Coinbase Siapkan Ekspansi Stablecoin di Asia Tenggara, Akankah ke Indonesia?

Langkah Coinbase dalam memperkenalkan stablecoin berbasis baht Thailand dan peso Filipina menunjukkan potensi besar penggunaan teknologi blockchain untuk meningkatkan efisiensi transaksi keuangan di Asia Tenggara.

Stablecoin ini memungkinkan mata uang lokal seperti baht dan peso untuk menjadi lebih mudah diakses dalam bentuk digital, memberikan solusi keuangan yang lebih cepat, murah dan efisien.

Dengan adopsi ini, muncul pertanyaan tentang apakah Indonesia juga akan mengikuti jejak negara-negara tetangga dalam mengadopsi stablecoin?

Thailand dan Filipina Memimpin Inovasi Stablecoin

Thailand telah lebih dahulu membuka pintu bagi inovasi stablecoin. Pada Oktober, regulator Thailand memberikan persetujuan untuk solusi pembayaran lintas batas menggunakan stablecoin.

Langkah ini menegaskan kesiapan negara tersebut untuk memanfaatkan teknologi blockchain dalam mendukung sistem keuangan mereka.

Sementara itu, Filipina tidak ketinggalan. Negara ini telah memulai program percontohan stablecoin berbasis peso sebagai bagian dari strategi digitalisasi keuangannya. Bank sentral Filipina percaya bahwa stablecoin dapat meningkatkan inklusi keuangan dan mempercepat transaksi domestik maupun internasional.

BACA JUGA  Saham Sektor Tambang Bitcoin Turut Terkerek

Stablecoin: Solusi Masa Depan di Asia Tenggara

Stablecoin yang dipatok pada mata uang lokal memberikan kemudahan signifikan bagi pengguna.

“Pendekatan ini adalah cara untuk membuat uang lebih cepat, murah dan mudah,” ujar Kepala Coinbase Wallet, Jesse Pollak, dilansir dari Fintech News.

Dengan membawa mata uang lokal ke jaringan blockchain, stablecoin memungkinkan transaksi berjalan lancar tanpa perlu konversi tambahan.

Selain itu, teknologi ini menawarkan solusi untuk mengatasi biaya transaksi lintas negara yang selama ini menjadi kendala besar di kawasan Asia Tenggara. Dengan stablecoin, pekerja migran dapat mengirim uang ke kampung halaman mereka dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem tradisional.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara memiliki peluang besar untuk mengadopsi stablecoin. Namun, regulasi terkait kripto di Indonesia masih cukup ketat.

BACA JUGA  Peran Token GaugeField (GAUI) dalam Ekosistem Stablecoin GaugeCash (GAU)

Hingga saat ini, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengatur bahwa aset kripto hanya dapat diperdagangkan sebagai komoditas, bukan sebagai alat pembayaran.

Kendati demikian, Indonesia telah menunjukkan minat terhadap teknologi blockchain melalui pengembangan proyek seperti Rupiah Digital oleh Bank Indonesia.

Proyek ini bertujuan untuk menciptakan versi digital dari rupiah yang akan digunakan untuk transaksi keuangan domestik.

Meskipun Rupiah Digital bukan stablecoin dalam pengertian yang sama, proyek ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadopsi teknologi serupa di masa depan.

Tantangan dan Potensi Adopsi Stablecoin di Indonesia

Salah satu tantangan utama untuk mengadopsi stablecoin di Indonesia adalah regulasi. Pemerintah perlu memastikan bahwa penggunaan stablecoin tidak bertentangan dengan kebijakan moneter dan tidak digunakan untuk aktivitas ilegal seperti pencucian uang atau pendanaan terorisme.

BACA JUGA  USDT Sebagai Alternatif Transaksi Uang Dolar Amerika yang Lebih Murah dan Cepat

Namun, dengan kerangka regulasi yang tepat, stablecoin dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong inklusi keuangan.

Di sisi lain, potensi manfaat stablecoin bagi Indonesia sangat besar. Teknologi ini dapat membantu mempermudah transaksi lintas batas, mengurangi biaya remittance dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran domestik.

Selain itu, adopsi stablecoin dapat memberikan akses keuangan yang lebih baik bagi masyarakat yang selama ini tidak terlayani oleh sistem perbankan tradisional.

Dengan keberhasilan yang terlihat di Thailand dan Filipina, adopsi stablecoin di kawasan Asia Tenggara tampaknya akan terus berkembang. Jika Indonesia memutuskan untuk mengikuti jejak negara-negara ini, manfaatnya dapat dirasakan oleh berbagai sektor ekonomi, termasuk perdagangan, investasi dan inklusi keuangan.

Namun, keputusan ini membutuhkan kerjasama yang erat antara regulator, pelaku industri dan masyarakat untuk memastikan bahwa adopsi stablecoin berjalan dengan aman dan efisien. [st]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait