Dolar AS menguat terhadap euro dan poundsterling pada Jumat (12/5/2023), dan menuju keuntungan mingguan terbesar sejak Februari.
Hal ini dikarenakan investor beralih ke tempat berlindung setelah data sentimen konsumen memicu kekhawatiran tentang batas utang dan kebijakan moneter AS.
Survei Universitas Michigan pada Jumat (12/5/2023) menunjukkan sentimen konsumen AS bulan Mei turun ke level terendah dalam enam bulan karena khawatiran bahwa perselisihan politik tentang peningkatan batas pinjaman pemerintah federal dapat memicu resesi.
Harapan inflasi jangka panjang konsumen melonjak ke level tertinggi sejak 2011. Hal tersebut dapat mempengaruhi The Fed yang memberi sinyal minggu lalu bahwa mereka dapat menghentikan kenaikan suku bunga, dikutip dari Reuters.
“Pertukaran suku bunga terus miring ke arah keuntungan dolar,” kata Karl Schamotta, kepala ahli strategi pasar Corpay di Toronto.
“Kejutan dalam survei sentimen konsumen Universitas Michigan menggambarkan gambaran stagnasi untuk ekonomi AS dan dapat membenarkan kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan Fed pada Juni mendatang,” ujarnya.
“Tetapi pasti akan mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga pada paruh kedua tahun ini,” tambahnya.
Dolar AS Menyasar Kenaikan Mingguan Terbesar Sejak Februari Lalu
Data terbaru yang menunjukkan perlambatan ekonomi telah memperkuat kemungkinan bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dolar AS pada pertemuan Juni.
Data juga menunjukkan inflasi indeks harga konsumen AS melambat menjadi 4,9 persen tahun ke tahun pada April. Selain itu, klaim pengangguran mingguan naik lebih dari yang diperkirakan.
Namun, pasar tenaga kerja tetap ketat, dengan 1,6 lowongan pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur pada Maret, jauh di atas kisaran 1,0-1,2 yang konsisten dengan pasar yang tidak menghasilkan inflasi terlalu tinggi.
Gubernur The Fed, Michelle Bowman, mengatakan bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi.
Poundsterling turun 0,5 persen menjadi US$1,2448, sementara euro melemah 0,6 persen menjadi US$1,0851, sehari setelah jatuh ke level terendah dalam satu bulan.
Hal tersebut membuat indeks dolar AS naik 0,6 persen menjadi 102,69, mencatat kenaikan mingguan sebesar 1,4 persen dan menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.
Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera, mencatat bahwa inflasi AS yang tinggi memicu sedikit skeptisisme tentang pemotongan suku bunga akhir tahun oleh The Fed.
Hal ini menjadi pandangan bahwa bank sentral lainnya mungkin lebih dekat dengan menghentikan kenaikan suku bunga juga telah membebani mata uang Eropa.
“Kenaikan dolar AS minggu ini telah memiliki dimensi yang beragam. Dolar telah berfungsi sebagai pelabuhan aman dari kekhawatiran tentang ekonomi mingguan Tiongkok dan volatilitas di Wall Street,” tulis Manimbo.
“Meskipun lebih kuat, masih terlalu dini untuk dikatakan apakah pelemahan dolar telah berbalik. Pasar harus menghapus pemotongan suku bunga dari meja untuk memberikan dorongan yang berarti pada greenback,”tambahnya.
Pedagang futures melihat adanya jeda pada bulan Juni, dan dana The Fed turun menjelang akhir tahun. Rentang target The Fed saat ini berada pada 5 persen hingga 5,25 persen, setelah naik dengan cepat dari 0 persen sejak Maret 2022. [az]