Kripto Dai besutan MakerDAO telah masuk tahap uji Beta di jaringan Wanchain. Integrasi ini adalah integrasi kali pertama bagi token berbasis ERC20 untuk kategori cross-chain alias interoperability. Demikian diklaim oleh Wanchain melalui blog-nya, Kamis (11/10).
Dai menggunakan fungsi cross-chain Wanchain, yang memungkinkan Bitcoin dikonversi menjadi Dai. Dengan demikian Bitcoin juga kelak dapat digunakan sebagai bagian dari konsep collateralized debt position milik MakerDAO, selain Ether. Pengumuman itu bertepatan dengan pengumuman pemaduan Bitcoin di dalam Wanchain, yang akan diluncurkan pada akhir tahun ini.
“Kami meyakini, integrasi Dai dan Bitcoin di Wanchain ini akan mengubah cara penggunaan kripto yang selama ini tak jelas. Integrasi ini akan memperluas penggunaan kripto sebagai alat pembayaran digital, berkat penerapan fungsi cross-chain,” kata Rune Christensen, CEO dan Co-Founder MakerDAO.
Dalam berita sebelumnya, Christopher Tahir dari Komunitas CryptoWatch mengungkapkan, MakerDAO menggunakan pendekatan berbeda dalam mengusung konsep stablecoin. DAI dibuat secara decentralized dan menerapkan sistem pinjaman (credit) berbasis Ethereum. Nilai pinjamannya dipatok dengan harga dolar AS 1:1.
“Tak hanya itu, DAI menggunakan algoritma khusus untuk menyeimbangkan supply dan demand ETH terhadap USD. Kemudian, setiap terjadi penurunan harga, sang pemilik DAI harus tetap menjaga agar batas pinjaman (plafon) tidak terlewati. Jika terjadi sebaliknya, maka akan dikenakan bunga dan penalti. Model pinjaman yang mereka gunakan adalah Collateral Debt Position (CDP), yang mengunci posisi harga ETH dan merilis DAI maksimal 60% dari harga ETH. Jikalau harga ETH turun, maka plafon naik, sebab persentase CDP menurun,” katanya.
Wanchain, yang masuk ke main net pada awal tahun ini, adalah ekosistem blockchain yang memungkinkan integrasi aset digital lintas blockchain yang berbeda, baik public dan private. Itu dimungkinkan berkat pengembangan desain smart contract khusus di atas blockchain Ethereum.
Kendati masih dalam tahap sangat awal, setidaknya langkah Wanchain sedikit menjawab masalah utama teknologi blockchain saat ini, yakni tingkat interoperabilitas (cross-chain) yang rendah. Hal itu menghadang adopsi blockchain di tingkatan bisnis yang notabene sangat kompleks. Dengan interoperabilitas yang mumpuni, teknologi blockchain yang berbeda akan dapat berpadu dengan fungsi yang lebih banyak dan dengan jangkauan yang lebih luas.
Setelah sukses menempatkan fungsi cross-chain pada Ethereum pada beberapa waktu lalu, Wanchain menargetkan langkah serupa terhadap Bitcoin sebelum tahun akhir tahun 2018. [vins]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.