Dunia game dibuat terperangah pada Selasa (18/1/2022) sebelum tengah malam, ketika Microsoft mengumumkan sepakat membeli perusahaan penerbit game, Activision Blizzard. Nilainya tak tanggung-tanggung, yakni US$68,7 milyar atau setara dengan Rp986,46 triliun. Microsoft juga memastikan langkah akuisisi ini demi masuk lebih dalam lagi ke bisnis metaverse. Decentraland dan The Sandbox punya persiapan apa?
Dalam keterangan resminya, Microsoft mengatakan bahwa kesepakatan itu akan memberikan tahapan baru untuk metaverse.
“Game adalah kategori paling dinamis dan menarik untuk kategori hiburan di semua platform saat ini. Game inilah yang akan memainkan peran kunci dalam pengembangan metaverse,” tegas Satya Nadella, CEO Microsoft.
Ketika transaksi akuisisi ini selesai, maka Microsoft akan menjadi perusahaan game terbesar ketiga di dunia berdasarkan pendapatan, di belakang Tencent (Tiongkok) dan Sony.
Sejak akhir Oktober 2021 lalu, Microsoft paling banyak bicara soal metaverse, selepas Mark Zuckerberg pada akhir Oktober 2021 lalu mengumumkan sepenuhnya masuk ke dunia realitas virtual interaktif itu.
Bagi Microsoft, virtual reality dan augmented reality juga diharapkan memainkan peran besar dalam metaverse di masa depan. Di sinilah Microsoft terus mengembangkan headset holografik HoloLens-nya, yang mungkin bersaing dengan Oculus milik Facebook (sekarang Meta Platforms).
Activision Blizzard sendiri sangat berpengaruh di dunia game komputer, lewat game popular, seperti seri Call of Duty, Guitar Hero, Diablo, StarCraft, Warcraft, dan Candy Crush Saga.
Sedangkan raksasa Microsoft juga termasuk pemain kunci untuk urusan hiburan audio-visual ini. Microsoft bertahan di sektor ini berkat Xbox (20 tahun). Layanan berlangganan Xbox Game Pass sudah lebih dari 25 juta anggota. Bahkan Microsoft akan memadukan game terbitan Activision Blizzard ke dalam layanan premiumnya.
Namun untuk urusan metaverse, Activision Blizzard terkesan belum punya niatan untuk masuk ke metaverse,
Padahal sejumlah pesaing beratnya, sudah semakin sering bergaung berniat masuk era bisnis masa depan ini, setidaknya menyerempat ke NFT (non-fungible token). Pembuat Assassin’s Creed, Ubisoft misalnya meluncurkan game item dalam format NFT pada Desember 2021.
Sedangkan penerbit Final Fantasy Square Enix telah mengumumkan rencana untuk mengembangkan game yang berpusat pada NFT dan Electronic Arts (EA) telah mengisyaratkan minat serupa.
Pekan lalu, penerbit Grand Theft Auto Take-Two Interactive mengakuisisi pengembang game seluler Zynga senilai US$12,7 milyar.
Zynga baru-baru ini mulai mengembangkan game bertenaga NFT, dan CEO Take-Two Strauss Zelnick mengatakan pekan lalu bahwa dia percaya bahwa ada “peluang Web3” yang akan lebih baik ditangani oleh perusahaan secara bersama-sama.
Microsoft juga tak tertinggal soal NFT. Salah satunya adala lewat perusahaan ventura M12 milik Microsoft yang berinvestasi di Palm NFT Studio, besutan ConsenSys.
Microsoft dan Warner Bros Kucurkan Dana US$27 Juta di Bisnis NFT
Langkah raksasa Microsoft ini tentu saja menjadi tantangan teramat besar sekaligus rumit bagi Decentraland dan The Sandbox sebagai pendatang paling awal di dunia metaverse.
Walaupun kedua entitas ini berhasil menarik perhatian lebih karena unsur blockchain, kripto dan token di NFT, kombinasi Microsoft-Activision Blizzard perlu dijawab lebih jelas dengan tarikan yang lebih nyata.
Dari sana kita berspekulasi lebih majemuk, apakah pertarungan metaverse-NFT kian terbuka di ranah geoteknologi antara AS dan Tiongkok? Mengikut JD, Tencent juga sudah pasang kuda-kuda di token unik ini jelang akhir tahun lalu.
Tiongkok Larang Kripto, Kantor Beritanya Malah Terbitkan NFT
Pasalnya, Tiongkok melarang transaksi dan penambangan kripto, tetapi terbuka menjajal NFT dan Animoca Brands (entitas di balik Decentraland dan The Sandbox) ada di Hong Kong yang sepertinya jelas aman-aman saja.
Fakta Industri Game
Industri game saat ini bernilai lebih dari US$200 miliar, sebagai bentuk hiburan terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat.
Pada tahun 2021 saja, jumlah total rilis video game naik 64 persen dibandingkan tahun 2020 dan 51 persen pemain di AS melaporkan menghabiskan lebih dari 7 jam per minggu bermain di konsol, PC, dan seluler.
Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia bermain game saat ini, yang diperkirakan akan tumbuh menjadi 4,5 miliar pada tahun 2030.
Lebih dari 100 juta gamer, termasuk lebih dari 25 juta anggota Xbox Game Pass, memainkan game Xbox di seluruh konsol, PC, ponsel, dan tablet setiap bulan.
Di semua game terbitan Activision Blizzard, ada hampir 400 juta pemain aktif bulanan di 190 negara. [ps]