Dipimpin Tiongkok, Organisasi Eurosia Ini Berencana Tinggalkan Dolar Amerika

Sebuah organisasi regional yang dipimpin oleh Tiongkok yang mencakup lebih dari setengah wilayah Eurasia bermaksud untuk beralih ke penyelesaian dalam mata uang anggota-anggotanya dan berencana tinggalkan dolar Amerika.

Rencana meninggalkan dolar AS dalam pembayaran bersama, namun negara-negara peserta belum mempertimbangkan mata uang yang sama yang nantinya akan digunakan.

Organisasi Kerjasama Shanghai Akan Tinggalkan Dolar Amerika demi Mata Uang Nasional

Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) bersiap-siap untuk meninggalkan dolar AS dan beralih ke penyelesaian dalam mata uang nasional dari negara anggotanya.

Dalam wawancara dengan saluran TV negara Belarus 1, Wakil Sekretaris Jenderal blok tersebut Grigory Logvinov menyatakan:

“Sebuah rencana untuk beralih ke penyelesaian dalam mata uang nasional sedang dikembangkan,” ujar Logvinov.

Dikutip juga oleh agensi berita Interfax, diplomat Rusia itu menekankan bahwa upaya dalam arah tersebut adalah serius dan substansial.

“Proses ini jauh dari sederhana karena, sayangnya, dolar sebagai mata uang cadangan dunia terlalu terbenam, termasuk dalam sistem mata uang nasional,” ungkap Logvinov.

“Untuk benar-benar meninggalkan dolar, masih banyak yang harus dilakukan dan perjalanan yang cukup panjang,” tambahnya.

SCO, yang didirikan di Shanghai pada 2001 sebagai aliansi politik, ekonomi, dan pertahanan, adalah organisasi regional terbesar di dunia, mencakup sekitar 60 persen wilayah Eurasia serta 40 persen populasi planet ini, dikutip dari News.Bitcoin.

Tiongkok, Rusia, India, Pakistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan saat ini menjadi anggota penuh, sementara lebih dari selusin negara lain, termasuk Iran, Arab Saudi, dan Turki, termasuk di antara pengamat dan mitra-mitra organisasi ini.

Meskipun berencana tinggalkan dolar Amerika, pengenalan mata uang tunggal belum dipertimbangkan oleh anggota SCO.

“Adapun pengenalan semacam mata uang tunggal SCO, ini belum menjadi kasus, dan tujuan seperti itu belum ditetapkan,” terang Logvinov.

Sementara itu, laporan telah mengungkapkan bahwa kelompok BRICS dari ekonomi-ekonomi terkemuka yang muncul, di mana Tiongkok, Rusia, dan India juga menjadi anggota.

Mereka sedang berusaha menciptakan mata uang baru untuk pembayaran lintas batas, dengan niat untuk membahas pengembangannya pada pertemuan pemimpin BRICS pada Agustus.

Prospek mata uang BRICS telah menimbulkan kekhawatiran di AS tentang melemahnya dominasi dolar karena negara ini berencana tinggalkan dolar Amerika dalam waktu dekat.

Penyebab Dedolarisasi

Penyebab dedolarisasi dapat bervariasi, tetapi dalam konteks Shanghai Cooperation Organization (SCO), ada beberapa faktor yang mendorong negara-negara anggota untuk beralih ke mata uang nasional dalam penyelesaian perdagangan.

Salah satu faktor penting adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia dengan tinggalkan dolar Amerika.

Ketergantungan terhadap dolar telah memperkuat posisi ekonomi AS dalam perdagangan global dan memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi negara tersebut.

Namun, ketergantungan pada dolar juga dapat menimbulkan risiko dan ketidakstabilan ekonomi, terutama karena fluktuasi nilai tukar yang tidak terduga dan potensi sanksi AS atas negara-negara yang melakukan tindakan yang tidak disukainya.

Oleh karena itu, negara-negara anggota SCO berupaya untuk mengurangi risiko ini dengan meningkatkan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan bilateral dan multilateral dengan tinggalkan dolar Amerika.

Selain itu, beberapa negara anggota SCO juga ingin memperkuat kedaulatan ekonomi mereka dengan mengurangi pengaruh ekonomi AS dalam perdagangan mereka dan mempromosikan integrasi regional melalui penggunaan mata uang nasional.

Dedolarisasi juga dapat membantu meningkatkan stabilitas ekonomi regional dan memfasilitasi perdagangan dan investasi antar negara anggota.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang dapat mendorong negara-negara untuk dedolarisasi.

Salah satu faktor tersebut adalah ketidakpastian politik global yang dapat mengganggu nilai tukar dolar dan memicu ketidakstabilan ekonomi global.

Selain itu, upaya untuk menghindari risiko sanksi AS juga dapat menjadi faktor penting dalam keputusan untuk menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan sekaligus tinggalkan dolar Amerika.

Selain SCO, beberapa negara dan kelompok negara lain juga telah melakukan upaya untuk dedolarisasi.

Contohnya adalah Rusia dan Tiongkok yang telah meningkatkan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan bilateral dan multilateral, serta Iran yang telah mencoba menghindari sanksi AS dengan menggunakan mata uang lain dalam perdagangannya.

Namun, peralihan ke mata uang nasional dalam perdagangan juga dapat memiliki beberapa tantangan dan risiko.

Misalnya, meningkatkan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan dapat membutuhkan investasi dan infrastruktur yang signifikan untuk memfasilitasi konversi mata uang dan penyelesaian transaksi. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait