Christopher Tahir: Kisah di Balik Penerjemahan Whitepaper Bitcoin ke Bahasa Indonesia

Redaksi Blockchainmedia.id bertemu lagi dengan Christopher Tahir, Co-Founder CryptoWatch, yang pada tahun 2018 bersama dua rekan lain (Gregorius Airlangga dan K Hendrawan), berinisiatif menerjemahkan whitepaper Bitcoin ke dalam Bahasa Indonesia.

Dalam persuaan kami di Telegram kemarin (30/10/2024), dia merefleksikan momen penting hari ini (31/10/2024), yakni hari jadi ke-16 penerbitan whitepaper karya Satoshi Nakamoto itu, termasuk pendapatnya tentang masa depan kripto wahid ini.

Cerita Christopher Tahir pada tahun 2018 terkait upaya penerjemahan itu bisa Anda baca di tautan ini. Sedangkan untuk whitepaper versi Bahasa Indonesia, “Bitcoin: Sebuah Sistem Uang Tunai Elektronik Peer-to-Peer”, dapat dibaca di sini.

Kilas Balik Whitepaper Bitcoin Karya Satoshi Nakamoto

Whitepaper Bitcoin pertama kali diumumkan oleh Satoshi Nakamoto di forum The Cryptography Mailing List di situs Metzdowd.com pada 31 Oktober 2008.

Nah, dalam pengumuman terbitnya, Satoshi membagikan tautan ke whitepaper berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”. Isinya adalah deskripsi singkat cukup teknis sepanjang 9 halaman tentang visinya untuk sistem uang elektronik yang terdesentralisasi. File PDF whitepaper itu diunggah Satoshi ke situs Bitcoin.org.

I’ve been working on a new electronic cash system that’s fully peer-to-peer, with no trusted third party. The paper is available at: http://www.bitcoin.org/bitcoin.pdf,” tulis Satoshi di forum itu, pada Jumat (31/10/2008) pukul 18:10:00 UTC. Salinan lengkap pengumuman itu dapat dibaca disini berikut laman aslinya ini.

Blockchain Bitcoin sendiri diluncurkan pada 3 Januari 2009 saat Satoshi Nakamoto menambang block pertama, yang dikenal sebagai Genesis Block atau Block #0. Block ini berisi transaksi pertama di jaringan Bitcoin dan menjadi awal dari blockchain pertama di dunia itu.

Dalam block pertama ini, Satoshi juga menyisipkan pesan yang berbunyi: “The Times 03/Jan/2009 Chancellor on brink of second bailout for banks.” Pesan ini mengacu pada judul berita di surat kabar Inggris, The Times, pada hari yang sama, menyoroti krisis keuangan global dan perlunya sistem keuangan yang terdesentralisasi.

Sebuah Refleksi dan Proyeksi oleh Christopher Tahir 

Wawancara Blockchainmedia.id dengan Christopher Tahir, “si anak Medan”, kali ini mengeksplorasi dan merefleksikan perjalanan panjang Bitcoin dari sebuah konsep dan eksperimen mata uang digital hingga menjadi salah satu aset unggulan yang bersaing dengan emas dan pasar saham.

Sejumlah tonggak bersejarah menjadi sorotan, mulai dari peluncuran Bitcoin Futures di CME pada 2017, kehadiran Spot Bitcoin ETF pertama di AS pada Januari 2024, hingga persetujuan SEC atas produk option untuk Spot Bitcoin ETF di bursa efek Amerika Serikat. Bitcoin pun diproyeksikan mencetak rekor harga baru di tahun ini, menunjukkan kinerja yang semakin kuat di pasar global.

Tak hanya di AS, perkembangan Bitcoin juga menggema di Asia, terutama di Hong Kong yang kini dikenal sebagai pusat kripto Asia berkat regulasi yang mendukung industri tersebut.

Sementara itu, Indonesia terus menunjukkan adopsi kripto yang signifikan, tercatat sebagai negara dengan adopsi kripto tertinggi ketiga secara global menurut kajian Chainalysis pada 2024, dan siap mendorong perdagangan berjangka aset kripto di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) per Januari 2025.

Kita sedikit kilas balik ke tahun 2018 silam, bagaimana proses awal Anda mengenal Bitcoin hingga akhirnya memutuskan untuk menerjemahkan whitepaper-nya ke dalam Bahasa Indonesia?

