Co-CEO Reku Jesse Choi belum lama ini memaparkan tiga hal terkait kondisi terkini pasar kripto, di antaranya adalah tentang penyebab adopsi aset kripto utamanya Bitcoin (BTC) justru semakin meningkat pasca skandal FTX.
Pascakeruntuhan FTX pada akhir 2022 dan nilai pasar aset kripto yang menurun, menekan kepercayaan publik terhadap aset kripto. Ini juga sekaligus memberikan pandangan suram terhadap pasar aset digital ini hingga lebih dari setahun setelahnya. Namun tikungan apik terjadi, salah satunya berkat dukungan dari Wall Street, yakni lewat peluncuran ETF Bitcoin Spot di AS, persembahan raksasa BlackRock pada Januari 2024.
kondisi Terkini Pasar Kripto, Bitcoin Halving dan ETF Bitcoin Spot oleh BlacRock
Menurut Jesse, kebangkitan signifikan dalam pasar kripto terjadi pada 2024, terutama dengan Bitcoin yang mencapai harga tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH), sebagian besar dapat dikaitkan dengan dua faktor utama, yakni Bitcoin Halving event, dan pengakuan yang lebih luas terhadap sektor kripto melalui ETF Bitcoin Spot oleh BlackRock di pasar efek di Amerika Serikat pada Januari 2024.
Bitcoin Halving adalah adalah mekanisme baku di blockchain Bitcoin yang terjadi setiap 4 tahun untuk memangkas sebesar separuh terhadap imbalan penambangan per block transaksi. Bitcoin Halving ke-4 di terjadi pada 20 April 2024. Dan tak seperti pada halving yang lalu, ini didahului dengan kenaikan harga ke rekor tertinggi sepanjang masa di US$73.700 pada 14 Maret 2024.
Ungkap Jesse, pengurangan imbalan itu berdampak pada berkurangnya jumlah unit BTC di pasar alias menjadi lebih langka dan menyebabkan harga Bitcoin naik. Pasar dengan seksama memperhatikan halving ini dan melihatnya sebagai peristiwa yang menguntungkan untuk nilai Bitcoin.
Halving Bitcoin Ke-4 Tahun 2024, Bos Rekeningku.com: Kemungkinan ATH Baru Akan Tercipta Lagi
“Paralel dengan Bitcoin Halving, peluncuran ETF Bitcoin BlackRock juga memainkan peran penting dalam melegitimasi kripto dalam lanskap keuangan institusional. ETF ini memungkinkan eksposur investasi institusional dan ritel yang lebih besar, meningkatkan likuiditas Bitcoin dan memadukannya ke dalam pasar keuangan yang lebih luas,” kata Jesse dalam keterangannya belum lama ini.
Langkah BlackRock ini dinilai sangat berpengaruh karena posisinya sebagai manajer aset terbesar di dunia, menambahkan lapisan kredibilitas dan stabilitas pada pasar kripto yang sebelumnya dianggap terlalu fluktuatif dan berisiko bagi sebagian besar investor.
Jelasnya, ETF ini tidak hanya menyederhanakan investasi dalam Bitcoin tetapi juga menjanjikan pemindaian harga yang lebih akurat dan potensi biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan metode investasi lainnya.
Kondisi terkini pasar aset kripto ini secara bersama-sama telah mendorong sentimen bullish di pasar kripto global, yang menyebabkan peningkatan adopsi dan investasi, baik dari investor institusional maupun pedagang ritel, sehingga mendorong harga Bitcoin ke level baru.
Legitimasi Regulasi dan Institusi
Jesse juga memaparkan tren regulasi di pasar aset digital, menyoroti lanskap yang terus berkembang di berbagai yurisdiksi, dengan fokus khusus pada Asia Tenggara.
Ia mencatat bahwa sementara Amerika Serikat cenderung memimpin dalam formulasi dan implementasi regulasi aset digital, wilayah lain juga membuat kemajuan. Menurut Jesse, sebagian besar negara bergerak menuju kerangka regulasi yang lebih positif, yang tidak hanya mendorong adopsi tetapi juga semakin meningkatkan legitimasi ruang kripto.
Jesse secara khusus menyebutkan upaya proaktif Hong Kong untuk menjadi pusat kripto Asia, yang mengindikasikan pendekatan regulasi yang progresif di wilayah tersebut.
Sementara itu, di Indonesia, tanggung jawab regulasi akan segera dialihkan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perubahan ini menandakan pengakuan kripto sebagai instrumen keuangan yang sah di Nusantara dan menunjukkan kecenderungan menuju regulasi yang lebih ketat. Terkait itu, Jesse memastikan sebagai hal baik bagi Reku.
Langkah ini adalah bagian dari tren lebih luas di mana pemerintah semakin menegaskan sikap mereka terhadap aset digital, sering kali dengan pendekatan kolaboratif dan terbuka terhadap regulasi dan inovasi.
Jesse mencontohkan adalah peluncuran “Bulan Literasi Kripto” oleh pemerintah Indonesia, yang menampilkan tokoh-tokoh terkemuka dari komunitas, menekankan komitmen pasar untuk mendidik publik dan mengintegrasikan aset digital ke dalam ekosistem keuangan utama.
Kripto dan Perlindungan terhadap Inflasi
Masih terkait dengan kondisi terkini pasar kripto, progresi regulasi ini sangat penting, karena tidak hanya membentuk lanskap operasional bagi perusahaan seperti Reku tetapi juga memengaruhi adopsi dan integrasi kripto secara lebih luas ke dalam sistem global.
Jesse merefleksikan evolusi peran dan persepsi Bitcoin dalam lanskap keuangan, mencatat pergeseran yang jelas dalam cara Bitcoin dilihat dan digunakan, mengisyaratkan bahwa Bitcoin sekarang sering dibandingkan dengan emas, dilihat sebagai perlindungan terhadap inflasi.
“Saat kita mempertimbangkan lintasan Bitcoin, jelas bahwa narasi seputar tujuannya telah berkembang. Awalnya dianggap sebagai bentuk uang terdesentralisasi, peran Bitcoin semakin didefinisikan sebagai simpanan nilai daripada sebagai medium untuk transaksi. Dengan integrasinya ke dalam struktur keuangan yang lebih formal, seperti munculnya ETF, dan penerimaan yang lebih luas oleh berbagai pemerintah dan lembaga global, Bitcoin menunjukkan bahwa dapat menjadi kelas aset yang tahan banting dan berharga, bahkan di tengah fluktuasi ekonomi,” pungkasnya. [ps]