Membuat mainnet blockchain sendiri bukanlah perkara ringan. Dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit untuk membangun blockchain yang berhasil, terutama dari sisi sumber daya manusia. Tetapi tantangan tersebut tidak menciutkan tekad Danny Baskara, CEO Vexanium, untuk membuat mainnet.
Menurut Danny, awal tahun 2019 Vexanium akan memasuki mainnet, dan semua orang bisa melihat fitur mainnet Vexanium seperti apa. Diperlukan persiapan untuk benar-benar mengeksekusi mainnet, sehingga Danny memperkirakan kuartal kedua tahun 2019 baru akan siap untuk tampil.
Vexanium berencana membangun mainnet yang mudah dipahami dan digunakan untuk membuat smart contract sendiri, menggunakan algoritma konsensus RDPOS (Result Delegated Proof of Stake) yang aman, serta mengusung kecepatan hingga 1000 transaksi per detik yang sangat dibutuhkan industri e-commerce dan ritel.
Saat ini Vexanium masih menggunakan mainnet Achain. Kelak, dengan Vexanium beralih ke mainnet sendiri, maka Vexanium akan bergerak secara independen terhadap Achain, tetapi tetap dalam satu ekosistem blockchain terpadu dengan Achain itu sendiri. Sebab, Achain sendiri menganut Forking Theory, yang memungkinkan beberapa entitas industri “split” memanfaatkan jaringan utama chain sendiri. Ini yang disebut sebagai langkah interoperabilitas.
Demi menunjukkan keseriusannya membangun mainnet sendiri, Vexanium mengirim empat orang developernya belajar ke Tiongkok, di kantor pusat Achain di Beijing. Danny berpendapat, Negeri Tirai Bambu itu sangat hebat perihal perkembangan teknologi blockchain, dan berada satu-dua tahun lebih maju dibanding Indonesia.
“Indonesia memang masih early banget. Jadi, saat ini ada tim yang kami kirim ke Tiongkok, empat orang,” jelas Danny kepada awak media BlockchainMedia dalam acara BlockBali, Sabtu (17/11).
Harapannya, dengan mengirim putra-putri bangsa belajar teknologi blockchain, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan transformasi teknologi dan menjadi negara yang tidak kalah maju.
Vexanium popular. VexGift, program loyalty reward besutan Vexanium, sudah bisa digunakan di lebih dari 35 ribu outlet dan toko di seluruh Indonesia. Mitra VexGift antara lain termasuk KFC, Indomart, Alfamart dan Go-Jek.
Selain mainnet dan VexGift, Vexanium berencana membangun ekosistem-ekosistem baru. Danny belum bisa menyebut apa saja inovasi baru yang akan dihadirkan Vexanium, tetapi ia memastikan masih berhubungan dengan industri ritel dan e-commerce.
“Belum bisa kami beri tahu. Hanya saja salah satu yang kami infokan nanti ada yang benar- benar baru. Kami membuat banyak ekosistem baru, tapi kurang lebih berhubungan dengan bisnis ritel. Kami fokus di sana saja, fungsinya untuk menggaet user lebih banyak bagi blockchain,” lanjut Danny, Pemenang Digital Marketing Award 2012 dan Top Brand Kupon Website 2015 ini.
Pada kuartal pertama dan kedua 2019, Vexanium berencana meluncurkan VEXchange dan VEXplorer. VEXchange adalah marketplace token yang mewadahi penggunanya memperdagangkan VEXM dan VEX. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan likuiditas token dan meningkatkan penggunaan serta penebusan voucher dari merchant.
Juga pada tahun 2019, Vexanium berharap model bisnisnya sudah terbukti berdasarkan fakta dan tren pasar. Vexanium berencana memperluas usahanya ke kota-kota besar lain di Asia, seperti Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, Seoul, Hong Kong, Bangkok, Dubai dan Singapura.
Tampaknya Vexanium semakin mantap menancapkan cakarnya di industri blockchain Indonesia. Tidak tanggung, Vexanium juga baru-baru ini menjadi anggota Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI). Ketika ditanya soal apakah ada rencana ABI membuat self-regulation untuk blockchain dan kripto di Indonesia, Danny berkata, “Untuk soal itu, kami menunggu dari pemerintah.” [ed]