Saya mengetahui nama Bitcoin sejak tahun 2012, tetapi tidak pernah menyentuhnya dikarenakan sentimen dari Wall Street. Namun, pada tahun 2017, melalui teman saya, Danny Taniwan, beliau menjelaskan dan memperkenalkannya lebih jauh. Namun, di kala itu saya lihat banyak yang mengalami kesulitan mengenal Bitcoin dikarenakan kendala bahasa, sehingga saya berinisiatif menerjemahkannya, walaupun terbilang masih jauh dari sempurna.

Christopher mengenang kembali proses itu. Ya, yang pasti whitepaper yang asli itu sangat teknis isinya. Tapi, Google membantu kami. Untuk beberapa kalimat dan istilah yang memiliki padanan dalam Bahasa Indonesia, kami menulis setepat mungkin. Sedangkan istilah-istilah teknis lainnya, yang bagi kami justru nanti membingungkan pembaca tidak kami terjemahkan. Kami biarkan seperti aslinya. Syukurlah kami bisa menyelesaikan dalam tempo tiga hari.

Sebenarnya prosesnya sederhana. Pertama, saya unduh versi asli yang berbahasa Inggris. Kemudian saya terjemahkan dan unggah kembali ke akun Github milik Will Binns. Nah, di website itu ada mekanisme tersendiri untuk mengunggahnya sebelum bisa disetujui dan diterbitkan, termasuk format naskahnya yang telah disediakan. Kemudian, kalau ada perubahan, ada aturan lainnya dalam proses update dan lain-lain. Setelah diunggah ada tim administrator yang menyetujuinya, salah satunya adalah K. Hendrawan yang namanya tercantum sebagai penerjemah ke-3.

Whitepaper Bitcoin

Menurut Anda, apa yang membuat Bitcoin terus berkembang dari sekadar ide hingga menjadi aset kelas wahid yang kini bersaing dengan emas dan pasar saham?

Karena tiadanya pusat pengendali karena desentralisasi dan juga adopsi, serta semangat untuk mengubah tatanan keuangan yang sudah ada.

Bagaimana pandangan Anda tentang momen peluncuran Bitcoin Futures di CME pada tahun 2017? Apakah ini memberikan dampak signifikan terhadap adopsi Bitcoin di pasar finansial?

Peluncuran “bitcoin” (pakai “b” kecil karena mengacu pada nama koin) Futures di CME terbilang hanya menjadi proyek spekulasi, karena tidak memberikan dampak positif pada bitcoin, namun malah membuka ruang spekulasi bagi pemain besar tanpa harus memiliki koin aslinya. Selain itu, dengan besarnya pengaruh dari institusi, trader ritel malah terpengaruh dengan mengacu tidak mengacu pada harga bitcoin di pasar spot, tetapi justru ke pasar futures. Inilah yang menurut saya sangatlah keliru.

Pernyataan Christopher ini menyiratkan bahwa mengacu pada harga futures adalah “sangatlah keliru” menunjukkan bahwa harga futures mungkin tidak selalu mencerminkan nilai intrinsik atau kondisi pasar Bitcoin yang sebenarnya. Ini bisa berpotensi menyesatkan trader ritel dalam pengambilan keputusan investasi mereka.

Apa arti peluncuran Spot Bitcoin ETF pada Januari 2024 di pasar AS bagi perkembangan industri kripto secara keseluruhan?

Peluncuran ETF itu menandakan legitimasi bitcoin bagi institusi investasi dan pemerintah dikarenakan secara sah dianggap aset yang layak diinvestasikan. Selain itu, peluncurannya memberi peluang pada institusi untuk memiliki bitcoin lebih dekat lagi dengan unsur spekulasi yang lebih rendah.

Dengan adanya persetujuan SEC terhadap produk options untuk Spot Bitcoin ETF di bursa efek AS, apa dampak yang mungkin terjadi pada adopsi Bitcoin di kalangan investor institusi, apakah ini mencerminkan keinginan AS untuk mendominasi di pasar kripto global?

