Sebagai kripto terbesar dan paling sukses, Bitcoin disebut oleh banyak pihak sebagai “emas digital.” Pemilik dan penyokong Bitcoin membandingkan kripto tersebut terhadap logam mulia dan mengklaim Bitcoin lebih baik ketimbang emas. Tetapi, laporan baru dari Dewan Emas Dunia mengatakan sebaliknya, yaitu Bitcoin bukanlah pengganti emas. Kok bisa?
Dalam laporan yang dirilis Selasa (30/01), Dewan Emas Dunia menyoroti kinerja semua pasar yang amburadul di tahun 2018, termasuk emas. Kendati demikian, laporan tersebut menekankan kuartal keempat dimana harga emas naik kembali sedangkan pasar lain cenderung merosot.
Investor umumnya lari ke emas di masa-masa ketidakjelasan pasar saham. Laporan dewan tersebut menyatakan kuartal keempat 2018 adalah kuartal terburuk sejak tahun 2009. Pada kuartal lalu, Bitcoin berkesempatan untuk menunjukkan kemampuannya sebagai kelas aset safe haven di kala pasar saham berguncang, tetapi peluang itu pupus ketika terlihat jelas Bitcoin masih merupakan aset yang berisiko.
“2018 adalah tahun liar bagi pasar finansial dan emas bukan pengecualian. Suku bunga lebih tinggi, dolar yang kuat dan harga saham yang meningkat menjadi hambatan signifikan bagi emas sepanjang 2018,” ujar Direktur Riset Investasi Dewan Emas Dunia, Juan Carlos Artigas.
Tetapi, terjadi reli emas pada kuartal keempat, ketika resiko geopolitik dan makroekonomi meningkat dan pasar saham terjerembab, sehingga harga emas naik kembali. Bahkan, emas menunjukkan kinerja lebih baik dibanding hampir semua aset keuangan global lain, tambah Artigas.
Dewan Emas Dunia menyatakan dengan jelas, aset kripto bukanlah safe haven dan meskipun ada beberapa kemiripan dengan emas, tetap ada alasan-alasan kuat mengapa kripto bukanlah pengganti emas. Hal ini karena Bitcoin memiliki volatilitas tinggi, sedangkan emas memiliki pasar yang lebih kuat dan cair. Selain itu, tidak seperti Bitcoin, emas memiliki peran yang jelas dalam sebuah portofolio investasi.
Saudara kembar Winklevoss mengatakan, Bitcoin akan melampaui kapitalisasi pasar emas yang bernilai US$7 triliun, tetapi riset Dewan Emas Dunia tidak mencapai kesimpulan yang sama. Malah, Bitcoin lebih mirip dengan saham teknologi di tahun 2018, di mana Bitcoin longsor hingga 55 persen pada kuartal keempat, sementara emas naik sebanyak 9,4 persen.
Namun, laporan dewan tersebut tidak menjelaskan meskipun harga Bitcoin berada di angka US$4 ribu pada November 2018, Bitcoin masih menunjukkan kinerja lebih baik dibanding saham Amazon. Emas memang merupakan aset yang stabil, tetapi emas tidak menghasilkan cuan yang sama dengan S&P 500 dan saham-sahaam FAANG seperti AMZN selama satu dekade terakhir.
Bagi investor yang mencari kestabilan, emas adalah pilihan lebih baik dibandingkan saham dan kelas aset baru seperti Bitcoin. Selain itu, Bitcoin dan Nasdaq memiliki korelasi tinggi dengan koefisien 0,69, sementara emas memiliki korelasi terbalik dengan koefisien -0,73. Laporan Dewan Emas tersebut menyatakan berdasarkan data korelasi dan masa-masa pasar yang tertekan, aset kripto bukanlah aset safe haven.
Tahun lalu, laporan Dewan Emas Dunia mengakui kinerja superior Bitcoin yang mencapai 13 kali lipat dibanding emas yang hanya naik 13 persen. Dewan tersebut bahkan menyatakan Bitcoin mampu mengalahkan bank sentral. Tetapi tahun ini sentimen tersebut berubah. Analis dewan tersebut berkata Bitcoin memiliki peran tertentu dalam sebuah portofolio investasi, tetapi bukan sebagai pengganti emas. [bitcoinist.com/ed]