DeFi Dibilang Bahaya? Ini Peringatan Mengejutkan dari BIS

Laporan terbaru dari Bank for International Settlements (BIS) menyebutkan bahwa dunia kripto, termasuk keuangan terdesentralisasi (DeFi), telah mencapai “titik kritis.” Artinya, inovasi yang dulu hanya dianggap mainan para penggila teknologi ini sekarang dianggap cukup besar untuk menimbulkan risiko bagi sistem keuangan tradisional.

Apa yang awalnya hanya eksperimen para developer dengan token digital, kini mulai merambah ke institusi keuangan besar yang selama ini bermain di ranah yang lebih mapan.

Yang menarik, kekhawatiran BIS tidak hanya soal stabilitas ekonomi makro, tetapi juga soal ketimpangan sosial. Menurut laporan tersebut, ada gejala bahwa gelombang adopsi kripto justru bisa memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Bukannya membantu mendistribusikan kekayaan secara lebih merata seperti narasi awalnya, DeFi malah berpotensi menjadi ladang cuan bagi segelintir pihak saja.

Adopsi Kripto dan Kaitannya dengan Pemain Lama

BIS mengamati bahwa pengaruh kripto terhadap dunia keuangan tradisional semakin dalam setelah disetujuinya spot Bitcoin ETF dan makin meluasnya tokenisasi aset dunia nyata.

Hal ini memperkuat keterkaitan antara ekosistem kripto dan sistem keuangan tradisional yang selama ini relatif terpisah. Secara tak langsung, risiko yang muncul di pasar kripto mulai punya dampak ke institusi keuangan yang lebih besar.

Lebih lanjut lagi, BIS juga menunjukkan pola yang mengganggu, yakni ketika pasar kripto jatuh, justru investor ritel yang meningkatkan kepemilikan mereka. Di sisi lain, investor besar, yang kerap disebut whale, justru mengambil langkah mundur.

Ini bisa diibaratkan seperti pasar loak, di mana barang makin banyak dibeli saat nilainya merosot, tapi yang untung malah pedagang lamanya.

“Perlu dicatat bahwa bankir sentral lainnya, Ulrich Bindseil dari ECB, telah membuat pengamatan yang sama tetapi dengan alasan yang berbeda. Ia melihat Bitcoin sebagai bentuk redistribusi kekayaan dari investor lama ke investor lama, yang cenderung kaya,” ungkap makalah tersebut.

Saluran Risiko dan Respons yang Disarankan

BIS merinci bahwa risiko yang ditimbulkan DeFi dan kripto terhadap sistem keuangan bisa datang dari berbagai arah.

Bukan cuma karena lembaga keuangan mulai memegang aset kripto, tapi juga karena guncangan di pasar kripto bisa memengaruhi kepercayaan pasar secara luas. Ketika harga anjlok, bukan cuma pemilik token yang panik, kadang seluruh pasar ikut goyah.

Di sisi lain, volatilitas aset digital bisa memicu perubahan perilaku konsumen, terutama jika digunakan sebagai alat pembayaran. Bayangkan saja jika seseorang menerima gaji dalam aset digital yang harganya berubah drastis tiap pekan, itu bukan sekadar tantangan teknis, tapi juga masalah kesejahteraan masyarakat.

Sebagai respons, BIS menyarankan agar DeFi mulai diarahkan masuk ke dalam kerangka regulasi yang lebih tegas.

Mereka menekankan pentingnya penerapan sistem identifikasi pengguna seperti Know Your Customer (KYC), kewajiban transparansi informasi, serta penetapan tanggung jawab hukum yang jelas terhadap pengembang dan operator protokol DeFi.

DeFi: Antara Inovasi dan Kenyataan

Satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah, walaupun DeFi dikembangkan dengan semangat desentralisasi dan kebebasan, ketika nilainya tumbuh sebesar ini, wajar jika otoritas keuangan mulai khawatir. Apalagi kalau sistem yang awalnya ingin “mengganti bank” malah membuat sistem keuangan jadi lebih rentan.

Namun demikian, semua ini juga tidak berarti kripto harus dipinggirkan sepenuhnya. Justru ini bisa menjadi momen refleksi, apakah proyek-proyek DeFi benar-benar diciptakan untuk inklusi keuangan? Atau jangan-jangan kita hanya melihat bentuk baru dari sistem lama, dengan wajah yang lebih digital?

Kalau dipikir-pikir, mungkin DeFi ini seperti pasar malam. Ramai, bebas, penuh peluang tapi tanpa pengelolaan yang baik, bisa berakhir jadi kekacauan. Dan saat BIS mengibarkan bendera kuning, itu bisa jadi sinyal bahwa semua pemain, baik individu maupun institusi, harus mulai pakai helm sebelum masuk arena. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait