Chief Investment Officer (CIO) Bitwise, Matt Hougan, menyatakan Tether berpotensi menjadi perusahaan paling menguntungkan di dunia, bahkan melampaui raksasa energi Saudi Aramco.
Pernyataan itu disampaikan dalam sebuah memo kepada klien pada akhir September 2025.
Menurut Hougan, jika aset yang dikelola Tether suatu hari mencapai US$3 triliun, maka pendapatan bunga dari cadangan mereka di obligasi pemerintah AS dapat menghasilkan laba lebih tinggi daripada keuntungan Saudi Aramco yang mencapai sekitar US$120 miliar pada tahun 2024.
“Lonjakan pertumbuhan Tether membuatnya berpotensi menjadi perusahaan paling menguntungkan dalam sejarah,” ujar Matt Hougan dalam memo tersebut.
Cadangan Besar dan Basis Pengguna Luas
Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia dengan produk utamanya USDT, saat ini memiliki lebih dari 400 juta pengguna. Jumlah dompet baru yang ditambahkan setiap kuartal tercatat sekitar 35 juta, menunjukkan pertumbuhan adopsi yang konsisten.
Dari sisi cadangan, perusahaan ini mengelola lebih dari US$127 miliar dalam bentuk obligasi negara AS, menjadikannya salah satu pemegang surat utang terbesar di dunia.
Selain itu, Tether tercatat memiliki lebih dari 100.000 Bitcoin atau setara dengan US$11,4 miliar.
Dengan cadangan tersebut, perusahaan mampu membukukan keuntungan sekitar US$13 miliar pada 2024, meskipun hanya memiliki tim yang terdiri kurang dari 200 orang. Angka ini dinilai sebagai indikator efisiensi sekaligus kekuatan bisnis Tether di pasar global.
Tether juga memperluas bisnis di luar stablecoin. Perusahaan dilaporkan telah berinvestasi dalam sektor kecerdasan buatan (AI), telekomunikasi, pusat data, infrastruktur energi dan penambangan Bitcoin.
Diversifikasi ini disebut sebagai strategi memperkuat posisi perusahaan dalam ekosistem teknologi dan keuangan internasional.
Baru-baru ini, Tether meluncurkan stablecoin baru bernama USAT, yang ditujukan untuk pengguna di AS sebagai pelengkap dari USDT yang mendominasi pasar global.
Perusahaan Tether Hadapi Tantangan Regulasi dan Persaingan Ketat
Meskipun proyeksi yang disampaikan Hougan terbilang ambisius, sejumlah tantangan masih membayangi langkah Tether.
Regulasi stablecoin di banyak yurisdiksi semakin ketat, terutama terkait transparansi cadangan dan kewajiban audit independen. Hal ini bisa menjadi hambatan utama dalam pertumbuhan perusahaan.
Di sisi lain, kehadiran stablecoin pesaing seperti USDC, serta potensi adopsi mata uang digital bank sentral (CBDC), dapat menggerus pangsa pasar Tether. Ketergantungan pada imbal hasil obligasi juga menimbulkan risiko tersendiri.
Jika suku bunga global menurun signifikan, pendapatan bunga yang selama ini menjadi sumber keuntungan utama bisa berkurang tajam.
Aspek kepercayaan publik juga menjadi faktor krusial. Isu mengenai audit cadangan dan manajemen risiko dapat mempengaruhi adopsi USDT di pasar global.
Meskipun demikian, data yang ada menunjukkan stablecoin ini masih menjadi pilihan utama bagi jutaan pengguna, khususnya di negara-negara dengan volatilitas mata uang tinggi.
Proyeksi bahwa Tether bisa melampaui Saudi Aramco menegaskan pergeseran lanskap ekonomi global, di mana perusahaan berbasis aset digital mulai menantang dominasi korporasi tradisional.
Namun, pencapaian itu masih sangat bergantung pada keberhasilan Tether menghadapi regulasi, menjaga kepercayaan publik, serta mempertahankan pertumbuhan adopsi di berbagai kawasan dunia.
Dengan basis pengguna yang luas, cadangan keuangan yang masif, serta strategi diversifikasi yang agresif, Tether kini menjadi salah satu perusahaan paling diawasi dalam industri aset digital.
Meski klaim melampaui Saudi Aramco masih berupa proyeksi, perkembangan Tether menandai babak baru dalam kompetisi global antara keuangan tradisional dan teknologi kripto. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.