Adam Iza, yang dikenal dengan julukan Crypto Godfather, bersama Eric Chase Saavedra, seorang deputi Los Angeles (LASD), kini menghadapi kasus pidana federal atas berbagai tindak kriminal serius.
Departemen Kehakiman AS pada 17 Januari 2025 mengumumkan bahwa keduanya mengaku bersalah atas tuduhan yang melibatkan persekongkolan melawan hak-hak sipil, pemerasan, dan penyalahgunaan wewenang.
“Pelaku telah sepakat untuk mengaku bersalah atas tuduhan pidana federal, termasuk peran mereka dalam sebuah persekongkolan yang menargetkan beberapa korban di Los Angeles, yang melanggar hak sipil mereka melalui intimidasi, pemerasan, surat perintah penggeledahan ilegal, dan penyalahgunaan kekuasaan polisi lainnya,” jelas pengumuman tersebut.
Adam Iza, 24 tahun, menghadapi dakwaan persekongkolan melawan hak-hak sipil, penipuan melalui telekomunikasi, dan penghindaran pajak. Sementara itu, Saavedra, 41 tahun, didakwa atas persekongkolan yang sama dan laporan pajak palsu.
Sidang penjatuhan hukuman bagi kedua pelaku kejahatan kripto tersebut dijadwalkan berlangsung di Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Los Angeles.
Penyelidikan tersebut juga mengungkap bahwa Saavedra menyalahgunakan aksesnya ke basis data penegakan hukum untuk mendukung berbagai tindakan kriminal yang dilakukan oleh Adam Iza.
“Saavedra secara ilegal dan teratur menggunakan kredensialnya untuk mengakses database penegakan hukum yang sensitif guna memperoleh informasi pribadi yang dapat diidentifikasi (PII) untuk Iza,” seperti yang tertulis pada dokumen resminya.
Saavedra dilaporkan menerima bayaran hingga US$100.000 per bulan dari Crypto Godfather tersebut untuk layanan keamanan pribadi selama Agustus 2021 hingga Maret 2022.
Salah satu tindakan kriminal terkait Crypto Godfather tersebut adalah penggunaan surat perintah penggeledahan palsu untuk melacak lokasi seseorang yang diyakini memiliki laptop berisi lebih dari US$100 juta dalam bentuk aset kripto.
“Iza, yang meyakini bahwa seorang korban memiliki sebuah laptop yang berisi lebih dari US$100 juta dalam bentuk cryptocurrency, membahas dan menyetujui rencana agar Saavedra mendapatkan surat perintah untuk melacak lokasi GPS yang terkait dengan nomor telepon korban tersebut,” jelas laporan tersebut.
Pada Agustus 2021, dua deputi LASD yang bekerja untuk Saavedra menodongkan senjata kepada seorang korban di rumah Adam Iza dan memaksa korban mentransfer US$25.000 ke rekening pribadinya. Selain itu, ia juga diduga mencuri lebih dari US$37 juta melalui akses ilegal ke akun bisnis Meta.
Saavedra juga mengakui bahwa dirinya menerima penghasilan tidak dilaporkan sebesar US$373.146 pada tahun 2021, yang semakin memperkuat tuduhan penghindaran pajak terhadapnya oleh pihak berwenang.
Menurut jaksa Martin Estrada, kasus tersebut mencerminkan pengkhianatan yang sangat besar terhadap kepercayaan publik yang seharusnya dijaga dengan baik.
“Ketika petugas penegak hukum melanggar sumpah mereka, mereka mengkhianati bukan hanya publik, tetapi juga mayoritas petugas yang menjalankan tugas dengan benar. Perilaku yang diakui dalam perjanjian pengakuan bersalah ini sangat mengganggu dan tidak dapat diterima,” tegasnya.
Setelah pengakuan bersalah, Adam Iza terancam hukuman hingga 35 tahun penjara, sementara Saavedra menghadapi ancaman hukuman maksimal 13 tahun penjara, tergantung pada pertimbangan pengadilan.
Waspada! Kejahatan di Industri Kripto Masuki Era yang Lebih Berbahaya
Insiden kejahatan di industri kripto tersebut menunjukkan betapa rentannya data pribadi serta risiko penyalahgunaan wewenang oleh individu seperti Crypto Godfather yang memiliki akses ke informasi sensitif. [dp]