Digidoy Comics asal Medan, Indonesia mempersiapkan satu NFT (Non-Fungible Token) berkode “Se7en”. NFT akan dilelang bulan depan. Sebagian besar dari hasil lelang akan disumbangkan ke sejumlah yayasan sosial di Indonesia.
Digidoy Comics enggan menyia-nyiakan demam NFT yang melanda dunia seni grafis saat ini.
Kapitalisasi pasarnya kini mencapai triliunan rupiah dengan jutaan karya. Itu dipertegas dengan penjualan NFT karya grafis Mike “Beeple” Winkelmann yang laku dijual senilai US$69 juta pada medio Maret 2021 lalu, lewat rumah lelang Christie’s.
Bagi komik digital berpengaruh asal ibukota Sumatera Utara itu, NFT tak hanya dapat memperbaiki kondisi keuangan seniman grafis di Indonesia, di tengah kemerosotan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Potensi lainnya adalah karya seniman digital bisa dijadikan sebagai medium bagi pihak lain yang berkekurangan.
“Terus terang saya baru memantau perkembangan NFT ini sejak akhir Februari 2021. Sejauh ini sangat menjanjikan, karena mampu memberikan tambahan pemasukan kepada seniman grafis di banyak negara. Bahkan NFT dapat dijadikan sebagai medium memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang beruntung,” kata M. Arief Siregar, salah seorang pendiri Digidoy Comics, Selasa (30/3/2021) di Medan.
Arief mengatakan, jikalau NFT perdana mereka ditawar tinggi di OpenSea, ia dan teman-temannya akan menyumbangkan sebagian dari hasil penjualan kepada sejumlah yayasan sosial di Indonesia.
“NFT kami nanti tak hanya membuktikan konsistensi kami dalam berkarya sejak tahun 2014 silam. NFT gaya baru sepatutnya punya nilai sosial, tidak hanya seniman yang diuntungkan, karena kami tumbuh seperti ini karena masyarakat juga,” tegas Arief.
Sayangnya Arief masih merahasiakan NFT seperti apa yang hendak mereka lelang itu. Satu yang pasti, terangnya, NFT itu mewakili sejumlah karya seni kami sejak kami berdiri pada 7 tahun silam.
“Hingga saat rencana NFT ini berkode “Se7en”, yang saya harap para pecinta karya seni, khususnya kolektor dari mancanegara, menghargai karya-karya kami,” katanya.
Manual dan Komputer
Digidoy Comics menyebut dirinya sebagai “Intellectual Properties Brand” atau lazim disebut dengan “IP Brand”. Itu merujuk pada karya-karya intelektual bermutu, salah satunya dalam bentuk visual yang lokal dan khas.
Digidoy Comics tak sepenuhnya bertumpu menggambar menggunakan Photoshop di komputer.
Semua gambar dibuat dalam bentuk sketsa terlebih dahulu di atas kertas. Kemudian dipindai, lalu dilakukan perwarnaan dan penyempurnaan di komputer.
Me-Medan-kan Dunia
Sejak didirikan pada tahun 2014, karya visual Digidoy Comics memang berkonten lokal Medan.
Kalaupun ada peristiwa nasional dan internasional yang sedang hangat, Digidoy Comics menyematkan unsur-unsur lokal Medan ke dalamnya.
Arief berniat untuk “Me-Medan-kan” Dunia, merangsang banyak kota di dunia untuk terus mengedepankan unsur-unsur kelokalannya.
Digidoy Comics dikenal sangat produktif. Hampir setiap hari memamerkan karya visual mereka di media sosial, seperti Facebook dan Instagram.
Selain berkarya dengan karakter mereka sendiri, sejumlah perusahaan besar kerap menggunakan jasa mereka.
Biasanya perusahaan-perusahaan itu menggunakan karya visual Digidoy Comics untuk kebutuhan pemasaran dan kampanye sosial lainnya.
“Misalnya beberapa hari lalu soal kehebohan duel catur Dewa Kipas versus GM Irene. Kami menerjemahkan itu dengan ciri khas kami. Jadilah 4 karakter utama Digidoy (Digi, Doy, Dev dan Coki) duduk berjejer di atas buah catur. Berjudul Gara-gara Dewa Kipas, kami lengkapi dengan kalimat khas Medan: ‘Gara-gara Dewa Kipas! Aku tau pemaen catur ada yang cantik, bukan bapack-bapack aja!‘,” imbuh Arief.
Arief juga mengatakan bahasa-bahasa slank di Medan memang mengadopsi bahasa-bahasa asli Inggris dan Belanda.
“Istilah ‘raun-raun’ yang merujuk pada kegiatan ‘jalan-jalan’ misalnya, berasal dari bahasa Inggris, yakni ‘round a round’,” sebutnya.
Diakui Secara Nasional
Beberapa tahun lalu, Digidoy Comics menjadi peserta dalam program Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mendorong karya seni visual lokal dapat lebih dihargai.
“Keikutsertaan kami di program itu membuktikan jerih payah kami dalam bervisual, sekaligus bentuk pengakuan secara nasional,” aku Arief yang sejak tahun 2019 pesanan pembuatan visual branding untuk perusahaan-perusahaan besar mulai berkurang.
Sebelumnya sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) “rajin” menggunakan jasa Digidoy Comics untuk kebutuhan promosi atau sekadar untuk kampanye sosial.
Untuk menyiasati “sepi orderan” itu, Arief dan kawan-kawan harus pintar-pintar memutar otak.
“Ya, kemerosotan ekonomi saat ini memang tak bisa dihindari. Jurus kami, salah satunya lewat penjualan kaos, sepatu dan makanan di situs kami. Tentu saja juga bergambar khas Digidoy,” ucapnya.
Apa Itu NFT?
NFT (Non-Fungible Token) pada prinsipnya adalah sertifikat unik dan hanya satu-satunya terhadap benda digital ataupun benda-benda fisik. Sertifikat digital itu dicatatkan di blockchain secara permanen.
Sertifikat berupa kode program yang disebut dengan smart contract. Karena blockchain pada dasarnya mentransfer data digital di Internet, maka kode program itu disebut dengan “token”.
Disebut token, karena di dalam smart contract itu, sudah ditentukan banyak hal, mulai dari nama dan bentuk bendanya, harga, nama pembuat, sampai jadwal waktu lelang dilangsungkan dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, NFT adalah bukti sah dan meyakinkan atas kepemilikan sebuah objek. Dan itu bisa diverifikasi dengan mudah di blockchain.
Dengan seseorang membeli NFT yang mewakili satu karya seni, maka ia diberikan keyakinan tambahan, bahwa karya itu memang dibuat oleh sang seniman.
Ada kalanya, beberapa NFT yang dibeli disertai dengan pengiriman file aslinya. [red]