujaran Saylor, investasi di Bitcoin itu mencerminkan keyakinan perusahaannya, bahwa Bitcoin sebagai aset kripto yang paling banyak diadopsi di dunia, adalah penyimpan nilai yang dapat diandalkan dan aset investasi yang menarik dengan potensi apresiasi jangka panjang yang lebih banyak, daripada menyimpan uang tunai.
Lalu, MicroStrategy memutuskan membeli Bitcoin lagi pada 11 September 2020 lalu. Keputusan itu tertulis dalam satu dokumen yang diterbitkan di website Security and Exchange Commission (SEC), AS.
Memang di dokumen itu tidak disebutkan berapa modal pembelian Bitcoin kali kedua ini. Perusahaan hanya menegaskan bahwa pihaknya kemungkinan besar menambahkan saldo BTC lebih banyak daripada US$250 juta dalam pembelian pertama.
“Nah, selang beberapa hari, yakni pada 16 September 2020, sang CEO memastikan bahwa mereka benar membeli Bitcoin tambahan, yakni 16.796 BTC,” jelas Rey.
Efek Bola Salju
Bagi Rey fenomena seperti ini mencerminkan banyak hal. Yang paling utama tentu saja adalah kesadaran yang sangat kental dan berspektrum luas oleh perusahaan-perusahaan tradisional.
Bahwa dulu mereka kurang memahami Bitcoin, lalu melihat tingkat adopsi dan sejumlah keunggulannya, maka sekarang mereka tidak memiliki alasan untuk tidak membeli. Sederhana.
“Cerminan kedua adalah, bak bola salju, ini akan menjadi pendorong bagi perusahaan tradisional lainnya, termasuk mungkin bank sentral untuk membeli Bitcoin untuk melindungi nilai kekayaannya, nilai keuangannya dari terjangan inflasi uang biasa,” pungkas Rey.
Bayangkan saja, kelak jikalau perusahaan besar saja membeli banyak Bitcoin sebagai aset lindung nilai seperti emas, maka Anda bisa bayangkan berapa harga Bitcoin di masa depan.
“Jadi, kesadaran ini semakin kental, dengan beragam perspektif yang sangat positif. Adopsi kian nyata di depan mata. Jadi, mengapa tidak perusahaan di Indonesia bisa mulai mempertimbangkan membeli Bitcoin atas motif serupa dengan MicroStrategy?” tutup Rey.. [red]