Kontrak options memberikan efek daya ungkit (leverage) pada institusi tanpa ada risiko yang menyeret modal mereka hingga habis (asumsi mereka mengambil posisi long saja), sehingga dengan adanya kontrak seperti itu, ini akan memberi institusi peluang spekulasi lebih tinggi, namun tidak untuk ritel. Dikarenakan kontrak options adalah kontrak di pasar derivatif yang rumit dipelajari, sehingga memberikan barrier of entry bagi ritel.

Bagaimana Anda melihat kinerja Bitcoin di tahun 2024 ini? Apakah menurut Anda Bitcoin dapat mencetak rekor harga baru seperti yang diproyeksikan oleh para analis?

Saya perkirakan tahun ini bitcoin masih bisa mencetak rekor barunya lagi, namun jauhnya rekor dari harga sekarang dipenuhi oleh ketidakpastian seperti ekonomi, bank sentral, dan pemilu AS. Memang faktor-faktor tersebut tidak secara langsung berdampak, namun likuiditas besar masih memantau faktor itu untuk membuat keputusan investasi.

Indonesia tercatat sebagai negara ketiga dengan tingkat adopsi kripto tertinggi secara global menurut kajian Chainalysis 2024. Apa pandangan Anda mengenai adopsi kripto di Indonesia dan potensinya ke depan?

Hal ini dikarenakan ada ‘janji’ cepat kaya dari kripto, sehingga ini menjadi faktor utama tingginya adopsi ini. Namun, kalau ‘lagu’ ini tidak bertahan, maka ada potensi terjadi ‘seleksi alam’ investor lagi seperti siklus-siklus sebelumnya.

Pernyataan itu menjelaskan bahwa tingginya adopsi cryptocurrency disebabkan oleh harapan untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat, yang menarik banyak investor baru. Namun, jika tren ini tidak berkelanjutan dan pasar mengalami penurunan, akan terjadi “seleksi alam” di mana hanya investor yang berpengetahuan dan berkomitmen yang akan bertahan, sementara mereka yang hanya terlibat karena harapan cepat kaya akan keluar dari pasar.

Bagaimana pandangan Anda mengenai regulasi perdagangan kripto berjangka di Indonesia yang akan segera dipercepat? Apakah ini memberikan dampak positif terhadap ekosistem kripto?

Tentunya ini akan berdampak positif, namun tentunya dampak positif ini hanya akan berdampak kepada pada spekulan, bukan investor. Alangkah baiknya kalau peluncuran ini dibarengi edukasi cara mengelola risiko dengan baik.

Apa yang menurut Anda menjadi pendorong utama bagi peningkatan adopsi Bitcoin di Indonesia, dan bagaimana faktor ini berkontribusi pada posisi global Indonesia dalam adopsi kripto?

Dikarenakan adanya mimpi untuk cepat kaya dikarenakan ada beberapa cerita zero to hero di kripto Indonesia, sehingga banyak yang bermimpi serupa dan mengadopsi kripto.

Sejauh mana Anda melihat peran edukasi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya di Indonesia?

Sangat besar, dikarenakan kesalahan edukasi dapat berdampak pada cara pandang dan pola pikir secara jangka panjang.

Apa saja tantangan yang dihadapi Indonesia dalam upaya mengembangkan ekosistem kripto yang lebih mapan?

Edukasi yang mumpuni dan kemauan orang-orang, terutama pelaku industri untuk berbagi. Namun, perlu juga diskusi di antara pelaku industri, pembuat kebijakan, dan juga pengamat berdiskusi untuk ekosistem lebih sehat.

Refleksi Christopher Tahir mengenai 16 tahun penerbitan whitepaper Bitcoin memberikan pandangan dan proyeksi bernilai berikut pendapat kritisnya tentang perjalanan Bitcoin dari sebuah konsep hingga menjadi aset yang signifikan dalam dunia keuangan.

Dengan peluncuran Bitcoin Futures di CME pada 2017 hingga Spot Bitcoin ETF di tahun 2024 yang baru-baru ini diperkenalkan dan secara khusus adopsi masif aset kripto di Tanah air, perkembangan ini menunjukkan semakin tingginya legitimasi dan adopsi Bitcoin di kalangan investor institusi.

Meskipun adopsi cryptocurrency di Indonesia terus meningkat, tantangan seperti kebutuhan edukasi yang lebih baik dan diskusi antara pelaku industri dan pembuat kebijakan tetap menjadi perhatian untuk membangun ekosistem kripto yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait