Kementerian Keuangan Amerika Serikat menuding kelompok peretas Lazarus asal Korea Utara sebagai pelaku pencurian kripto di Ronin Network, Rp8,9 triliun.
Hal itu disampaikan pada, Kamis (14/4/2022) lalu di laman resmi Kementerian Keuangan AS.
Tertera kelompok yang disebut itu “Lazarus Group” lengkap dengan sejumlah nama aliasnya.
Kelompok peretas yang disebutkan berasal dari Distrik Potonggang di Pyongyang, Korea Utara itu mengendalikan wallet, berdasarkan address blockchain Ethereum ini. 0x098B716B8Aaf21512996dC57EB0615e2383E2f96.
Address itu memang benar sebagai address tempat kripto Ether (ETH) dan USDC yang dicuri dari Ronin Network ditempatkan.
THREAD: Updates to OFAC’s SDN designation for Lazarus Group confirm that the North Korean cybercriminal group was behind the March hack of Ronin Bridge, in which over $600 million worth of ETH and USDC was stolen.
— Chainalysis (@chainalysis) April 14, 2022
Perusahaan keamanan siber, Chainalysis memastikan bahwa dompet kripto tersebut memang menampung kripto yang dicuri. Sedangkan Elliptic belum lama ini memastikan, bahwa sekitar 14 persen kripto curian itu telah dicuci lewat layanan Tornado Cash.
Mengenal Tornado Cash, Dambaan Peretas Kripto untuk Cuci Dana Curian
Peretasan terhadap Ronin Network lewat akses ke Ronin Bridge terjadi pada 23 Maret 2022 lalu, tetapi baru diketahui dan diumumkan pada 29 Maret 2022 oleh Perusahaan Sky Mavis, perusahaan di balik pengembang Ronin Network dan game Axie Infinity.
Dalam pengumuman resmi Sky Mavis kala itu, terjadi akses ilegal terjadi beberapa simpul jaringan Ronin. Peretas berhasil mendapatkan private key dompet kripto untuk mengakses dana.
Pekan lalu Sky Mavis sudah memastikan bahwa semua kerugian pengguna akan diganti, di mana Binance sudah bersedia sebagai salah satu penyuntik dananya.
Peretas Lazarus memang dikenal sejak lama sebagai peretas ulung dan menjadi incaran utama pihak berwenang AS.
Bahkan Lazarus pernah dituding sebagai dalang peretasan bursa kripto pada tahun 2020 lalu. Kala itu dua orang warga Tiongkok yang tinggal di AS pun sudah ditangkap, karena dituduh sebagai kaki tangan Lazarus.
Mereka adalah Tian Yinyin dan Li Jiadong. Pihak Departemen Keuangan Amerika Serikat menuduh mereka terlibat membantu Pemerintah Korea Utara mengumpulkan uang untuk membiayai program nuklir negara pimpinan Kim Jong Un itu. Mereka berdua disebut telah mencuci uang setara Rp3,5 triliun.
Pihak AS yakin, bahwa Lazarus dikendalikan secara langsung oleh Pemerintah Korea Utara. Kripto curian disebut-sebut sebagai modal untuk meningkatkan kekuatan senjata nuklir negeri itu. [ps]