Bank Swiss Credit Suisse mengatakan bahwa, pemulihan yang sebenarnya tidak akan terjadi setidaknya sampai tahun 2024, ketika The Fed pangkas suku bunga.
Sejak pandemi melanda di tahun 2020 dan berlanjut dengan tekanan dari data inflasi, ekonomi dunia tidak baik-baik saja.
Meningkatnya angka pengangguran dan kematian menjadi salah satu masalah yang tercipta dari dua faktor di atas, berlanjut dengan kejatuhan pasar kripto dan saham sejak November 2021.
Data inflasi sejak saat itu naik secara agresif, sehingga kekhawatiran akan terjadinya resesi kian menguat di antara investor dan pengamat.
The Fed Pangkas Suku Bunga di 2024
Berdasarkan laporan Market Watch, para Ekonom dari Credit Suisse melihat bahwa pemulihan pasar yang diharapkan masih perlu masuk dalam penantian hingga tahun 2024.
Penurunan suku bunga dari bank sentral AS akan menjadi dasar pemulihan yang sebenarnya, membawa pemulihan di sektor ekonomi global.
Untuk prospek 2023 para Ekonom bank Swiss tersebut, mereka menyoroti sektor perumahan, kripto dan perusahaan akuisisi SPAC yang dinilai akan masuk ke dalam kondisi gelembung pasar.
Para Ekonom menilai, kondisi moneter harus dibuat dengan ketat agar dapat tetap bertahan di tahun 2023.
Sekedar informasi, selama masa pandemi, harga rumah di Negeri Paman Sam telah naik lebih dari 40 persen. Ini disebabkan oleh kenaikan hipotek tetap 30 tahun yang berlipat ganda di tahun 2022.
Pasar saham dan pasar kripto juga telah jatuh lebih dari satu tahun, menjadi sebuah pembantaian hebat di tahun ini dan menciptakan kerugian di portofolio sebagian besar investor, terutama ritel.
Di sisi lain, pengamat dan investor memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk bulan November.
Muncul perdebatan mengenai seberapa tinggi dan lamanya bank sentral AS akan meredam inflasi. Dikhawatirkan, ini dapat memicu kehancuran perekonomian AS, menjadi resesi.
“Penurunan suku bunga The Fed tampaknya tidak mungkin terjadi pada tahun 2023, sebagian karena pasar tenaga kerja Amerika yang secara struktural lebih ketat cenderung menyebabkan inflasi menjadi lebih lambat. menjadi moderat dibandingkan masa pra-pandemi,” ujar Ray Farris di Ekonom Credit Suisse. [st]