Dolar Bikin Boros? Stablecoin Emas Bisa Jadi Jawaban Serius

Pandangan soal masa depan sistem keuangan global kembali menggema setelah Max Keiser, tokoh kripto kawakan sekaligus penasihat Bitcoin untuk Presiden El Salvador, melontarkan pernyataan menarik.

Menurutnya, stablecoin yang didukung emas bisa menjadi pesaing serius bagi stablecoin berbasis dolar AS. Bahkan, ia menekankan bahwa negara-negara lain sebaiknya tidak melewatkan peluang ini.

Stablecoin Emas, Stabil Tapi Tetap Mengikuti Inflasi

Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Keiser menyebut bahwa emas memiliki keunggulan unik dibandingkan mata uang fiat seperti dolar AS.

Stablecoin yang didukung emas akan mengungguli stablecoin berbasis dolar di pasar dunia. Rusia, Tiongkok, Iran sebaiknya memperhatikan ini,” ujar Max Keiser.

Keiser menjelaskan bahwa tidak seperti dolar AS yang cenderung tidak mencerminkan inflasi, emas justru melacaknya dengan lebih konsisten. Ia menambahkan bahwa meskipun dolar AS terkenal stabil dari sisi volatilitas, nilai riilnya perlahan terus tergerus.

Artinya, siapa pun yang menyimpan kekayaan dalam bentuk dolar AS pada dasarnya sedang menyaksikan daya beli mereka perlahan menipis. Di sisi lain, emas justru berperan seolah menjadi jangkar yang menjaga stabilitas nilai dalam jangka panjang.

Bitcoin, Emas dan Inflasi: Siapa Lebih Unggul?

Keiser tidak menafikan kekuatan Bitcoin sebagai aset masa depan. Ia menyebut Bitcoin sebagai aset deflasi, namun memang harus diakui memiliki tingkat volatilitas yang cukup tinggi.

Bandingkan dengan emas yang tidak hanya cenderung lebih tenang pergerakannya, tapi juga memiliki nilai historis sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi.

Bisa dibilang, dalam dunia nyata, emas adalah “tabungan nenek” yang masih tangguh hingga kini. Ia mungkin tidak membuat seseorang kaya mendadak seperti Bitcoin, tetapi kekuatannya adalah bertahan di tengah badai ekonomi. Dan stablecoin berbasis emas, menurut Keiser, punya potensi mengambil peran ini di era digital.

Tether Sudah Bergerak Lebih Dulu

Pernyataan Keiser ternyata sejalan dengan langkah nyata di industri. Perusahaan penerbit stablecoin Tether telah meluncurkan Alloy (aUSDT), sebuah stablecoin yang didukung oleh token XAUT, yaitu token digital yang mewakili klaim atas emas fisik.

Artinya, pengguna stablecoin ini benar-benar mendapatkan jaminan berupa logam mulia, bukan sekadar mata uang fiat.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk “reinkarnasi” dari peran dolar AS sebelum 1971, saat dolar AS masih dijamin oleh cadangan emas. Pendiri PointsVille, Gabor Gurbacs, mengamati bahwa pergerakan XAUT sejak awal tahun telah mencetak kenaikan sekitar 15,7 persen.

Menariknya, kenaikan ini terjadi ketika pasar kripto justru banyak mengalami tekanan. Gurbacs bahkan menyarankan institusi dan yayasan mulai mempertimbangkan XAUT sebagai sarana lindung nilai yang lebih aman.

AS Masih Yakin pada Dominasi Dolar AS

Sementara Keiser dan beberapa pihak melihat masa depan pada stablecoin berbasis emas, AS tampaknya tetap percaya bahwa dolar AS akan tetap menjadi pemain utama. Bahkan, pemerintahan AS mulai merancang kebijakan khusus untuk mendukung penggunaan stablecoin berbasis dolar AS.

Menteri Keuangan Scott Bessent secara terbuka menyatakan bahwa menjaga dominasi dolar adalah prioritas utama pemerintahan Trump, termasuk lewat penguatan regulasi stablecoin.

Beberapa undang-undang baru pun telah diajukan, seperti Stable Act of 2025 dan RUU GENIUS, untuk menciptakan kerangka hukum yang lebih kuat bagi token fiat digital.

Gubernur The Fed, Christopher Waller, turut mendukung pendekatan ini, menunjukkan bahwa AS tidak akan tinggal diam menghadapi pergeseran arah industri finansial digital.

Masa depan stablecoin tampaknya akan dipenuhi dengan tarik-menarik antara pendekatan berbasis dolar dan pendekatan berbasis aset riil seperti emas.

Max Keiser dan pihak-pihak pendukung emas meyakini bahwa transparansi dan kestabilan nilai emas akan memberikan alternatif yang lebih sehat di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Di sisi lain, AS dengan segala pengaruhnya masih yakin bahwa dolar AS tetap akan menjadi penguasa utama, bahkan di era digital sekalipun. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait