Kota Perth, Australia, akan menjadi pusat perhatian dunia pada 24–26 Maret mendatang saat menjadi tuan rumah “Black Swan Summit 2025.”
Forum internasional yang diprakarsai oleh Global Finance & Technology Network (GFTN) ini akan berlangsung di Winthrop Hall, University of Western Australia, dan diharapkan menjadi ruang dialog strategis untuk membentuk masa depan yang lebih tangguh melalui inovasi teknologi dan kebijakan inklusif.
Black Swan Summit: Membaca Sinyal Perubahan di Era Disrupsi
Black Swan Summit lahir dari kebutuhan mendesak untuk memahami dan menghadapi fenomena black swan, yaitu kejadian langka yang tidak terduga namun memiliki dampak luar biasa terhadap tatanan global.
GFTN menyadari bahwa dalam dunia pasca-pandemi yang masih diwarnai ketegangan geopolitik, ketidakstabilan ekonomi, serta disrupsi teknologi, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor dan lintas negara guna memperkuat ketahanan sistem global.
Group CEO GFTN, Sopnendu Mohanty, menekankan bahwa forum ini dirancang untuk mendorong para pemikir visioner, pelaku industri, regulator dan pembuat kebijakan agar bersama-sama merancang kerangka kerja baru yang dapat menjawab tantangan dunia yang terus berubah.
“Kita tengah hidup di era konvergensi teknologi yang mengubah cara kita bekerja, berinteraksi dan berinovasi. Black Swan Summit adalah tempat di mana para pembangun masa depan berkumpul untuk meluncurkan ide-ide transformatif yang dapat bertahan di tengah volatilitas,” ujar Mohanty.
Konvergensi Teknologi dan Kebutuhan Kebijakan Adaptif
Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Web3, blockchain, robotika, komputasi kuantum dan teknologi iklim akan menjadi topik utama dalam summit ini.
Dalam pandangan GFTN, sinergi antara teknologi-teknologi ini dan kebijakan publik yang cerdas adalah kunci untuk menciptakan ekosistem global yang tidak hanya tangguh secara finansial, tetapi juga adil dan inklusif.
Acara ini juga menjadi bagian dari misi GFTN dalam menjembatani inovasi dan regulasi di tingkat global. Melalui diskusi kebijakan, proyek riset lintas disiplin, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, GFTN berupaya membentuk masa depan keuangan dan teknologi yang berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang.
Peran Perth dan Kolaborasi Strategis
Black Swan Summit 2025 diselenggarakan bersama Western Australia Web3 Association (WAWEB3), dengan dukungan dari Pemerintah Negara Bagian Western Australia melalui Business Events Perth serta Pemerintah Kota Perth.
Lebih dari 300 peserta dari 35 negara akan hadir, termasuk CEO perusahaan global, akademisi, ilmuwan, regulator dan wirausahawan teknologi.
Menurut Project Lead di GFTN, Dr. Andrzej Gwizdalski, forum ini bukan sekadar konferensi, melainkan sebuah “laboratorium foresight global” yang bertujuan menciptakan solusi nyata bagi tantangan masa depan.
“Kami ingin menciptakan ruang di mana kolaborasi lintas sektor menghasilkan inovasi yang berdampak nyata. Inilah saatnya menghubungkan riset, regulasi dan realitas bisnis dalam satu ekosistem yang dinamis,” jelasnya.
Agenda dan Sorotan Acara Black Swan Summit 2025
Berbagai sesi menarik akan menjadi bagian dari agenda, termasuk tur eksklusif ke Setonix, superkomputer publik paling bertenaga di belahan bumi selatan, dan DUG HPC, pusat data berperforma tinggi yang digunakan dalam pemodelan iklim, blockchain dan komputasi kuantum.
Forum ini juga akan menyajikan GFTN Insights, forum diskusi tertutup yang membahas skenario dunia nyata seperti kesiapan pensiun pada 2050 serta masa depan nilai dan kepercayaan di era digital.
Tak hanya itu, lokakarya intensif bersama para regulator dan pakar industri akan digelar untuk membekali peserta dengan pengetahuan praktis mengenai perizinan fintech, pembentukan bisnis Web3, dan kepatuhan aset digital.
Beberapa tokoh penting yang dijadwalkan hadir antara lain Wakil Wali Kota Perth Bruce Reynolds, CEO Digital Economy Council of Australia Amy-Rose Goodey, Chief Compliance Officer Crypto.com Antonio Alvarez Lorenzo, CEO BTC Markets Caroline Bowler, CEO AUDC Pty Ltd Effie Dimitropoulos.
Hadir pula Pendiri Artificial Intelligence International Institute Prof. James Ong, serta Prof. Jingbo Wang dari University of Western Australia yang juga memimpin QUISA. Selain itu, ada perwakilan dari CSIRO, Curtin Institute for Energy Transition, dan HB11 Energy. [st]