Dialog Dagang AS-Tiongkok Bikin Pasar Kripto Bernapas Lega

Pertemuan dua negara raksasa ekonomi dunia di Swiss baru saja menjadi sorotan global. AS dan Tiongkok menggelar pembicaraan bilateral selama dua hari di Jenewa, yang disebut-sebut sebagai langkah awal untuk “me-reset” hubungan mereka yang selama ini panas-dingin.

Tidak main-main, topik utama yang dibahas adalah keterbukaan akses pasar dan kerja sama ekonomi yang lebih luas, terutama bagi pelaku usaha asal AS yang ingin merambah Tiongkok.

Presiden AS, Donald Trump, tak menunggu lama untuk menyampaikan euforia hasil pembicaraan ini.

“Kami ingin melihat, demi kebaikan Tiongkok dan AS, keterbukaan Tiongkok terhadap bisnis AS. Kemajuan  besar telah terbuat!” ujar Trump dalam unggahannya di Truth Social.

Nada tegas dan penuh optimisme itu rupanya mencerminkan betul atmosfer yang terbentuk selama pertemuan tersebut.

AS dan Tiongkok: Dari Saling Tuduh ke Arah Dialog Baru

Jika menengok ke belakang, hubungan dagang antara AS dan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir bisa dibilang penuh drama. Saling tuduh soal subsidi ilegal, pemaksaan transfer teknologi, dan perang tarif membuat banyak pelaku bisnis di kedua negara, dan bahkan dunia, harus waspada. Namun kali ini, sepertinya angin mulai berubah arah.

Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, sementara pihak Tiongkok diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

Mereka duduk bersama, tidak dengan nada menggertak seperti sebelumnya, tapi justru fokus pada pencarian jalan tengah yang bisa diterima kedua belah pihak. Lebih lanjut lagi, kedua negara sepakat membentuk jalur dialog lanjutan agar pembahasan tidak berhenti hanya di pertemuan ini saja.

Yang menarik, pembahasan ini tidak serta-merta memutuskan penghapusan tarif perdagangan. Tapi harapan mulai tumbuh.

Setelah sebelumnya AS menerapkan tarif hingga 145 persen terhadap sejumlah barang dari Tiongkok, dan dibalas Tiongkok dengan tarif serupa, kini ada celah negosiasi untuk menurunkannya. Setidaknya, menurut sumber dari internal pemerintahan, itu sedang disiapkan sebagai bagian dari lanjutan pembicaraan.

Pasar Saham dan Kripto Kompak Tersenyum

Efek dari kabar positif ini langsung terasa di pasar. Dow Jones Futures naik lebih dari 530 poin, S&P 500 ikut menguat sekitar 1,4 persen, dan Nasdaq mencatat kenaikan 1,6 persen.

Para investor sepertinya menyambut baik sinyal bahwa dua kekuatan besar dunia ini mulai menurunkan tensi panasnya. Bisa dibilang, suasananya mirip seperti melihat dua sahabat lama yang akhirnya berdamai setelah bertahun-tahun berseteru soal utang piutang.

Di sisi lain, dunia kripto juga ikut mendapat angin segar. Meski tidak secara langsung disinggung dalam pembicaraan, pelaku pasar mengaitkan kabar damai ini dengan potensi masuknya kembali investor institusional dari kawasan Asia.

Ketika ketegangan geopolitik mereda, sentimen risiko biasanya menurun, dan investor lebih percaya diri mengambil posisi di aset berisiko tinggi seperti Bitcoin dan altcoin besar lainnya.

Beberapa analis bahkan menyebut kondisi seperti ini mirip efek domino, satu langkah kecil di panggung diplomasi bisa berdampak besar di pasar yang sama sekali berbeda.

Menuju Babak Baru atau Sekadar Istirahat?

Namun demikian, masih terlalu dini untuk menganggap semua masalah telah selesai. Belum ada dokumen resmi yang dipublikasikan secara lengkap. Tidak ada daftar poin kesepakatan yang bisa dijadikan pegangan publik.

Meski demikian, pemerintah AS menyebut adanya “kemajuan substansial” dalam proses negosiasi. Dalam bahasa politik, ini bisa berarti apapun, dari setengah jalan menuju kesepakatan penuh, hingga hanya sekadar sapaan hangat untuk membuka pembicaraan selanjutnya.

Bagi para pelaku bisnis, tentu saja kabar ini tetap menjadi angin segar, terlebih bagi mereka yang ingin ekspansi ke pasar Tiongkok yang sangat besar tapi selama ini sulit ditembus.

Tapi di waktu yang sama, mereka juga tahu bahwa di dunia nyata, kesepakatan dagang itu bukan seperti beli kopi lewat aplikasi, ada banyak kepentingan, ego nasional dan lobi yang harus disatukan.

Jadi, meski harapan baru telah muncul, publik dan pasar tetap perlu bersikap realistis. Kalau kata orang, baru gebetan, belum tentu jadian. Tapi setidaknya, mereka sudah mulai bicara baik-baik. Dan itu, untuk saat ini, sudah cukup membuat dunia sedikit lebih lega. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait