Anda termasuk crypto degen? Kalau iya, simak pernyataan dari Tokocrypto ini, bahwa Anda diingatkan agar lebih berhati-hati dalam berinvestasi di aset kripto berisiko tinggi, khususnya yang memiliki kapitalisasi pasar rendah. Crypto degen asal Indonesia memang amat masyur, karena berada di peringkat kelima dunia versi Coingecko.
Para investor berjenis crypto degen di Indonesia, yang kerap berinvestasi pada aset kripto berkapitalisasi rendah dan berisiko tinggi, disarankan untuk lebih berhati-hati. Hal itu sampaikan oleh Tokocrypto, merujuk pada sejumlah fakta di lapangan.
Belum lama ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, menegaskan pentingnya edukasi keuangan agar masyarakat memahami risiko tinggi dari investasi kripto.
“Kami ingin masyarakat mengerti bahwa aset kripto memiliki spekulasi yang cukup tinggi, terutama sebagai instrumen investasi,” ujar Hasan pada peluncuran Bulan Fintech Nasional (BFN) dan The 6th Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2024 belum lama ini, dilansir dari CNBC Indonesia.
CEO Triv.co.id: Kripto Berkapitalisasi Pasar Kecil Sangat Berisiko
Fakta Crypto Degen asal Indonesia
Fakta lainnya menurut laporan CoinGecko 8 Mei 2024, sebut Tokocrypto, Indonesia menempati peringkat kelima dengan jumlah investor crypto degen terbanyak di dunia, mencapai 3,96 persen dari transaksi spekulatif global.
Sebutan crypto degen alias crypto degeneratif merujuk pada investor yang gemar mengambil risiko tinggi dengan berinvestasi pada aset kripto berkapitalisasi kecil. Amerika Serikat sendiri berada di urutan pertama dengan 16,83 persen, diikuti oleh Inggris (6,16 persen), Filipina (5,07 persen), dan Prancis (4,40 persen).
Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga menunjukkan bahwa aset kripto populer di Indonesia, seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Pepe (PEPE), menggambarkan ketertarikan investor terhadap aset volatil dan berisiko tinggi. PEPE, salah satu aset dengan risiko tinggi, tetap diminati oleh investor meskipun fluktuasinya ekstrem.
Tokocrypto Khawatir Terkait Manajemen Risiko Investor
Rieka Handayani, VP Marketing & PR Tokocrypto, menyoroti tren ini sebagai bukti tingginya minat investor Indonesia pada aset kripto berisiko tinggi.
Menurutnya, daya tarik ini muncul karena potensi keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, ia juga menyatakan kekhawatirannya terkait rendahnya pemahaman risiko di kalangan investor.
“Di Tokocrypto, kami berupaya menyediakan akses dan edukasi tentang cara berinvestasi secara bertanggung jawab, dengan penekanan pada diversifikasi dan manajemen risiko,” jelas Rieka dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/11/2024).
Sebagai langkah nyata, Tokocrypto telah meluncurkan berbagai program edukasi seperti Tokocrypto Lite dan fitur edukasi lainnya.
Melalui program ini, katanya, mereka berharap agar investor pemula memahami bahwa meskipun keuntungan bisa tinggi, risiko yang dihadapi juga sangat besar, terutama pada aset spekulatif. Tokocrypto Academy bahkan telah menjangkau lebih dari 40.000 peserta di berbagai kota dan universitas sepanjang tahun 2024.
Bappebti: Memecoin PEPE Masuk 5 Besar Transaksi Kripto di Indonesia Sepanjang September 2024
Merujuk lagi perkataan Hasan Fawzi, bahwa pengawasan regulasi perlu ditingkatkan untuk menciptakan ekosistem kripto yang lebih aman.
“Kami berharap pelaku industri kripto bersinergi dengan OJK untuk memberikan informasi yang akurat dan membantu mengurangi tren spekulatif yang berlebihan,” tambah Hasan.
Upaya OJK dan pelaku industri kripto, seperti Tokocrypto, diharapkan dapat mendorong literasi keuangan, sehingga masyarakat dapat lebih bijaksana dalam memilih aset investasi yang sesuai, kendati mereka sangat memahami risiko yang harus dihadapi. [ps]