Setelah beberapa bulan “lenggang kangkung” mencuri listrik senilai lebih dari 2,5 juta lev (Rp22 miliar), penambang aset kripto di Bulgaria akhirnya ditangkap.
Tambang aset kripto itu berada di Kota Kyustendil di dua tempat berbeda, dekat perbatasan dengan Republik Mekedonia.
Dua pelaku, masing-masing berusia 31 dan 38 tahun adalah warga Kota Sofia. Salah seorang di antaranya pernah terlibat kejahatan terkait keuangan.
Pihak berwenang mengatakan, berdasarkan penyelidikan awal, pelaku mencuri listrik selama lebih dari enam bulan di lokasi pertama dan 3 bulan di lokasi kedua. Pelaku telah mengoperasikan penambangan itu sekitar 1,5 tahun.
“Pencurian listrik dilakukan dengan sangat profesional. Besaran listrik senilai 2,5 juta lev (Rp22 miliar) itu setara dengan konsumsi listrik Kota Kyustendil selama satu bulan. Ini adalah aksi pencurian listrik terbesar yang pernah kami temukan, ” kata Filip Yordanov Wakil Direktur perusahaan listrik swasta CEZ, dilansir dari media lokal Bulgaria, Dnes.
Tak Hanya di Bulgaria
Ranumnya cuan hasil menambang aset kripto, hingga nekat mencuri listrik, tak hanya terjadi di Bulgaria. Sebelumnya terjadi di Malaysia, awal Agustus 2020 lalu.
Kala itu sejumlah warga Malaysia ketahuan mencuri listrik milik perusahaan negara, Serawak Energy Berhad untuk menambang aset kripto. Pihak berwenang menciduknya di empat ruko terpisah di Serawak.
Menurut Malay Mail, pihak berwenang menghabiskan selama dua hari menyelidiki empat ruko, yang diyakini sebagai sarang tambang aset kripto. Ruko tersebut berlokasi di kota Jalan Tun Ahmad Zaidi Adruce, Jalan Pahlawan dan Jalan Tunku Abdul Rahman.
Berdasarkan penyelidikan, mereka “sukses” mencuri listrik dari perusahaan listrik negara bernilai lebih dari US$59.000 (Rp875 juta) per bulan dari perusahaan listrik itu.
Di Tiongkok, sebagai sentra tambang Bitcoin, juga demikian. Pada Juni dilaporkan, bahwa penambang Bitcoin di Daqing, kota kecil di Tiongkok bagian Utara, mencuri listrik dari perusahaan tambang minyak setempat. [red]