Cerita Gambar AI Pemacu Hasrat

Ranah media sosial tengah disergap fenomena aneh menyusul kehadiran influencer virtual yang mengandalkan konten gambar bertenaga Kecerdasan Buatan (AI), namun mengambil motif pemacu hasrat.

Seperti diulas dalam laporan Futurism, mengungkap bahwa para influencer virtual yang dihasilkan dengan teknologi komputer grafis (CGI) telah menjadi juru iklan merek, menikmati gaya hidup mewah, dan mengumpulkan banyak pengikut di media sosial.

“Maka dari itu, mungkin sudah tak terhindarkan bahwa budaya influencer akan segera tertarik oleh kegilaan AI,” tulis Futurism mewanti-wanti, dalam artikel baru-baru ini.

Menurut media seputaran teknologi tersebut, pada awal tahun ini, seorang influencer menciptakan versi chatbot AI dari dirinya sendiri yang disewakan sebagai pacar virtual dengan tarif US$1 per menit.

“Sekarang, semuanya semakin aneh. Berkat kemajuan pembangkit gambar berbasis AI seperti Stable Diffusion dan Midjourney, beberapa orang kini menciptakan rangkaian lengkap dari tokoh-tokoh internet yang sebenarnya tidak ada.”

Dengan menggunakan pembuat gambar berkekuatan AI, beberapa pencipta menciptakan seluruh rangkaian kepribadian virtual wanita menarik dengan motif gambar pemacu hasrat.

“Hampir setiap potretnya yang berpakaian minim yang menunjukkannya berpose di destinasi liburan dan pantai berpasir yang dapat ditebak menerima ribuan suka dan ratusan komentar, dan kadang-kadang puluhan ribu,” tulis Futurism.

Salah satu influencer virtual seperti itu adalah Milla Sofia, seorang gadis virtual berusia 19 tahun dari Helsinki, Finlandia, yang dengan terbuka mengakui sebagai ciptaan AI dalam profil media sosialnya.

Influencer virtual lainnya seperti Alexis Ivyedge dan Lu Xu juga menarik banyak pengikut dengan kepribadian digital mereka.

Pencipta Sofia tidak menanggapi permintaan komentar dari Futurism, namun malu-malu tentang fakta bahwa dia tidak ada di dunia nyata. “Aku hasil kreasi AI,” demikian bunyi bio Instagram-nya.

Situs web pribadinya bahkan lebih membingungkan, dengan penciptanya mencatatkan sebuah ringkasan riwayat singkat.

“Untuk pekerjaan, dia telah menjadi model fesyen dan saat ini sedang mempertimbangkan merek mana yang akan menjadi duta fesyen dan influencer virtual.”

Dunia yang Membingungkan

Tren ini menimbulkan pertanyaan apakah para pengikut menyadari bahwa influencer virtual ini tidak nyata, dan apakah hal itu benar-benar penting bagi mereka.

Menurut Futurism, akan tetap menjadi tanda tanya mengapa orang mengikuti bot AI daripada influencer manusia untuk sekilas gaya hidup glamor.

Selain itu, penggunaan foto dan video yang dihasilkan oleh AI juga menimbulkan pertanyaan etika, karena beberapa akun tidak memberikan kredit kepada influencer kehidupan nyata yang mereka tiru.

Monetisasi dari influencer virtual ini juga menimbulkan tantangan, karena tidak jelas bagaimana kesepakatan merek dan penempatan produk akan berfungsi dalam konteks ini.

Secara keseluruhan, munculnya influencer virtual yang dihasilkan oleh AI menambahkan lapisan kompleksitas dan jarak dari realitas ke dalam dunia yang sudah membingungkan dari para influencer online, meninggalkan masa depan tren ini menjadi tidak pasti.

“Sulit untuk mengatakan kemana arahnya, tetapi satu hal yang jelas: dengan menyelipkan AI ke dalam dunia influencer online yang sudah membingungkan, personalitas virtual ini menambahkan lapisan baru yang sepenuhnya berbeda dari kenyataan,” pungkas Futurism. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait