Novi, dompet kripto besutan Facebook diklaim bisa bakal “laku keras” di Asia Tenggara. Mungkinkah? Novi terkait proyek Libra (sudah berganti nama menjadi Diem), proyek blockchain-kripto ambisius Facebook dan sejumlah perusahan ternama.
Novi, dompet kripto milik Facebook, siap meluncur. Dompet kripto dari proyek Diem ini bisa disambut baik di negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Malaysia.
Facebook memiliki ambisi besar bagi dompet Novi. Proyek ini diharapkan dapat menjembatani jurang antara kripto dan uang fiat dengan mengandalkan stablecoin Diem, dan menciptakan sistem pembayaran inklusif yang kompatibel dengan layanan lain Facebook.
Menurut Kepala Divisi Pembayaran dan Layanan Keuangan Facebook, David Marcus, Novi sudah siap tetapi belum ada tanggal resmi yang ditetapkan.
Marcus menyoroti ketidaksetaraan yang hadir di sistem keuangan saat ini dan bagaimana Novi dapat menjawab permasalahan rakyat yang belum memiliki rekening bank.
Dari 1,7 milyar penduduk Bumi yang tak punya rekening bank, sekitar 290 juta jiwa berada di kawasan Asia Tenggara.
Mengingat pencapaian Facebook di wilayah ini, Novi berpotensi diadopsi secara besar dan memasukkan segmen populasi ini ke dalam sistem keuangan.
Filipina dapat menjadi negara yang merangkul Novi. Facebook sudah memiliki kehadiran signifikan di negara dengan 112,4 juta penduduk ini.
82,7 persen warga Filipina sudah memakai Facebook, menurut data NapoleonCat.
Selain itu, ada sejumlah kondisi di Filipina yang menjadikannya matang untuk digarap Facebook.
71 persen warga dewasa atau sekitar 51 juta jiwa tidak memiliki rekening bank. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya dokumentasi yang dipersyaratkan.
Alasan utama warga Filipina tidak membuka rekening bank adalah kurangnya dana. Warga cemas terhadap biaya yang terkait dengan kepemilikan rekening.
Survei bank sentral Filipina mengungkap lebih dari setengah warga yang menerima bantuan dana pemerintah mendapatnya dalam bentuk cek atau uang tunai.
Kripto dipandang sebagai solusi yang menjawab kebutuhan komunitas ini dengan menyediakan layanan keuangan berbiaya rendah dan mudah diakses oleh siapapun yang memiliki ponsel.
Facebook yakin Novi semakin memperkuat solusi ini dengan penerapan Diem dan pemaduan dengan layanan lain Facebook.
Faktor pendukung lainnya adalah usia pengguna yang muda. Facebook lebih popular di kalangan orang dewasa di negara-negara Barat, tetapi lebih digunakan kawula muda di Filipina.
Hampir 33 persen pengguna Facebook di Filipina masuk ke golongan usia 18 hingga 24 tahun.
Generasi muda sering dipandang sebagai pendorong teknologi baru, seperti perusahaan teknologi keuangan yang mulai merubah cara kerja negara tersebut.
Pembayaran elektronik diprediksi akan menguasai 75 persen transaksi di Filipina pada tahun 2025.
Warga yang tidak memiliki rekening bank memanfaatkan solusi fintech sebab mereka merasa tidak cocok dengan perbankan tradisional. Tren ini semakin didorong dengan adanya pandemi COVID-19.
“Pandemi virus corona semakin mendorong perluasan ekonomi digital di seluruh dunia. Sebab itu, semakin penting bagi usaha dan pembuat kebijakan agar bergerak cepat menghadapi perubahan ini,” kata Marcus. [forkast.news/ed]