Satu hari sebelum produk Bitcoin Berjangka besutan ICE/Bakkt diluncurkan, Chicago Merchantile Exchange (CME) menyebutkan akan menyediakan produk berbeda, yakni berjenis options pada kuartal pertama tahun 2020. ICE/Bakkt pun tak mau kalah, akan meluncurkan produk serupa pada Desember tahun ini. Dua perusahaan besar itu bersaing secara terbuka membuat produk investasi turunan, karena cuan Bitcoin memang sangat menggiurkan, khususnya di spot market.
Produk options adalah salah satu jenis dari produk yang diperdagangkan di pasar turunan (derivative market). Jenis lainnya adalah kontrak berjangka (futures contract), baik dengan final settlement berupa Bitcoin asli seperti di ICE/Bakt, ataupun sekadar jual beli kontrak dagang saja, tanpa memperdagangkan Bitcoin aslinya, seperti di CME.
Di luar ICE/Bakkt ada kian banyak bursa aset kripto yang menawarkan produk serupa, seperti yang dilakukan oleh Binance, Bitmex dan Bitfinex.
Menurut Emmanuel Goh, CEO Skew, pasar kontrak berjangka aset kripto, khususnya Bitcoin mulai marak sejak tahun 2018. Volumenya meningkat hingga 10 kali dibandingkan dengan harga Bitcoin pada tahun 2017 (tahun yang secara luas dipandang sebagai puncak pasar aset kripto). Saat ini Bitcoin Berjangka dan produk lain seperti swap instrument berlanjut dengan volume rata-rata 10 kali lebih tinggi daripada volume di spot market.
“Alasan kemunculan derivative market dengan kontrak berjangka dan options pada Bitcoin sangatlah sederhana. Ketika pasar memasuki penurunan yang berkepanjangan yang dimulai pada tahun 2018, para pelaku pasar mencari cara untuk mengambil keuntungan darinya atau setidaknya melakukan lindung nilai (hedging) terhadap penurunan harga tersebut. Pertumbuhan di pasar berjangka berasal dari kebutuhan untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat,” kata Goh.
Pendiri Komunitas CryptoWatch, Christopher Tahir menyebutkan, bahwa derivative market secara umum ada manfaatnya. Tapi, dalam konteks derivative market yang bernilai Bitcoin akan sangat berbeda.
“Secara umum produk di derivative market itu sejatinya difungsikan untuk hedging position (melindungi nilai modal) dan sekaligus digunakan oleh large speculators untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek, tanpa harus memperdagangkan aset/objek aslinya (underlying assets). Nah, dalam konteks Bitcoin saya melihat derivative market membawa dampak buruk. Tidak ada efek hedging pada derivative market Bitcoin, sebab secara komersil tidak ada yang menggunakan Bitcoin untuk operasional perusahaan, misalnya. Ini berbeda dengan derivative market untuk emas ataupun minyak,” jelas Christopher.
Kendati semakin banyak perusahaan yang menawarkan produk Bitcoin berjenis derivative, Christopher mengatakan peminatnya justru tak banyak.
“Setahu saya peminat BTC Futures juga tidak banyak. Toh, ini kelak akan masuk wilayah seleksi alam, di mana pemerintah akan mengarahkan perdagangan produk itu di tangan perusahaan-perusahaan profesional, bukan perusahaan-perusahaan pendatang baru,” jelas Christopher.
Namun demikian, Christopher mengakui bahwa derivative market pada Bitcoin bisa jadi adalah penanda adanya aktivitas pemain besar dan mampu memancing lebih banyak lagi pemain baru ke dalam pasar itu sendiri ataupun ke dalam spot market.
“Di atas itu semua, naik turunnya Bitcoin saat ini masih sejuk-sejuk saja dan masih didorong oleh sentimen besar, seperti Pidato Presiden Tiongkok Xi Jinping yang lalu,” jelasnya. [vins]