IKLAN
Banner IUX

Dolar Melemah, Emas Cetak Rekor Baru US$3.500 per Troy Ounce

Banner IUX

Harga emas dunia mencatat rekor tertinggi baru, diperdagangkan di kisaran US$3.500 per troy ounce pada akhir Agustus 2025 lalu. Lonjakan harga ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari memburuknya tensi geopolitik hingga perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Selain itu, kebijakan tarif dagang AS yang membatasi peredaran dolar di pasar, langkah bank sentral yang lebih banyak menyimpan emas dibanding obligasi denominasi dolar, serta proyeksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed turut mendorong harga emas naik.

Geopolitik Memanas, Emas Jadi Pilihan Investor

Menurut Ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), emas menjadi pilihan favorit karena ketegangan geopolitik mendorong mereka mengakumulasi emas dibanding aset lain. Investor lebih menyukai instrumen yang aman, dan emas dipandang sebagai salah satunya.

“Munculnya masalah geopolitik membuat para investor cenderung menghindari produk keuangan yang mengalami kenaikan risiko akibat tensi geopolitik yang kian memanas,” jelasnya kepada jurnalis Blockchainmedia.id, Senin (1/9/2025).

Gunawan menambahkan, situasi seperti perang antara Rusia–Ukraina, ketegangan Iran–Israel, konflik India–Pakistan, hingga perselisihan antara Thailand dan Kamboja, semakin mendorong permintaan emas.

Robert Kiyosaki Sebut Bitcoin (BTC) Jadi Penyelamat dari Krisis Dahsyat Berikutnya

Jika negara yang bersitegang memiliki peran besar dalam ekonomi global, investor semakin yakin menempatkan asetnya pada emas. Emas dipandang memiliki nilai universal dan berfungsi sebagai pelindung aset.

BACA JUGA:  MEI Pharma Rebranding Jadi Lite Strategy, Adopsi LTC Sebagai Treasuri

Inilah yang membuat harga emas kerap naik saat tensi geopolitik memburuk. Permintaan yang terus meningkat, terutama di tengah konflik global, memperkuat posisi emas sebagai aset investasi yang aman dan diminati investor di seluruh dunia.

Dolar AS dan Kebijakan Moneter The Fed

Selain emas, investor sering mengandalkan dolar AS sebagai instrumen safe haven. Namun, permintaan terhadap mata uang ini sangat dipengaruhi oleh dinamika politik dan kondisi ekonomi global.

Berdasarkan laporan yang dirilis JPMorgan pada Rabu (13/08/2025), indeks Dolar AS (DXY) pada paruh pertama 2025 anjlok 10,7 persen, menandai kinerja terburuk untuk periode ini dalam lebih dari 50 tahun.

Penurunan terjadi meski bank sentral lain, seperti ECB dan BoE, menurunkan suku bunga, sementara The Fed mempertahankan tingkat bunga. Pelemahan dolar dipicu oleh pertumbuhan AS yang melambat, defisit meningkat, ketidakpastian kebijakan, dan pergeseran aliran modal global—mirip kondisi 2002–2008.

BACA JUGA:  Altcoin LINK Siap Membumbung Tinggi Usai Aksi Serok Whale
Penurunan Indeks Dolar 2002-2008
Penurunan Indeks Dolar 2002-2008

Kebijakan moneter dovish The Fed mendorong investor mencari alternatif yang lebih menguntungkan, salah satunya emas. Tekanan politik, seperti permintaan Presiden AS untuk menurunkan bunga acuan, juga kerap menjadi kabar positif bagi harga emas.

Kebijakan moneter dovish The Fed mendorong investor mencari alternatif yang lebih menguntungkan, termasuk emas. Tekanan politik, seperti permintaan Presiden AS untuk menurunkan bunga acuan, sering dianggap kabar positif bagi harga emas.

Meski beberapa data mendukung kebijakan hawkish, pergerakan emas tetap fluktuatif mengikuti dinamika Dolar. Pelemahan dolar pada paruh pertama 2025 semakin memperkuat daya tarik emas sebagai safe haven dan aset yang aman bagi investor.

Kebijakan Tarif AS dan Tren Bank Sentral Global

Menurut Gunawan, kenaikan tarif AS juga membuat banyak negara mitra dagang mencari partner baru yang lebih potensial, sehingga ketergantungan terhadap dolar AS semakin menurun.

“Di satu sisi, kebijakan kenaikan tarif AS membuat negara itu tetap menjadi pusat ekonomi global, namun di sisi lain berpotensi melemahkan posisi dolar sebagai mata uang internasional,” tuturnya.

BACA JUGA:  Emas Tembus US$3.500, Pasar Kripto Berada di Titik Rawan

Sikap ini juga membuka peluang bagi negara lain mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Kebijakan tarif menjadi dilema, karena bisa melemahkan pengaruh dolar sebagai mata uang universal sekaligus meningkatkan daya saing emas.

Selain itu, data yang dibagikan oleh Tavi Costa di X, pada Rabu lalu, menunjukkan bahwa banyak bank sentral kini lebih memilih emas sebagai cadangan dibanding surat berharga denominasi Dolar.

Bank Sentral Kini Simpan Lebih Banyak Emas - Tavi Costa
Bank Sentral Kini Simpan Lebih Banyak Emas – Tavi Costa

Meski dominasi dolar masih kuat, perannya sebagai cadangan devisa global mulai menurun. Hal ini membuat emas semakin menarik bagi investor dan memperkuat posisinya sebagai aset yang aman.

Prospek Emas di Masa Depan

Secara keseluruhan, dinamika saat ini memungkinkan emas tetap menjadi pilihan utama untuk dijadikan aset investasi, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Dengan kondisi ini, emas memiliki peluang untuk naik dan menembus level US$3.500 per ons troy dalam waktu dekat. [dp]


Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.

Terkini

Warta Korporat

Terkait