Kebijakan baru pada sistem D.O.G.E Elon Musk mengharuskan pegawai federal melaporkan hasil kerja mereka telah memicu perdebatan luas. Lebih dari sekadar laporan biasa, informasi yang diberikan pegawai ini dikabarkan akan diproses oleh Artificial Intelligence (AI) berbasis Large Language Model (LLM).
Kebijakan Agresif Elon Musk
Menurut laporan NBC News pada 25 Februari 2025, tiga sumber yang memahami sistem Department of Government Efficiency mengungkapkan bahwa data yang dikirimkan oleh pegawai federal melalui email akan dianalisis oleh AI untuk menilai sejauh mana tugas mereka berkontribusi terhadap misi instansi mereka.
Email yang dikirim oleh Office of Personnel Management (OPM) pada Sabtu lalu meminta pegawai federal untuk merangkum lima poin utama pekerjaan yang telah mereka selesaikan dalam seminggu terakhir.
“Harap balas email ini dengan sekitar lima poin dari pencapaian minggu lalu dan cc ke manajer Anda. Jangan sertakan informasi rahasia, tautan, atau lampiran. Batas waktu adalah Senin pukul 23:59 EST,” demikian isi email tersebut.
Drama D.O.G.E Elon Musk Berlanjut, Kementerian Keuangan AS Digugat
Meskipun email evaluasi yang kemungkinan akan digunakan dalam sistem AI D.O.G.E Elon Musk ini tidak secara langsung menyebut ancaman pemecatan, dirinya sebelumnya telah memberikan petunjuk mengenai hal tersebut di X.
“Semua pegawai federal akan segera menerima email untuk memahami apa yang mereka selesaikan minggu lalu. Kegagalan untuk merespons akan dianggap sebagai pengunduran diri,” tulisnya.
Namun, pernyataan Elon Musk langsung menuai tanggapan. Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa dalam pertemuan dengan Dewan Pejabat Sumber Daya Manusia Antarlembaga, OPM menegaskan bahwa respons terhadap email ini bersifat sukarela.
Selain itu, meskipun Musk menyebut ketidaktertiban dalam merespons sebagai tanda pengunduran diri, OPM mengklarifikasi bahwa pegawai yang tidak membalas email tersebut tidak akan otomatis kehilangan pekerjaan mereka.
D.O.G.E Elon Musk Gunakan AI
Pakar kebijakan publik dan tenaga kerja memperingatkan bahwa penggunaan AI dalam sistem D.O.G.E Elon Musk untuk mengevaluasi efisiensi pegawai federal bisa berisiko dan menjadi ancaman besar jika tidak diimbangi dengan pengawasan yang memadai.
Kongres AS Khawatir D.O.G.E Elon Musk Ancam Keamanan Nasional
Salah satu kritik utama terhadap sistem AI semacam ini adalah potensi bias dalam analisisnya. AI cenderung mendasarkan keputusan pada pola yang terdeteksi dari data historis, yang bisa saja mengandung bias terhadap kelompok tertentu.
Elon Musk sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik tersebut dan malah kembali mengkritik pegawai federal yang menerima email tersebut.
“Permintaan email ini sangat sederhana—cukup ketik beberapa kata dan tekan kirim! Namun, begitu banyak yang gagal bahkan dalam ujian sepele ini, didorong oleh manajer mereka. Pernahkah Anda menyaksikan KETIDAKMAMPUAN seperti ini dalam membelanjakan pajak Anda?” jelasnya.
Dia juga mengisyaratkan kemungkinan dikirimnya email kedua bagi mereka yang tidak menanggapi yang pertama, dengan peringatan bahwa kegagalan merespons yang kedua dapat mengarah pada pemecatan.
“Tergantung pada kebijakan Presiden, mereka akan diberikan kesempatan kedua. Jika masih tidak merespons, maka mereka akan diberhentikan,” tulisnya.
AI dalam Dunia Kerja: Efisiensi atau Ancaman?
Penggunaan AI dalam mengevaluasi kinerja seperti yang digunakan pada sistem Department of Government Efficiency bukanlah hal baru. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2023 mengungkapkan bahwa 62 persen warga Amerika percaya bahwa AI akan berdampak besar pada tenaga kerja di masa depan.

Sementara itu, riset lain yang dirilis pada 11 November 2024 juga menunjukkan bahwa AI telah memberikan dampak besar terhadap pasar tenaga kerja, terutama dalam industri yang rentan terhadap otomatisasi.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis lebih dari 1,3 juta iklan pekerjaan antara Juli 2021 hingga Juli 2023 dan menemukan bahwa pekerjaan yang rentan terhadap otomatisasi mengalami penurunan hingga 30 persen.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan Musk pada program Department of Government Efficiency dapat menjadi preseden untuk penggunaan AI dalam menentukan nasib pekerjaan, bukan hanya di sektor swasta, tetapi juga di pemerintahan.
Ke depan, penggunaan AI seperti yang kini terjadi pada sistem D.O.G.E Elon Musk tampaknya akan terus berkembang. Namun, tantangan yang dihadapi bukan hanya soal efektivitas teknologi ini, tetapi juga bagaimana memastikan penggunaannya adil dan transparan. [dp]