Hayden Davis, sosok yang tak asing di dunia kripto, kembali memantik kontroversi. Setelah jejak digitalnya sempat tercium dalam peluncuran token-token bermasalah seperti LIBRA dan MELANIA, kini alamat-alamat dompet yang terhubung dengannya muncul lagi lewat proyek baru bertajuk FRIES.
Bubblemaps, melalui analisis on-chain terbarunya, mengungkap bahwa dompet-dompet yang terlibat dalam distribusi FRIES memiliki keterkaitan langsung dengan peluncuran token sebelumnya.
Pola distribusi dan aktivitasnya pun, menariknya, nyaris serupa. Jika analoginya seperti memasak kentang goreng, Davis tampaknya hanya mengganti wajan, sementara resep dasarnya tetap sama.
Jejak Hayden Davis yang Membekas
Kasus WOLF, token lain yang juga diduga kuat terkait dengan Davis, memberikan gambaran nyata betapa bahayanya pola ini bagi investor. Pada Maret 2025, WOLF sempat mencatat kapitalisasi pasar sebesar US$42 juta.
Namun, dalam waktu kurang dari dua hari, nilainya anjlok hingga 99 persen. Bayangkan menabung sebulan penuh, lalu uangnya lenyap begitu saja dalam hitungan jam, rasanya tentu membuat siapa pun ingin berteriak ke langit.
Di sisi lain, investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa sekitar 82 persen dari pasokan WOLF dikendalikan oleh sekelompok kecil dompet. Semuanya, lagi-lagi, terhubung ke satu alamat yang berafiliasi dengan Davis.
Ini seperti permainan sirkus di mana hanya satu orang yang menggerakkan semua tali, tapi penonton dibiarkan percaya bahwa banyak pemain yang terlibat.
Tekanan Hukum Tidak Membuat Jera
Meski sudah berada dalam tekanan hukum berat, termasuk permintaan Red Notice dari Interpol atas kasus LIBRA di Tiongkok dan Argentina, Davis tampaknya tetap santai meluncurkan proyek-proyek baru. Bak seseorang yang baru saja keluar dari badai, namun memutuskan untuk langsung mendayung ke tengah laut lagi tanpa pelampung.
Kasus LIBRA sendiri menimbulkan kerugian besar bagi banyak investor ritel, sekaligus memperkeruh suasana politik di Argentina.
Meski begitu, kehadiran FRIES seolah mengirim pesan bahwa Davis belum selesai. Ia masih percaya diri menavigasi dunia kripto, meski reputasinya di mata komunitas ibarat kaca yang sudah retak.
Peringatan Keras untuk Investor
Analis on-chain pun tak tinggal diam. Mereka mengingatkan bahwa pola-pola seperti ini, konsentrasi pasokan di tangan insider, lonjakan harga kilat, lalu kejatuhan mendadak, adalah jebakan klasik bagi investor tradisional maupun baru.
Di tengah semangat mengejar cuan, banyak orang melupakan satu prinsip dasar, yakni jangan melompat ke dalam kolam sebelum tahu kedalamannya.
Lebih lanjut lagi, desakan agar regulasi diperketat kembali menguat. Tanpa adanya pengawasan yang lebih serius, industri kripto bisa menjadi arena permainan berbahaya, di mana para pemain kecil dipaksa bermain melawan bandar yang tak kasat mata.
Namun demikian, pada akhirnya, tanggung jawab terbesar tetap berada di pundak masing-masing investor.
Sebelum membeli token baru, apalagi dari proyek yang punya “aroma” serupa dengan drama masa lalu, ada baiknya berhenti sejenak, bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya sedang membeli peluang, atau malah tiket menuju kerugian?”
Melihat tren yang ada, pertanyaan besar pun muncul, apakah Hayden Davis dan proyek-proyek sejenis akan terus bermunculan tanpa henti? Dunia kripto, layaknya pasar malam, penuh dengan lampu warna-warni yang memikat.
Tetapi, tak semua yang berkilau itu emas. Kadang, itu cuma kentang goreng yang sudah basi, dibungkus kertas mengilap. [st]