Deutsche Bank dalam laporan terbarunya menyebut bahwa meningkatnya adopsi institusional dan tren dedolarisasi dapat membuat bank sentral di berbagai negara menambahkan Bitcoin dan emas sebagai aset cadangan inti pada tahun 2030.
Berdasarkan laporan Bloomberg, menurut bank investasi asal Jerman tersebut, Bitcoin berpotensi menjadi pilar baru keamanan finansial global, sejalan dengan peran emas pada abad ke-20.
Meski begitu, Deutsche Bank menegaskan keduanya tidak akan menggantikan dolar AS, melainkan menjadi instrumen pelengkap dalam portofolio cadangan.
Bitcoin Dianggap Mulai Layak
Laporan itu menjelaskan bahwa alasan utama Bitcoin mulai dipertimbangkan adalah peningkatan likuiditas pasar, semakin luasnya pengakuan institusional, serta volatilitas harga yang menunjukkan tren penurunan. Faktor-faktor tersebut dianggap mendekatkan Bitcoin pada kriteria aset cadangan yang dibutuhkan oleh bank sentral.
“Bitcoin dapat menjadi landasan keamanan finansial di masa depan,” ujar Ekonom Deutsche Bank, Marion Laboure, merujuk pada posisi aset digital ini yang dinilai semakin matang.
Pandangan tersebut muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran negara-negara berkembang terhadap dominasi dolar AS, sehingga mendorong pencarian alternatif cadangan yang lebih beragam.
Selain Bitcoin, emas tetap dipandang sebagai aset yang memiliki peran vital. Dengan rekam jejak panjang sebagai penyimpan nilai, emas disebut tetap menjadi pilihan utama bank sentral, namun kali ini bersama Bitcoin yang diprediksi akan mendapat peran lebih besar dibandingkan satu dekade lalu.
Tren Global dan Tantangan Regulasi
Fenomena ini sejalan dengan tren global de-dolarisasi, di mana sejumlah negara berusaha mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam transaksi perdagangan maupun cadangan devisa.
Bank sentral mungkin mulai memasukkan Bitcoin ke neraca mereka dalam waktu dekat, sementara beberapa pakar menyoroti pengakuan dari Deutsche Bank sebagai sinyal kuat bahwa peran aset digital dalam sistem moneter global semakin diakui.
Meski demikian, tantangan besar masih menanti. Volatilitas harga Bitcoin tetap menjadi kekhawatiran utama, mengingat bank sentral membutuhkan aset yang stabil untuk menopang cadangan devisa mereka.
Regulasi ketat di sejumlah yurisdiksi, ukuran pasar Bitcoin yang jauh lebih kecil dibanding obligasi pemerintah, serta dinamika geopolitik juga berpotensi menghambat langkah adopsi.
The Guardian mencatat bahwa meningkatnya minat terhadap Bitcoin dan emas juga terkait dengan tren “debasement trade,” yakni pergeseran investasi ke aset keras sebagai lindung nilai terhadap pelemahan mata uang fiat.
Kondisi ini diperkirakan akan semakin menonjol dalam beberapa tahun mendatang seiring tingginya tekanan terhadap stabilitas keuangan global.
Hingga kini belum ada bank sentral besar yang secara resmi mengumumkan kepemilikan Bitcoin dalam cadangan devisa mereka.
Namun, langkah negara-negara seperti El Salvador yang sudah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah dapat menjadi studi kasus awal yang diawasi ketat oleh komunitas internasional.
Laporan Deutsche Bank menutup dengan menegaskan bahwa meski dolar AS akan tetap dominan, kombinasi emas dan Bitcoin dapat memperkuat fondasi cadangan devisa global di masa depan.
Bagaimana implementasi nyata akan berjalan, menurut bank tersebut, sangat bergantung pada kesiapan regulasi, kondisi geopolitik, dan konsistensi adopsi institusional dalam beberapa tahun ke depan. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.