Mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton telah memperingatkan bahwa AS gagal membayar utangnya bisa menyebabkan krisis keuangan global sehingga dolar AS dalam bahaya.
“Jika Kongres terus bermain-main dengan gagal bayar, tuntutan untuk menurunkan dolar sebagai mata uang cadangan dunia akan semakin keras terdengar,” tegasnya.
Hillary Clinton tentang Gagal Bayar Utang Amerika dan Dolar AS dalam Bahaya Sebagai Cadangan Dunia
Hillary Clinton, mantan ibu negara dan Menteri Luar Negeri AS dari 2009-2013, memperingatkan dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh New York Times pada Senin (24/4/2023), tentang dampak buruk jika AS gagal membayar utangnya.
Hal ini termasuk risiko dolar AS dalam bahaya karena berpeluang kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.
“Debat batas utang bukan tentang mengotorisasi pengeluaran baru. Ini tentang Kongres membayar utang yang telah ditanggung sebelumnya,” ujar Clinton.
“Menolak membayar akan sama seperti menghindari pembayaran hipotek Anda, kecuali dengan konsekuensi global,” tambahnya.
Karena peran sentral Amerika Serikat dan dolar dalam ekonomi internasional, gagal membayar utang maka hal tersebut dapat memicu krisis keuangan global.
Menyadari bahwa kompetisi antara demokrasi dan otoritarianisme semakin intens, mantan ibu negara itu memberikan peringatann
“Dengan merusak kredibilitas Amerika dan posisi dolar, perjuangan atas batas utang memberikan manfaat kepada Xi Jinping dari China dan Vladimir Putin dari Rusia,” ujar Clinton.
Clinton berpendapat dengan bermain-main dengan batas utang mengancam posisi utama dolar AS dalam bahaya terutama di dalam ekonomi global dan kekuatan yang diberikan kepada Amerika Serikat, dikutip dari News.Bitcoin.
Mantan menteri luar negeri tersebut menjelaskan bahwa USD adalah pusat dari transaksi internasional yang dilakukan oleh orang-orang, perusahaan, dan pemerintah di seluruh dunia.
Mereka berinvestasi dalam obligasi Departemen Keuangan AS dan mengandalkan bank-bank AS karena mereka percaya bahwa Amerika membayar hutangnya, mempertahankan supremasi hukum, dan menjamin stabilitas.
Hal tersebut juga berkaitan dengan kemungkinan AS untuk memberlakukan sanksi, seperti yang terhadap Iran dan Rusia.
“Tidak mengherankan bahwa Bapak Xi dan Bapak Putin ingin mengganggu dominasi dolar dan melemahkan sanksi Amerika,” kata Clinton.
Jika Kongres terus bermain-main dengan gagal bayar, tuntutan untuk menurunkan dolar sebagai mata uang cadangan dunia akan semakin keras terdengar dan tidak hanya di Beijing dan Moskow. Negara-negara di seluruh dunia akan mulai bermain aman.
Sejumlah negara yang semakin banyak sedang meningkatkan upaya untuk beralih dari penggunaan dolar AS dalam penyelesaian perdagangan, termasuk negara-negara ASEAN.
Sementara itu, negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan AfrikaSelatan) dilaporkan sedang membuat mata uang baru yang akan mengurangi ketergantungan mereka pada USD sehingga dolar AS dalam bahaya untuk saat ini. [az]