Seorang Aktivis asal Nigeria menuding IMF dan Bank Dunia telah sabotase kerjama Tiongkok dan Nigeria, demi dolar AS.
Bitcoin News melaporkan, Aktivis dan Pengacara Hak Asasi Manusia asal Nigeria bernama Femi Falana menuding ada tindak sabotase terhadap pertukaran mata uang antara Nigeria dan Tiongkok.
Menurut Femi, IMF dan Bank Dunia telah bekerjasama dengan Bank Sentral Nigeria untuk melakukan aksi sabotase tersebut.
Demi Dolar AS, Pertukaran Mata Uang dengan Tiongkok Disabotase
Selain itu, Femi juga menuduh pemerintah federal Nigeria terus menguatkan dolar AS dalam perekonomian negara, sementara negara lain mendobrak mengikuti langkah BRICS.
Sekadar informasi, Femi Falana adalah salah satu pihak yang ingin Nigeria bergabung dengan aliansi BRICS agar tidak bergantung pada dolar AS untuk urusan penyelesaian perdagangan global.
Di sisi lain, beberapa pakar ekonomi Nigeria meyakini bahwa perjanjian pertukaran mata uang dengan Tiongkok selama lima tahun telah gagal mengurangi tekanan pada mata uang lokal mereka, naira.
Juga, para ahli percaya bahwa ketidakseimbangan perdagangan antara negaranya dan Tiongkok telah menjadi salah satu alasan gagalnya pengaturan dari pertukaran tersebut.
Sekadar informasi, saat ini nilai tukar satu naira adalah sekitar Rp31,86 dan US$0,0022.
Meski Femi mengakui bahwa pengaturan pertukaran mata uang belum mencapai titik yang diharapkan Pemerintah Nigeria, aksi sabotase dari IMF dan Bank Dunia telah membuat pengaturan pertukaran ini tidak mungkin berhasil.
“IMF dan Bank Dunia yang mengawasi Bank Sentral Nigeria telah berkolusi dengan Bank Sentral Nigeria untuk menggagalkan pertukaran mata uang. Sabotase ekonomi bertujuan untuk mempromosikan dominasi dolar Amerika Serikat di Nigeria. Meskipun Nigeria telah menjadi sumber minyak dan minyak yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang pesat, Pemerintah Federal terus meminta pembayaran dalam dolar AS, bukan naira,” tambahnya.
Femi pun mengkritik kegagalan Pemerintah Nigeria yang membuat negaranya gagal mengikuti jejak negara lain untuk bergabung dengan aliansi BRICS.
Tidak hanya itu, Femi diketahui juga mengecam kebijakan desain ulang mata uang bank sentral Nigeria yang kontroversial. Itu justru dinilai memperluas kekurangan naira di wilayah domestik.
“Alih-alih mengejar apa yang disebut kebijakan desain ulang naira, pemerintah Nigeria harus bergerak untuk memperbarui pengaturan pertukaran mata uang dengan Tiongkok,” ujar Femi. [st]