Delapan Bank Korsel Rancang Stablecoin Berbasis Won

Delapan bank terbesar di Korea Selatan (Korsel), termasuk KB Kookmin, Shinhan, Woori, NH Nonghyup, IBK, Suhyup, serta Korea Financial Telecommunications & Clearing Institute, resmi bergandeng tangan dengan Open Blockchain & DID Association serta Financial Settlement Institute untuk membangun joint venture dan hadirkan stablecoin berbasis won.

Bagi sektor perbankan setempat, langkah ini ibarat memasuki “liga baru” di ranah aset digital. Rencananya, akan ada dua jalur penerbitan. Pertama, model trust-based yang menempatkan cadangan fiat di bawah pengawasan lembaga perwalian.

Kedua, model deposit-linked yang menautkan stablecoin ke deposito nasabah. Dengan cara ini, setiap won digital selalu punya “rumah” di neraca bank, ibarat kita selalu tahu di mana dompet tersimpan ketika belanja daring.

Di sisi lain, bank-bank itu tidak sekadar mengejar tren. Mereka ingin mencegah arus dana lokal lari ke stablecoin asing seperti USDT atau USDC yang berdenominasi dolar AS.

“Ada rasa krisis yang dirasakan bersama bahwa jika keadaan terus berlanjut seperti ini, koin dolar asing dapat mendominasi pasar domestik. Sudah saatnya untuk mengamankan independensi dan daya saing sistem keuangan domestik melalui mata uang digital berbasis won,” ujar seorang Pejabat Bank, dilansir dari media lokal Econovill.

Regulator Melirik Jalan Bertahap

Tak pelak, Bank of Korea (BoK) dan Financial Services Commission (FSC) menyoroti proyek ini dengan kacamata waspada, mirip orang tua yang membolehkan anak bawa mobil untuk kali pertama, tapi tetap menempelkan GPS di dashboard.

BoK menyatakan penerbitan stablecoin oleh bank yang sudah lama diawasi lebih mudah dikontrol ketimbang perusahaan rintisan. Sementara itu, FSC tengah merampungkan fase kedua Undang-Undang Aset Virtual yang akan mengatur soal cadangan, audit dan hak penebusan.

Lebih lanjut lagi, otoritas bersiap menggabungkan uji coba stablecoin bank dengan demonstrasi mata uang digital bank sentral (CBDC) pada paruh kedua 2025.

Pendekatan bertahap ini terbilang masuk akal. Pasalnya, otoritas finansial Korsel masih segar mengingat insiden runtuhnya ekosistem Terra-Luna dua tahun lalu yang membuat publik kapok ikut ICO tanpa pengaman.

Oleh karena itu, setiap stablecoin baru wajib menyediakan laporan cadangan transparan, jalur penebusan satu-banding-satu, serta perlindungan konsumen sekelas produk tabungan tradisional, tanpa perlu menambah paket asuransi eksotis.

Stablecoin Won Bisa Ubah Cara Bayar Sehari-hari di Korea Selatan

Namun demikian, muncul pertanyaan, apa untungnya bagi warga biasa? Bayangkan sedang memesan kopi latte di Gangnam. Alih-alih merogoh kartu debit, Anda cukup memindai kode QR stablecoin won dari aplikasi bank, transaksi menclak-menclok ke blockchain dan barista menerima dana tanpa menunggu otorisasi jaringan kartu global.

Biaya transaksi diklaim serendah transfer antarbank domestik, bahkan bisa nol jika mengandalkan jalur deposit-linked yang sudah ada.

Lebih jauh, bank menyiapkan fitur remitansi lintas batas. Seorang pekerja migran di AS, misalnya, cukup membeli stablecoin won di aplikasi Shinhan Bank, lalu mengirimkannya ke akun keluarganya di Seoul dalam hitungan detik.

Perbandingan kasarnya, kirim paket mi instan melalui drone dibanding kirim lewat kapal kargo, selisih waktu dan ongkosnya cukup besar.

Beberapa analis menilai proyek ini juga bisa memicu gelombang inovasi di sektor keuangan setempat. Fintech yang tadinya ragu masuk blockchain kini mendapat “lampu hijau” karena standar kepatuhan sudah jelas.

Di sisi lain, pemain raksasa seperti Kakao Pay dan Naver Financial tentu tak ingin hanya jadi penonton. Mereka digadang-gadang bakal menyiapkan dompet kompatibel agar jutaan pengguna setia tidak pindah haluan.

Meski demikian, jalan menuju peluncuran resmi tidak serta-merta mulus. Pengujian teknologi kontrak pintar, audit keamanan, hingga simulasi stres likuiditas harus beres sebelum tahap beta publik.

Bank of Korea menjadwalkan sandbox regulasi mulai kuartal pertama 2025, dengan target peluncuran komersial paruh kedua tahun yang sama. Jika semua berjalan mulus, stablecoin won bisa menjadi “benteng digital” pertama yang melindungi kedaulatan keuangan Korsel dari gempuran dolar digital global.

Apakah upaya ini bakal sukses? Waktu yang akan menjawab. Namun setidaknya, publik kini punya alasan baru untuk menantikan notifikasi aplikasi mobile banking, bukan lagi sekadar saldo bertambah setelah gajian, melainkan ikon koin won bercahaya yang siap dipakai di dunia maya.

Dan siapa tahu, suatu hari nanti, membeli kimchi di pasar tradisional pun cukup dengan stablecoin dan penjualnya tinggal bertanya, “QR-nya mana?” sambil tersenyum. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait