Jon Cunliffe, Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris mengakui, bahwa kripto belum ancam stabilitas keuangan kerajaan itu. Pernyataan itu setelah pihak FCA Inggris melakukan gerakan “razia” terhadap sejumlah bursa kripto, termasuk Binance
Kripto belum cukup besar untuk mengancam stabilitas keuangan. Hal itu diutarakan oleh Deputi Gubernur Bank of England Jon Cunliffe.
Dalam wawancara kepada CNBC, Rabu (14/7/2021), Cunliffe menegaskan mania spekulasi di kripto sangat nyata, tetapi belum melampaui batas sehingga menjadi risiko stabilitas keuangan.
Bitcoin dan aset kripto lain mengalami reli besar di awal tahun dan sempat mencapai kapitalisasi pasar total senilai US$2,5 triliun.
Pendukung Bitcoin menyebut kripto itu bisa menjadi alat simpan nilai alternatif di saat investor kesulitan menemukan imbal hasil akibat suku bunga rendah.
Kendati demikian, kripto sangat volatil dan pasar kripto telah kehilangan nilai lebih dari US$1 triliun sejak Mei. Bitcoin anjlok dari rekor tertinggi US$65 ribu pada pertengahan April 2021 menjadi sekitar US$32.500 saat ini.
Regulator semakin awas soal kripto. Tiongkok memberlakukan pelarangan ketat terhadap industri kripto melalui serangkaian kebijakan yang memberatkan sentimen investor beberapa pekan terakhir.
Sementara itu, Binance, bursa kripto terbesar di dunia, dilarang beroperasi di Inggris oleh Financial Conduct Authority (FCA) bulan lalu.
Binance adalah salah satu bursa yang gagal “melobi” FCA karena tidak memenuhi persyaratan anti pencucian uang.
Cunliffe memastikan spekulasi kripto terbatas bagi investor ritel saat ini. Ia menegaskan ulang posisi bank sentral bahwa investor yang membeli aset digital harus siap kehilangan semua uang mereka.
“Ada isu perlindungan investor disini. Kripto adalah aset spekulasi tinggi, tetapi belum cukup besar untuk menyebabkan resiko stabilitas keuangan dan mereka tidak terkait erat dengan sistem keuangan saat ini,” jelas Cunliffe.
Ia menambahkan, jika keterkaitan tersebut muncul dan kripto mulai bergerak dari ritel menuju grosir dan mengakibatkan sektor keuangan lebih terpapar, maka bank sentral Inggris harus mulai berpikir soal resiko.
Bank Sentral Inggris secara resmi memberikan perbedaan antara aset kripto spekulatif seperti Bitcoin dengan stablecoin yang dijamin oleh real asset.
Sebagai contoh, Tether (USDT) adalah stablecoin terbesar di dunia dengan token beredar lebih dari US$60 milyar. USDT dijamin 1:1 dengan dolar AS agar nilainya stabil. Tetapi Tether menuai kontroversi akibat dugaan kurangnya cadangan kas untuk menjamin perbandingan 1:1 tersebut, walaupun Perusahaan Tether sudah menjamin itu secara hukum.
Stablecoin Harus Diawasi
“Saya pikir komunitas internasional setidaknya harus mengembangkan standar agar dapat membedakan sekaligus memiliki standar regulasi bagi produk sejenis itu,” tambah Cunliffe.
Saat ini, sejumlah bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Sentral Inggris, sedang menjajaki uang digital bank sentral sebagai tanggapan terhadap penggunaan uang tunai yang berkurang dan minat terhadap kripto yang meningkat. [cnbc.com/ed]